Luwuk (ANTARA) - Mengubah suatu wilayah dengan warna warni bukan hal baru di Indonesia. Beberapa wilayah seperti Malang dan Bandung sudah melakukan itu. Tujuannya, agar memberi daya tarik tersendiri bagi pengunjungnya. Demikian pula di Desa Sinorang, Kecamatan Batui Selatan, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah.
Sebuah dusun yang mayoritas dihuni masyarakat suku Bajo di pesisir pantai Desa Sinorang ini, mengubah warna cat setiap rumah menjadi warna warni menyerupai pelangi. Meski terbilang menduplikasi kampung warna-warni di Malang, namun apa yang dilakukan masyarakat cukup menarik perhatian.
Firnawati Labihi, pengelola Rumah Pemberdayaan Ibu dan Anak (RPIA) Sinorang Buloli mengemukakan bahwa pengecetan rumah warna warni bermula dari keinginan warga setempat yang kemudian diakomodir oleh perusahaan migas setempat.
"Saya basic-nya guru TK. Jadi RPIA Siboli (Sinorang-Buloli) saya cat warna warni untuk menarik perhatian anak-anak. Eh, ternyata masyarakat juga mau. Hanya karena tidak ada biaya jadi saya komunikasikan dengan pihak JOB Tomori dan disetujui," terang Firnawati.
Itu juga diakui Area administrasi Section Head JOB Tomori, Yusrizal Djamaludin. Ia mengungkapkan bahwa total 65 bangunan mendapatkan bantuan perusahaan melalui program Corporate Social Responsibility (CSR). Jumlah itu terdiri dari rumah warga dan bangunan umum. Ia juga menjelaskan bahwa masyarakat setempat beberapa di antaranya pernah mendapatkan pelatihan kerajinan tangan. Hal itu akan menjadi pendukung pariwisata jika dapat dikembangkan dengan baik.
"Kami berharap dari bantuan ini masyarakat bisa meningkatkan kreatifitasnya sehingga ada potensi yang dapat menarik pengunjung ke tempat ini," kata Yusrizal pada peresmian Kampung Wisata Pelangi Desa Sinorang, Minggu (1/12/2019).
Yusrizal juga berpesan agar masyarakat juga dapat menjaga kebersihan lingkungan pantai. Sebab, hal itu meruapakan salah satu daya tarik pantai bagi pengunjung. Senada dengan itu, Kabid Pemasaran Dinas Pariwisata Banggai Subrata Kalape menjelaskan beberapa hal yang harus diperhatikan ketika ingin membangun destinasi wisata.
"Bagaimana mengembangkan Desa Sinorang jadi kawasan objek wisata yang maju. Tiga hal penting dalam kawasan objek wisata, pertama adalah penunjang objek wisata, sarana dan prasarananya. Akses ke lokasi dan lainnya," kata Subrata.
Selain sarana dan prasarana termasuk akses jalan, keramahan masyarakat juga jadi hal penting. Sebab, tujuan dari destinasi wisata ialah bagaimana membuat pengunjung tertarik untuk datang kembali. Itu harus sejalan antara sarana dan prasarana serta keramahan masyarakat.
Jika targetnya adalah turis maka sarana penunjang salah satunya ialah toilet. Karena mereka tidak peduli sarana hotelnya, tapi mereka butuhnya kloset duduk. Itu syarat utama, kata Subrata. Kedua, harus ada shower air hangat. Karena turis tidak tahan air dingin.
"Kalau kamar tidur itu sederhana saja. Tapi itu kalau Desa Sinorang mau terbuka kepada pengunjung mancanegara," jelas Subrata.
Baca juga: BUMDes jawab kebutuhan masyarakat desa di Banggai
Baca juga: Depot Herbal Kalisbatan Sinorang kini mandiri berkat binaan JOB Tomori
Pemandangan kampung warna warni Desa Sinorang, Kabupaten Banggai (ANTARA/HO-JOB Tomori)
Atraksi budaya
Untuk akses jalan, kata Subrata, pemerintah bisa bersinergi dengan perusahaan. Sementara yang tak kalah penting juga ialah atraksi budaya. Pesona pantai dan warna warni bisa diperoleh dari wilayah lainnya. Tapi atraksi budaya pasti akan berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Oleh karena itu, pentingnya memiliki ciri khas melalui atraksi.
"Saya beberapa kali ke Bali. Ada satu desa itu potensinya cuma monyet dan itu yang menjadi keunikan tersendiri. Inilah yang kemudian dikunjungi oleh mereka yang ingin melihat monyet. Nah, kalo malam ada seni teater, yakni tari kecak," ungkapnya.
Untuk dapat menikmati seni teater berkapasitas 500 orang tersebut maka pengunjung harus merogoh kocek sebesar Rp100.000 per orang. Saat ini, pendapatan asli desa mereka mencapai delapan miliar rupiah pertahunnya.
