El Nino dorong target pertanian 2023 turun ke 3,7 persen

id El nino,Ketahanan pangan,sri mulyani,menteri keuangan,target pertanian,raker komisi XI dpr,pertumbuhan pertanian

El Nino dorong target pertanian 2023 turun ke 3,7 persen

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam Rapat Kerja bersama Komisi XI DPR RI di Jakarta, Rabu (31/8/2022). (ANTARA/AstridFaidlatulHabibah)

Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyebutkan ketidakpastian musim seperti terjadinya El Nino mendorong target pertumbuhan sektor pertanian tahun depan turun ke level 3,7 persen.

Pertumbuhan sektor pertanian tahun depan sendiri sebelumnya telah ditargetkan sebesar 4 - 4,2 persen dalam Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM PPKF) 2023.

“Kalau pertanian ini karena dua tahun ini sangat exceptional dari sisi musim,” kata Menkeu Sri Mulyani dalam Rapat Kerja bersama Komisi XI DPR RI di Jakarta, Rabu.

Sri Mulyani menjelaskan musim sangat sering mengalami perubahan secara tiba-tiba sepanjang dua tahun terakhir, bahkan selama pandemi COVID-19 sehingga memberi pengaruh terhadap sektor pertanian, termasuk tanaman pangan yaitu beras.

Sementara untuk tahun depan ia menuturkan sudah mulai muncul perkiraan musimnya yakni adanya El Nino sehingga menjadi salah satu pertimbangan bagi pemerintah untuk waspada.

Berdasarkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), El Nino merupakan fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah. “El Nino menjadi salah satu faktor yang perlu kita pertimbangkan. Kita juga perlu melihat dari sisi siklus kenaikan produktivitas dari pertanian,” ujar Sri Mulyani.

Menurutnya, pemerintah harus waspada terhadap faktor musim mengingat Brasil dan Kanada telah mengalami kekeringan dan gagal panen pada tahun ini akibat hal tersebut. “Ini mereka sudah mulai terkena siklus seperti itu pada akhir 2021 dan pertengahan 2022. Pertanyaannya apakah Indonesia akan terkena pada 2023?,” kata Sri Mulyani.

Meski demikian ia memastikan saat ini pemerintah terus melakukan berbagai langkah untuk menopang ketersediaan pangan termasuk melalui program ketahanan pangan. “Tentu harusnya semoga bisa betul-betul dapat menghindarkan risiko dari uncontrollable seperti weather (cuaca),” kata Sri Mulyani.

Sri Mulyani Indrawati juga menyatakan terdapat potensi penurunan terhadap target pertumbuhan ekonomi 2023 yang sebesar 5,3 persen akibat ketidakpastian global. “Kalau kita lihat 2023 ada tendensi revisi ke bawah terhadap proyeksi ekonomi,” katanya.

Sri Mulyani menjelaskan salah satu faktor yang memunculkan potensi target pertumbuhan ekonomi tahun depan direvisi ke bawah adalah adanya kebijakan moneter yang hawkish dari bank-bank sentral di negara maju.

Bank-bank sentral di negara maju diperkirakan terus menaikkan suku bunga pada 2023 sehingga akan memukul pertumbuhan ekonomi dan berpotensi berdampak ke Indonesia dari sisi ekspor. “Tentu saja ekspor kita yang bisa tumbuh di atas 30 persen mungkin bukan menjadi baseline yang terus terjadi,” ujar Sri Mulyani.

Oleh sebab itu, pemerintah akan sangat berhati-hati mengingat konsumsi juga berpotensi melemah akibat kenaikan harga komoditas padahal konsumsi menjadi penopang pertumbuhan ekonomi 2023. “Ini yang kemudian perlu kita lihat untuk forecast tahun 2023. Faktor-faktor baru ini harus kita pertimbangkan,” tegasnya.

Secara rinci, target pertumbuhan ekonomi tahun depan sebesar 5,3 persen akan ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang diperkirakan tumbuh 5,2 persen, konsumsi LNPRT diperkirakan tumbuh 8,1 persen dan konsumsi pemerintah yang diperkirakan tumbuh 0,8 persen.

“Konsumsi rumah tangga akan tetap bertahan di atas 5 persen berarti sebuah asumsi yang cukup optimis,” katanya.

Kemudian investasi yang diproyeksikan tumbuh 6,1 persen, ekspor 8 persen, impor 7,1 persen, manufaktur 5,3 persen, pertanian 3,7 persen, perdagangan 5,4 persen, konstruksi 6,5 persen, pertambangan 3,2 persen dan transportasi 7,4 persen.

Ia menambahkan, untuk investasi yang tahun depan ditargetkan tumbuh 6,1 persen harus membutuhkan usaha yang lebih besar mengingat pada kuartal II-2022 ini masih di level sekitar 3 persen.

Beberapa dukungan diperlukan untuk mencapai target investasi 2023 baik dari sisi perbankan, capital market maupun terciptanya easy of doing business untuk mampu menarik capital inflow.

Sedangkan sektor-sektor yang terkena scarring effect lebih dalam akibat pandemi COVID-19 seperti konstruksi, transportasi dan akomodasi diperkirakan baru akan mulai pulih secara cukup baik pada 2023. “Tentu ini kalau tidak terpengaruh oleh situasi global,” tegas Sri Mulyani.