Palu (ANTARA) - Pasangan bakal calon kepala daerah dan wakil kepala daerah di Pilkada 2020 telah mengemuka pada sejumlah nama, dan mulai mengerucut pada nama-nama tertentu.
Peran parpol dalam penetapan calon juga masih dominan memprioritaskan kadernya, meskipun survey menjadi salah satu alat ukur.
Karenanya sejumlah bakal calon ramai-ramai bersosialisasi melalui pemasangan baliho di pusat keramaian dan media sosial maupun media lainnya.
Sampai sampai beberapa ASN dipanggil Bawaslu atas laporan masyarakat untuk dimintai keterangan, karena dinilai melanggar netralitas.
Satu ketika saya diminta menjadi narasumber dalam dialog publik, diselenggarakan oleh sebuah media lokal. Tema dialog publik tersebut terkait arah dan kebijakan investasi di Sulawesi Tengah, menyikapi pindahnya Ibukota Negara ke Kalimantan Timur
Ada dua pertanyaan kritis yang terselip dari beberapa pertanyaan yang mengemuka : (1) Bagaimana kriteria pemimpin daerah yang mampu membawa perubahan; (2) Apakah dengan pendekatan survey dapat menjamin terpilihnya pemimpin seperti yang diharapkan.
Baca juga: OPINI - Ubah bencana menjadi berkah
Kening saya secara otomatis naik, menandakan bahwa ini pertanyaan yang cukup berat, karena agak keluar dari tema dialog, tetapi saya pandang masih ada relevansinya. Dan butuh jawaban yang pas agar tidak menimbulkan masalah.
Jawaban pertanyaan tersebut sengaja diletakkan paling akhir agar tidak keluar dari tema dialog, dan juga teringat catatan dalam ujian tertulis pada waktu kuliah “kerjakanlah soal yang paling mudah terlebih dahulu”.
Saat mulai masuk menjawab dua pertanyaan tadi, saya perhatikan hampir semua audiens serius memperhatikan, karena ini terkait dengan suksesi yang lagi hangat dibicarakan di ruang-ruang publik dan media sosial maupun media lainnya. Mereka tentunya ingin mendengar bagaimana pandangan dari narasumber tunggal malam itu.
Saya berpandangan bahwa kita saat ini berada di era digital, era industri 4.0 dan era distrupsi. Semua bentuk perencanaan, pelayanan dan pembangunan sangat dipengaruhi oleh instrumen digital.
Kita ingat bagaimana taksi online menggeser taksi konvensional, transaksi nontunai menggeser transaksi tunai, cukup dengan aplikasi. Bahkan dengan teknologi digital bangunan hotel 30 tingkat dapat dirancang dan diselesaikan hanya kurang lebih sebulan.
Selain itu kita baru saja dilanda bencana dahsyat 28 September 2018 yang meluluhlantakan sejumlah infrastruktur dan sejumlah lapangan usaha. Ditambah lagi dengan angka kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan yang masih tinggi.
Baca juga: Pilkada dan 'papoji depan dan belakang'
Di balik semua itu, daerah ini juga mendapat berkah dari yang maha kuasa antara lain atas kebijakan Presiden Joko Widodo memindahkan ibukota Negara dari Jakarta ke Kalimantan Timur.
Daerah ini paling tidak dapat berperan sebagai; (1) Jembatan penghubung ibukota negara dengan kawasan timur melalui integrasi tol laut dan tol darat (Tambu-Kadimbar); (2) Penyangga kebutuhan ibukota; dan (3) menjadi destinasi wisata bagi warga ibukota karena jaraknya sangat dekat.
Peluang dan tantangan di atas kesemuanya berpulang kepada kemampuan pemimpinya untuk mendesain dan mengeksekusi.
Mengutip hasil survey Tempo terhadap pemimpin daerah tauladan di tahun 2017 dan menghasilkan sepuluh kepala daerah tauladan, terbaik. Kepala daerah tersebut antara lain Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Bupati Bojonegoro Suyoto, Bupati Bantaeng Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah, Bupati Batang Jawa Tengah Yoyok Riyo Sudibyo, dan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil.
Selain itu Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Bupati Tapin Kalimantan Selatan Arifin Arpan, Bupati Malinau Kalimantan Utara Yansen Tipa Padan, Bupati Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta Hasto Wardoyo, dan Wali Kota Makassar Mohammad Ramdhan Pomanto.
Baca juga: Banyak pendapat 'kurang pendapatan'
Kesepuluh pemimpin daerah tauladan dan terbaik itu disimpulkan memiliki kemampuan sebagai konseptor dan eksekutor yang Handal. Mereka sangat familiar dengan inovasi-teknologi berbasis digital. Memprioritaskan pengembangan SDM dan transformasi ekonomi maupun sosial. Sangat paham dengan membangun bisnis ekosistem dan menggunakan pendekatan Penta Heliks dalam merancang dan mengeksekusi.
Mengakhiri acara dialog, saya katakan untuk suksesi di Sulawesi Tengah tahun 2020, mohon maaf saya tidak memberikan kriteria. Silahkan bapak, ibu dan adik adik mahasiswa dialogkan dan diskusikan untuk bangun kriterianya. Kisi-kisi dan referensi untuk itu sudah ada tinggal kembangkan budaya literasi dan saya kira bisa.
