Jakarta (ANTARA) - Pertemuan para menteri luar negeri Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) atau AMM diwarnai dua “wajah baru” dari Kamboja dan Thailand.
“Selamat datang khususnya kepada Menlu Chenda Sophea dari Kamboja, saya berharap dapat bekerja sama secara erat dengan Anda,” kata Menlu Indonesia Retno Marsudi ketika membuka AMM di Jakarta, Senin.
Sebelumnya selama AMM pada Juli, Kamboja diwakili oleh Prak Sokhonn selaku menlu kala itu. Jabatannya kemudian digantikan oleh Chenda Sophea, yang baru dilantik pada 22 Agustus 2023.
Selain Menlu Kamboja, AMM kali ini dihadiri oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri Thailand Sarun Charoensuwan yang dikirim Bangkok karena Menlu Panpree Phahitthanukorn baru akan dilantik pada Selasa (5/9).
Pada AMM sebelumnya, Thailand diwakili oleh menlu sekaligus Wakil Perdana Menteri Don Pramudwinai.
Sementara itu seperti dalam pertemuan-pertemuan ASEAN sebelumnya, kursi Myanmar masih kosong karena ASEAN tidak mengizinkan negara itu mengirim perwakilan politis terkait krisis --yang dipicu oleh kudeta terhadap pemerintahan terpilih Myanmar pada Februari 2021.
AMM diselenggarakan sebagai rangkaian dari KTT ke-43 ASEAN, yang dilangsungkan di bawah tema keketuaan Indonesia “ASEAN Matters: Epicentrum of Growth”.
Melalui tema tersebut, Indonesia ingin menjadikan ASEAN tetap relevan agar mampu menghadapi berbagai tantangan ke depan serta mendorong stabilitas dan perdamaian kawasan.
Indonesia juga akan terus memperkuat kerja sama konkret agar kawasan Asia Tenggara tetap menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dunia.
Timor Leste
AMM kali ini dihadiri oleh Menlu Brunei Darussalam Erywan Pehin Yusof, Menlu Laos Saleumxay Kommasith, Menlu Malaysia Zambry Abd. Kadir, Menlu Filipina Enrique Manalo, Menlu Singapura Vivian Balakrishnan, Menlu Vietnam Do Hung Vietnam.
Menlu Timor Leste Bendito dos Santos Freitas mengikuti AMM tersebut dengan status sebagai pengamat.
Pertemuan para menteri ASEAN itu juga dihadiri Sekretaris Jenderal ASEAN Kao Kim Hourn.
ASEAN saat ini beranggotakan 10 negara, yakni Indonesia, Brunei Darussalam, Filipina, Malaysia, Singapura, Thailand, Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam.
Timor Leste pada November 2022 sudah"secara prinsip" diterima sebagai anggota ke-11 ASEAN namun belum secara resmi dijadikan anggota penuh, dan hingga kini hanya diberi status sebagai pengamat.
Sebagai pengamat, Timor Leste diperbolehkan untuk mengikuti semua pertemuan ASEAN, termasuk pada tingkat kepala negara/pemerintahan.
Belum diketahui kapan Timor Leste akan secara resmi diterima sebagai anggota penuh ASEAN.
KTT ke-42 ASEAN yang dilangsungkan di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, pada Mei 2023 baru mengesahkan "peta jalan" bagi Timor Leste untuk menjadi anggota resmi.
Peta jalan itu merupakan proses yang harus ditempuh Timor Leste menuju keanggotaan penuh ASEAN, termasuk harus mampu menyelenggarakan pertemuan-pertemuan besar serta memiliki staf pemerintah yang mampu berbicara Bahasa Inggris.