Kisah UMKM Makasar membangun bisnis dan bertahan di tengah pandemi COVID-19

id umkm,servis komputer,umkm makasar

Kisah UMKM Makasar membangun bisnis dan bertahan di tengah pandemi COVID-19

Pemilik Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Wana Satria Komputer, Ahmad Fajar Al Farooq sedang menginstal laptop atau komputer jinjing pelanggan di tempat usahanya, jalan Tamalate, Makassar, Sulawesi Selatan. ANTARA/Darwin Fatir.

Makassar (ANTARA) - Memiliki kemampuan memperbaiki perangkat komputer yang rusak hingga bisa dijadikan barang laku jual, pria muda bernama lengkap Ahmad Fajar Al Farooq pun sukses membangun usahanya, meski dalam skala Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).

Usaha yang dirintis ini berdiri bukan tanpa kendala dan hambatan. Dari menjalankan bisnis percetakan milik keluarga sampai mencoba melamar pekerjaan melalui wadah ob Fair dilakukannya, tetapi sayang nasibnya kurang beruntung.

"Sejak lulus kuliah saya mencoba melamar pekerjaan, tapi tidak ada panggilan. Berkali-kali ikut tapi belum ada panggilan bekerja," tutur alumnus Fakultas Elektro Universitas Negeri Makassar itu.

Meski demikian, pria kelahiran Sinjai 1993 itu tidak patah arang dan tetap berusaha mencari pekerjaan. Pada akhirnya ia diterima di salah satu perusahaan swasta bergerak di bidang penanaman modal saham sekaligus mencari investor yaitu Solid Gold.

Namun belum beberapa lama bekerja, lulusan kampus pencetak guru ini memutuskan keluar dari pekerjaan itu karena sudah tidak cocok dengan jiwanya, lalu belakangan sempat jadi pengangguran tanpa pekerjaan.

Meskipun Ahmad tidak bekerja, tetapi ia memiliki keahlian mengutak atik perangkat komputer belajar secara otodidak. Selanjutnya mencoba tantangan baru menerima jasa perbaikan komputer dan laptop atau komputer jinjing.

"Kalau ada komputer maupun laptop rusak atau bekas saya beli lalu diperbaiki. Pernah om (paman) saya memberi laptop rusak, kemudian diperbaiki lalu dia dijual, waktu itu saya dikasih Rp300 ribu, katanya uang jasa," ucap Ahmad menceritakan.

Berprofesi sebagai tukang servis, dirinya merasa penghasilan pas-pasan dan tidak cukup memenuhi kebutuhan. Pada suatu masa keberuntungan menghampirinya. Kebiasaan menggambar pada program desain grafis mengantarkan ia menjadi juara kompetisi logo dan berhak mendapatkan uang pembinaan senilai Rp2 juta. Uang itu kemudian ia tabung.

Berbekal modal tabungan itulah, lelaki berusia 29 tahun ini mulai bangkit dan berfikir bagaimana cara membuka bengkel khusus menangani perbaikan komputer.
Inilah yang menjadi tantangan barunya merintis usaha pada tahun 2015.

"Waktu itu saya sudah punya modal, mencari laptop bekas atau rusak baik secara langsung maupun mencari di media sosial. Beberapa unit saya beli, lalu memperbaikinya, setelah itu dijual, meskipun harganya tidak sama dengan barang baru, tapi lumayan lah," ujar dia.

Usahanya pun bergerak, selain melakukan promosi di media sosial, ia juga rutin menyebarkan informasi melalui pamplet yang ditempelkan di lokasi strategis sampai tembok rumah warga agar mudah dilihat orang untuk bisa menghubunginya.

Tahun 2016 ia mendapat bantuan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Kala itu izinnya masih berstatus Usaha Dagang (UD) bernama Wana Satria. Usaha ini sebelumnya dirintis keluarga yang bergerak di bidang percetakan dan sablon awal tahun 2003.

Dia bersama kakaknya pernah menjadi bagian dari pekerjaan itu. Namun belakangan seiring perkembangan zaman usaha percetakan manual mulai ditinggalkan pelanggan.

Seiring waktu dan zaman mulai berubah ke Industri Teknologi (IT), usaha ini mulai berkembang dari servis hingga jual beli laptop bekas sampai penjualan laptop baru. Dari situ menunjukkan hasil yang signifikan. Jaringan pelanggan pun ikut bertambah, lalu diputuskan nama Wana Satria ditambahkan Komputer, lalu naik kasta menjadi badan usaha atau CV (Comanditaire Venootschap).

Pengurusan izin usaha kemudian diurus pada tahun 2018, dalam bentuk UMKM bersama dengan rekan se-timnya dinamai Wara Satria Komputer. Dalam perjalanan omzet penjualan terus mengalami kemajuan, bahkan pernah menembus di angka Rp200 jutaan dalam dua bulan terakhir pada tahun 2019.

"Alhamdulillah, saat ini saya bersama tim sudah menyewa tempat untuk penjualan sekaligus servis baik itu laptop maupun pengadaan komputer. Nama Wana Satria Komputer sekarang juga tidak asing di kalangan UMKM," ungkap dia.


Dampak Pandemi

Sejak masa pandemi Virus Corona baru atau COVID-19, kata dia, semua UMKM sangat terpukul, termasuk penjualan dan servis komputer. Orang rata-rata dibatasi untuk keluar rumah, sehingga berimbas turunnya omzet.

Hal ini juga berdampak dengan laju pertumbuhan bisnisnya yang tidak bergerak selama hampir dua bulan. Tetapi bermodalkan mental yang kuat, bersama timnya giat mempromosikan melalui jaringan internet di website serta di media sosial.

"Setelah melihat situasi dan peluang ada di situ, kami bergerak memberikan kemudahan yakni antar jemput baik itu servis maupun penjualan. Transaksi pun lewat tranfer atau mobile banking, mengingat ada protokol kesehatan mengatur orang berinteraksi," beber dia.

Cara itu ternyata dianggap efektif. Tim secara perlahan mulai bekerja mengambil dan mengantar orderan atau memanfatkan jasa transportasi daring seperti Gojek dan Grab dalam proses pengantaran. Usahanya kini masih bertahan sampai sekarang.

Ahmad sangat bersyukur dikelilingi orang-orang bermental kuat yang tergabung dalam Komunitas Tangan Di atas (TDA) Makassar. Rata-rata anggotanya merupakan pelaku UMKM. Selama masa sulit ini, mereka saling menguatkan satu sama lain walaupun pandemi Corona telah meluluhlantahkan semua lini perekonomian.

Pihaknya sangat berharap pemerintah  turun tangan membantu usaha para pelaku UMKM selama masa pandemi ini.

"Harapannya, teman-teman UMKM yang lain bisa dibantulah dalam permodalan untuk membangkitkan usahanya kembali. Sebab saat ini semua serba sulit, pemerintah sangat bisa menggerakkan perbankan agar membantu mereka yang sedang terpuruk ekonominya," harap Ahmad.