Ketum terpilih KH Miftachul Akhyar: Umat menunggu kiprah MUI

id Majelis Ulama Indonesia,miftachul akhyar,MUI,ketua umum MUI

Ketum terpilih KH Miftachul Akhyar: Umat menunggu kiprah MUI

Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia periode 2020-2025, KH Miftachul Akhyar, saat memberi sambutan pertamanya sebagai pimpinan tertinggi MUI dalam Musyawarah Nasional MUI ke-10 di Jakarta, Jumat (27/11/2020). (ANTARA/Arief Mujayatno)

Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia periode 2020-2025, KH Miftachul Akhyar, mengatakan umat dan masyarakat menunggu kiprah MUI kepengurusan baru untuk menghadapi berbagai tantangan keumatan.

"Umat sedang menunggu apa langkah kita," kata Miftach di Jakarta, Jumat, sebelum menerima secara simbolis estafet kepemimpinan dari Ketum MUI 2015-2020 KH Ma'ruf Amin.

Ia mengatakan menjadi ketua umum bukan berarti lebih baik dari figur lainnya. Pimpinan tertinggi MUI juga merupakan amanah yang besar sekaligus memikul beban yang berat.

Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama itu mengatakan salah satu tantangan umat yang harus diatasi adalah di era teknologi saat ini terjadi banyak ketidakpastian.



Ketidakpastian, kata dia, memicu umat berada di tengah kegamangan tujuan hidup sebagaimana diramalkan Rasulullah Muhammad SAW. Rasulullah menyebut ketidakpastian juga menjadi penanda datangnya kiamat.

"Rasulullah pernah menyatakan, hari itu sudah diramalkan Rasulullah, kiamat belum diselenggarakan sebagai penutup kehidupan dunia, sampai suatu massa seseorang tidak tahu motivasi apa kehidupannya, apa penggeraknya, apa penyebabnya," kata dia.

"Dia hanya ikut dan terpengaruh situasi dan kondisi. Seseorang membunuh tapi dia tidak tahu motivasinya, yang terbunuh juga tidak tahu sebabnya dia dibunuh," katanya.

Miftach mengatakan Rasulullah menyebut zaman ketidakpastian itu terjadi gonjang-ganjing dengan menipisnya batas kebenaran dan kebatilan, tidak ada upaya masyarakat mengklarifikasi isu, hoaks bertebaran, fitnah dianggap sunah dan lainnya.

"Maka sangat berat tugas ulama. Sungguh mulia tugas yang mewarisi (Nabi Muhammad) dan diwarisi (ulama)," kata dia merujuk kehadiran nabi dan ulama untuk menjaga umat.