"Awalnya mereka tidak punya potensi apa apa, tapi karena mereka bersatu membangun kawasan wisata maka semua menikmati hasilnya. Saat ini semua warga tidak bekerja di luar desa. Ada yang dulunya kerja di hotel, sekarang kembali ke kampung. Sebab mereka menerima gaji yang jauh lebih tinggi," tuturnya.
Saat ini Desa Sinorang sudah memiliki kampung pelangi, namun itu bukan hal baru. Sebab di wilayah Bandung, Jawa Barat dan Malang, Jawa Timur, hal itu sudah ada. Sehingganya, dibutuhkan sesuatu yang jauh lebih unik lagi. Meski begitu, Subrata mengaku akan tetap membantu memasarkan kampung pelangi kepada pengunjung.
"Nah, itu yang mesti dipikirkan sejak saat ini. Apa saja yang akan kita jual dari potensi wisata yang ada di sini. Mari kita sama-sama bersinergi," kata Subrata.
Camat Batui Selatan, Mhuksin sebelum meresmikan secara resmi kampung pelangi juga menyebutkan bahwa Desa Sinorang telah memiliki Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis). Oleh karena itu, ia berharap ada dukungan dari pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Pariwisata terkait pelatihan kepada Pokdarwis dalam hal pengelolaan objek wisata.
"Kepada masyarakat juga saya minta kita dapat bekerjasama di tahap awal. Dulu dengan sekarang perbedaannya jauh sekali. Dulu, orang malas mau ke sini. Mereka tidak tau, tapi sekarang orang-orang bertanya dimana kampung pelangi. Artinya sudah ada daya tarik pada langkah awal ini," terangnya.
Ia juga berpesan kepada masyarakt bisa sadar kebersihan lingkungan. Sebab warna warni yang ada akan sia-sia jika kondisi pantainya kotor.
"Kalau bersih kita juga yang rasa, orang yang datang juga senang walaupun cuma lihat Kalaumang. Tapi kalau kotor menyesal orang datang. Saya harap dari karang taruna juga berperan aktif dalam hal ini," pintanya.
Mhuksin juga berharap bantuan dari perusahaan bisa berkelanjutan. Sehingga sarana dan prasarana objek wisata kampung pelangi dapat terwujud. Demikian pula kepada masyarakat diharapkan dapat meningkatkan sajian kuliner, sehingga pengunjung puas dan bisa kembali datang di lain waktu.
Baca juga: Edukasi dan media gathering, sinergitas membangun daerah
Baca juga: SKK Migas harap media ikut jaga industri hulu migas
Area administrasi Section Head JOB Tomori, Yusrizal Djamaludin saat memberikan sambutan pada peresmian Wisata Kampung Pelangi Desa Sinorang, Minggu (1/12/2019). [ANTARA/Steven Pontoh]
Sebuah dusun yang mayoritas dihuni masyarakat suku Bajo di pesisir pantai Desa Sinorang ini, mengubah warna cat setiap rumah menjadi warna warni menyerupai pelangi. Meski terbilang menduplikasi kampung warna-warni di Malang, namun apa yang dilakukan masyarakat cukup menarik perhatian.
Firnawati Labihi, pengelola Rumah Pemberdayaan Ibu dan Anak (RPIA) Sinorang Buloli mengemukakan bahwa pengecetan rumah warna warni bermula dari keinginan warga setempat yang kemudian diakomodir oleh perusahaan migas setempat.
"Saya basic-nya guru TK. Jadi RPIA Siboli (Sinorang-Buloli) saya cat warna warni untuk menarik perhatian anak-anak. Eh, ternyata masyarakat juga mau. Hanya karena tidak ada biaya jadi saya komunikasikan dengan pihak JOB Tomori dan disetujui," terang Firnawati.
Itu juga diakui Area administrasi Section Head JOB Tomori, Yusrizal Djamaludin. Ia mengungkapkan bahwa total 65 bangunan mendapatkan bantuan perusahaan melalui program Corporate Social Responsibility (CSR). Jumlah itu terdiri dari rumah warga dan bangunan umum. Ia juga menjelaskan bahwa masyarakat setempat beberapa di antaranya pernah mendapatkan pelatihan kerajinan tangan. Hal itu akan menjadi pendukung pariwisata jika dapat dikembangkan dengan baik.
"Kami berharap dari bantuan ini masyarakat bisa meningkatkan kreatifitasnya sehingga ada potensi yang dapat menarik pengunjung ke tempat ini," kata Yusrizal pada peresmian Kampung Wisata Pelangi Desa Sinorang, Minggu (1/12/2019).
Yusrizal juga berpesan agar masyarakat juga dapat menjaga kebersihan lingkungan pantai. Sebab, hal itu meruapakan salah satu daya tarik pantai bagi pengunjung. Senada dengan itu, Kabid Pemasaran Dinas Pariwisata Banggai Subrata Kalape menjelaskan beberapa hal yang harus diperhatikan ketika ingin membangun destinasi wisata.
