Pelatih: Capaian Hendra/Ahsan sudah maksimal di WTF 2020

id bulu tangkis,world tour finals,ganda putra,herry iman pierngadi,hendra setiawan,mohammad ahsan

Pelatih: Capaian Hendra/Ahsan sudah maksimal di WTF 2020

Ganda putra peringkat dua dunia Mohammad Ahsan (kiri) dan Hendra Setiawan. ANTARA/Erika Sawauchi/Badmintonphoto/pri.

Jakarta (ANTARA) - Pelatih timnas bulu tangkis ganda putra Herry Iman Pierngadi menilai capaian Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan di turnamen BWF World Tour Finals 2020 sudah maksimal mengingat ada batasan usia dan stamina yang dialami.

Bermain di usia yang tergolong tidak muda, menjadi tantangan tersendiri bagi Ahsan/Hendra.

Ahsan tahun ini berusia 33 tahun, sedangkan Hendra 36 tahun, tentunya cukup sulit untuk melawan pemain-pemain yang perbedaan usianya mencapai 10 tahun terutama dalam sisi fisik dan tenaga.

Sehingga, untuk bisa mencapai final, merupakan pencapaian yang baik bagi sang juara World Tour Finals 2019 ini.



"Memang buat Ahsan/Hendra, pencapaian bisa sampai final dengan usia seperti ini, menurut saya sudah cukup baik di usia mereka yang di atas 30 tahun. Meski belum sempurna untuk menjadi juara," kata Herry dikutip rilis PBSI, Minggu.

Selain itu, Herry menilai permainan yang ditampilkan Lee Yang/Wang Chi Lin pada tiga turnamen di Thailand sangat konsisten.

The Daddies yang sempat bertemu wakil Taiwan itu di Thailand Open seri kedua pekan lalu juga berakhir dengan kekalahan.

"Kalau melihat permainan tadi memang Hendra/Ahsan kalah tenaga tangannya. Pertama karena lapangannya juga kalah angin. Harus diakui pemain Taiwan ini selama tiga minggu penampilannya konsisten banget. Penampilan mereka di Thailand Open sangat bagus. Baik dari fisik, tenaga, konsentrasi, dan fokusnya luar biasa menurut saya," Herry menuturkan.



Herry juga melihat bahwa strategi permainan pun sulit untuk diterapkan. Sejak awal kualitas lawan memang lebih unggul, mereka bermain sangat cepat dan keras.

"Kalau strategi sebenarnya tidak terlalu berpengaruh. Memang gim pertama itu kita tertekan terus, tidak bisa keluar. Kualitas drive mereka sangat keras dan cepat. Jadi kita mau antisipasi atau mengubah cara main juga tidak bisa, karena mereka menyerang dan menekan terus menerus. Kita mau tahan atau rem juga mereka langsung menutup lagi. Ya itu tadi, tenaga tangannya kita kalah," jelas Herry.

"Bolanya kalah cepat karena keras. Kalau kemarin lawan Korea Selatan kan hampir sama sebenarnya mainnya, meski tenaganya lawan agak turun sedikit. Kalau ini (Taiwan) tenaganya masih konsisten. Tidak bisa diakalin sama sekali. Jadi memang yang utamanya adalah kalah di kecepatan dan tenaganya," Herry menjelaskan.