Demikian yang dapat saya sampaikan, sekian terimakasih, Wabillahi Taufiq Walhidayah, Wasslamu Alaikum Wa. Wb. Hampir semua audiens memberikan aplous pertanda acara telah selesai.***
Penulis adalah Kepala Bappeda Sulteng
Peran parpol dalam penetapan calon juga masih dominan memprioritaskan kadernya, meskipun survey menjadi salah satu alat ukur.
Karenanya sejumlah bakal calon ramai-ramai bersosialisasi melalui pemasangan baliho di pusat keramaian dan media sosial maupun media lainnya.
Sampai sampai beberapa ASN dipanggil Bawaslu atas laporan masyarakat untuk dimintai keterangan, karena dinilai melanggar netralitas.
Satu ketika saya diminta menjadi narasumber dalam dialog publik, diselenggarakan oleh sebuah media lokal. Tema dialog publik tersebut terkait arah dan kebijakan investasi di Sulawesi Tengah, menyikapi pindahnya Ibukota Negara ke Kalimantan Timur
Ada dua pertanyaan kritis yang terselip dari beberapa pertanyaan yang mengemuka : (1) Bagaimana kriteria pemimpin daerah yang mampu membawa perubahan; (2) Apakah dengan pendekatan survey dapat menjamin terpilihnya pemimpin seperti yang diharapkan.
Baca juga: OPINI - Ubah bencana menjadi berkah
Kening saya secara otomatis naik, menandakan bahwa ini pertanyaan yang cukup berat, karena agak keluar dari tema dialog, tetapi saya pandang masih ada relevansinya. Dan butuh jawaban yang pas agar tidak menimbulkan masalah.
Jawaban pertanyaan tersebut sengaja diletakkan paling akhir agar tidak keluar dari tema dialog, dan juga teringat catatan dalam ujian tertulis pada waktu kuliah “kerjakanlah soal yang paling mudah terlebih dahulu”.
Saat mulai masuk menjawab dua pertanyaan tadi, saya perhatikan hampir semua audiens serius memperhatikan, karena ini terkait dengan suksesi yang lagi hangat dibicarakan di ruang-ruang publik dan media sosial maupun media lainnya. Mereka tentunya ingin mendengar bagaimana pandangan dari narasumber tunggal malam itu.
Saya berpandangan bahwa kita saat ini berada di era digital, era industri 4.0 dan era distrupsi. Semua bentuk perencanaan, pelayanan dan pembangunan sangat dipengaruhi oleh instrumen digital.
Kita ingat bagaimana taksi online menggeser taksi konvensional, transaksi nontunai menggeser transaksi tunai, cukup dengan aplikasi. Bahkan dengan teknologi digital bangunan hotel 30 tingkat dapat dirancang dan diselesaikan hanya kurang lebih sebulan.
Selain itu kita baru saja dilanda bencana dahsyat 28 September 2018 yang meluluhlantakan sejumlah infrastruktur dan sejumlah lapangan usaha. Ditambah lagi dengan angka kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan yang masih tinggi.
Baca juga: Pilkada dan 'papoji depan dan belakang'
Di balik semua itu, daerah ini juga mendapat berkah dari yang maha kuasa antara lain atas kebijakan Presiden Joko Widodo memindahkan ibukota Negara dari Jakarta ke Kalimantan Timur.
Daerah ini paling tidak dapat berperan sebagai; (1) Jembatan penghubung ibukota negara dengan kawasan timur melalui integrasi tol laut dan tol darat (Tambu-Kadimbar); (2) Penyangga kebutuhan ibukota; dan (3) menjadi destinasi wisata bagi warga ibukota karena jaraknya sangat dekat.
Peluang dan tantangan di atas kesemuanya berpulang kepada kemampuan pemimpinya untuk mendesain dan mengeksekusi.
Mengutip hasil survey Tempo terhadap pemimpin daerah tauladan di tahun 2017 dan menghasilkan sepuluh kepala daerah tauladan, terbaik. Kepala daerah tersebut antara lain Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Bupati Bojonegoro Suyoto, Bupati Bantaeng Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah, Bupati Batang Jawa Tengah Yoyok Riyo Sudibyo, dan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil.
Selain itu Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Bupati Tapin Kalimantan Selatan Arifin Arpan, Bupati Malinau Kalimantan Utara Yansen Tipa Padan, Bupati Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta Hasto Wardoyo, dan Wali Kota Makassar Mohammad Ramdhan Pomanto.
Baca juga: Banyak pendapat 'kurang pendapatan'
Kesepuluh pemimpin daerah tauladan dan terbaik itu disimpulkan memiliki kemampuan sebagai konseptor dan eksekutor yang Handal. Mereka sangat familiar dengan inovasi-teknologi berbasis digital. Memprioritaskan pengembangan SDM dan transformasi ekonomi maupun sosial. Sangat paham dengan membangun bisnis ekosistem dan menggunakan pendekatan Penta Heliks dalam merancang dan mengeksekusi.
Mengakhiri acara dialog, saya katakan untuk suksesi di Sulawesi Tengah tahun 2020, mohon maaf saya tidak memberikan kriteria. Silahkan bapak, ibu dan adik adik mahasiswa dialogkan dan diskusikan untuk bangun kriterianya. Kisi-kisi dan referensi untuk itu sudah ada tinggal kembangkan budaya literasi dan saya kira bisa.
Demikian yang dapat saya sampaikan, sekian terimakasih, Wabillahi Taufiq Walhidayah, Wasslamu Alaikum Wa. Wb. Hampir semua audiens memberikan aplous pertanda acara telah selesai.***
Penulis adalah Kepala Bappeda Sulteng