"Bagaimana mengembangkan Desa Sinorang jadi kawasan objek wisata yang maju. Tiga hal penting dalam kawasan objek wisata, pertama adalah penunjang objek wisata, sarana dan prasarananya. Akses ke lokasi dan lainnya," kata Subrata.
Selain sarana dan prasarana termasuk akses jalan, keramahan masyarakat juga jadi hal penting. Sebab, tujuan dari destinasi wisata ialah bagaimana membuat pengunjung tertarik untuk datang kembali. Itu harus sejalan antara sarana dan prasarana serta keramahan masyarakat.
Jika targetnya adalah turis maka sarana penunjang salah satunya ialah toilet. Karena mereka tidak peduli sarana hotelnya, tapi mereka butuhnya kloset duduk. Itu syarat utama, kata Subrata. Kedua, harus ada shower air hangat. Karena turis tidak tahan air dingin.
"Kalau kamar tidur itu sederhana saja. Tapi itu kalau Desa Sinorang mau terbuka kepada pengunjung mancanegara," jelas Subrata.
Baca juga: BUMDes jawab kebutuhan masyarakat desa di Banggai
Baca juga: Depot Herbal Kalisbatan Sinorang kini mandiri berkat binaan JOB Tomori
Atraksi budaya
Untuk akses jalan, kata Subrata, pemerintah bisa bersinergi dengan perusahaan. Sementara yang tak kalah penting juga ialah atraksi budaya. Pesona pantai dan warna warni bisa diperoleh dari wilayah lainnya. Tapi atraksi budaya pasti akan berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Oleh karena itu, pentingnya memiliki ciri khas melalui atraksi.
"Saya beberapa kali ke Bali. Ada satu desa itu potensinya cuma monyet dan itu yang menjadi keunikan tersendiri. Inilah yang kemudian dikunjungi oleh mereka yang ingin melihat monyet. Nah, kalo malam ada seni teater, yakni tari kecak," ungkapnya.
Untuk dapat menikmati seni teater berkapasitas 500 orang tersebut maka pengunjung harus merogoh kocek sebesar Rp100.000 per orang. Saat ini, pendapatan asli desa mereka mencapai delapan miliar rupiah pertahunnya.
"Awalnya mereka tidak punya potensi apa apa, tapi karena mereka bersatu membangun kawasan wisata maka semua menikmati hasilnya. Saat ini semua warga tidak bekerja di luar desa. Ada yang dulunya kerja di hotel, sekarang kembali ke kampung. Sebab mereka menerima gaji yang jauh lebih tinggi," tuturnya.
Saat ini Desa Sinorang sudah memiliki kampung pelangi, namun itu bukan hal baru. Sebab di wilayah Bandung, Jawa Barat dan Malang, Jawa Timur, hal itu sudah ada. Sehingganya, dibutuhkan sesuatu yang jauh lebih unik lagi. Meski begitu, Subrata mengaku akan tetap membantu memasarkan kampung pelangi kepada pengunjung.
"Nah, itu yang mesti dipikirkan sejak saat ini. Apa saja yang akan kita jual dari potensi wisata yang ada di sini. Mari kita sama-sama bersinergi," kata Subrata.
Camat Batui Selatan, Mhuksin sebelum meresmikan secara resmi kampung pelangi juga menyebutkan bahwa Desa Sinorang telah memiliki Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis). Oleh karena itu, ia berharap ada dukungan dari pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Pariwisata terkait pelatihan kepada Pokdarwis dalam hal pengelolaan objek wisata.
"Kepada masyarakat juga saya minta kita dapat bekerjasama di tahap awal. Dulu dengan sekarang perbedaannya jauh sekali. Dulu, orang malas mau ke sini. Mereka tidak tau, tapi sekarang orang-orang bertanya dimana kampung pelangi. Artinya sudah ada daya tarik pada langkah awal ini," terangnya.
Ia juga berpesan kepada masyarakt bisa sadar kebersihan lingkungan. Sebab warna warni yang ada akan sia-sia jika kondisi pantainya kotor.
"Kalau bersih kita juga yang rasa, orang yang datang juga senang walaupun cuma lihat Kalaumang. Tapi kalau kotor menyesal orang datang. Saya harap dari karang taruna juga berperan aktif dalam hal ini," pintanya.
Mhuksin juga berharap bantuan dari perusahaan bisa berkelanjutan. Sehingga sarana dan prasarana objek wisata kampung pelangi dapat terwujud. Demikian pula kepada masyarakat diharapkan dapat meningkatkan sajian kuliner, sehingga pengunjung puas dan bisa kembali datang di lain waktu.
Baca juga: Edukasi dan media gathering, sinergitas membangun daerah
Baca juga: SKK Migas harap media ikut jaga industri hulu migas