Palu, (Antaranews Sulteng) - Fungsional daerah irigasi Gumbasa, di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah(Sulteng), diperkirakan tersisa 1.200 hektare dari sebelumnya 9.700 hektare akibat gempa dan likuifaksi yang melanda daerah itu pada 28 September 2018.

"Hanya 1.200 hektare yang tidak terdampak," kata Kepala Dinas Sumber Daya Air Sulteng, Saliman Simanjuntak di Palu, Selasa.

Dinas Sumber Daya Air Provinsi Sulteng telah mendata daerah irigasi yang terdampak gempa dan likuifaksi khususnya di Kabupaten Sigi dan Donggala.  
    
Dia mengatakan, gempa bermaknitudo 7,4 pada Skala Richter (SR) itu juga ikut memporak-porandakan irigasi di sejumlah titik mengakibatkan fungsinya menurun drastis.

"Ada yang salurannya pindah. Ada yang tenggelam. Ada juga yang datar padahal sebelumnya miring," kata Saliman.

Menurut dia, saat ini pemerintah pusat dan provinsi Sulteng mengupayakan agar 1.200 hektare yang tersisa dapat diselamatkan.

"Yang lainnya akan dipertimbangkan apakah masih visibel atau tidak. Dan kita akan mengubah sistemnya," kata Saliman.

Dia mengatakan, hampir seluruh saluran terutama di bagian bawah mengalami rusak berat, demikian halnya dengan bangunannya.

"Kalau bendungannya tidak bermasalah," katanya.

Saliman mengatakan, penanganan kerusakan irigasi tersebut akan dibahas bersama Pemerintah Pusat sehingga daerah irigasi yang menyuplai hampir 10 ribu hektare di daerah itu bisa berfungsi kembali.

Namun, Saliman tidak dapat memastikan kapan hal itu akan dilakukan pemerintah.

Dia belum dapat memprediksi kerugian akibat rusaknya jaringan daerah irigasi tersebut.

Gempa yang melanda Kota Palu, Sigi dan Donggala, tidak saja memporak-porandakan rumah dan gedung pelayanan publik, tetapi juga sejumlah infrastruktur vital seperti irigasi.

Sejumlah saluran irigasi yang terdampak gempa tersebut saat ini kering karena tidak bisa lagi dilintasi air. Selain itu juga banyak yang rusak bahkan beberapa saluran bergeser dari posisi sebelumnya.***

Pewarta : Adha Nadjemudin
Editor : Muhammad Hajiji
Copyright © ANTARA 2024