Stadion di London didemo karena gelar pameran senjata yang dijual ke Israel

id Unjuk rasa di London,pameran senjata,Israel,Gaza,Stadion Rugbi London

Stadion di London didemo karena gelar pameran senjata yang dijual ke Israel

Sejumlah orang membentangkan spanduk dan bendera Palestina untuk memprotes partisipasi perusahaan-perusahaan pembuat senjata, yang dipakai Israel, pada pameran 'International Armoured Vehicles' di Stadion Twickenham di London, Inggris, pada Minggu (22/1/2024). ANTARA/Anadolu/tm

London (ANTARA) - Sebuah stadion di London menjadi sasaran protes pada Senin (22/1) karena menjadi tuan rumah pameran senjata bagi perusahaan-perusahaan yang membuat senjata untuk digunakan Israel dalam perang di Gaza.


Para pengunjuk rasa berkumpul di depan Stadion Rugbi Twickenham, mengecam Persatuan Rugbi Inggris yang mengizinkan stadion di barat daya London itu menjadi tuan rumah Pameran Kendaraan Lapis Baja Internasional.

Para pengunjuk rasa mengatakan pameran tersebut dan acara serupa bulan depan juga akan dihadiri oleh perusahaan-perusahaan yang membuat senjata yang digunakan oleh Israel.

Sambil membawa bendera Palestina, massa membawa poster bertuliskan “Hentikan mempersenjatai Israel”, “Pendukung Genosida”, dan “Ciptakan gol, bukan jatuhkan bom.”

Selain meneriakkan slogan terkenal “Dari sungai ke laut, Palestina akan bebas,” mereka juga meneriakkan “Netanyahu lihat saja, Palestina akan bebas” serta “Yudaisme ya, Zionisme tidak, Israel harus pergi.”

Kelompok tersebut juga mengkritik stadion yang menjadi tuan rumah pameran tersebut, dengan mengatakan, "Stadion Twickenham Anda tidak dapat bersembunyi, kami akan menuduh Anda ikut melakukan genosida."

Para pengunjuk rasa kemudian meninggalkan bola-bola rugbi yang dicat merah darah di depan stadion.

Anara, seorang pengunjuk rasa berusia 25 tahun, kepada Anadolu mengatakan bahwa dia melakukan protes bagi lebih dari 25.000 orang di Gaza yang terbunuh dalam serangan Israel sejak 7 Oktober.

“Saya berada di sini untuk seorang ayah yang saya lihat hari ini di Instagram, dia berusaha melewati tumpukan puing, hanya untuk menguburkan putrinya yang berusia tujuh bulan. Inilah alasan saya ada di sini,” katanya.

Menurut Anara, dia tidak dapat memahami ketidakpedulian terhadap anak-anak yang kelaparan di Gaza dan bahkan anggota tubuh mereka diamputasi tanpa anestesi. “Ini adalah salah satu hal paling menjijikkan yang pernah saya saksikan.”

Dia kemudian menambahkan: “Dan meski kami bukan orang Palestina, kami harus membela Palestina, kita harus melakukannya.”

Anara juga mengatakan setiap perusahaan yang melakukan penjualan di Israel saat ini, setiap perusahaan yang membeli produk dari Israel, mereka semua terlibat dalam kejahatan perang tersebut.

“Jika kita bersatu, kita bisa membuat perbedaan," katanya.

Sementara Sol, dari Kampanye Solidaritas Palestina (PSC) Richmond dan Kingston, mengatakan kepada Anadolu bahwa Stadion Twickenham "berlumuran darah".

“Ini memalukan. Stadion Twickenham memalukan, tidak manusiawi, biadab," kata Sol mengenai 25.000 warga sipil yang dibunuh oleh Israel, yang sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.

Mengenai kegagalan Pemerintah Inggris dalam menyerukan gencatan senjata permanen, Sol mengatakan hal ini "sangat keterlaluan", dan menambahkan bahwa "kemanusiaan telah musnah".

“Stadion Twickenham dengan semua persenjataannya, semua pengiriman yang masuk ke gedung ini hari ini, berlumuran darah,” katanya sambil mengangkat tangannya dengan sarung tangan yang berwarna merah darah.

“Kami ingin konflik ini dihentikan, gencatan senjata sekarang juga,” kata Sol, menambahkan.

Menjelang dimulainya pameran tersebut, kelompok Aksi Palestina menyemprotkan warna merah ke gerbang stadion dengan tulisan “Bebaskan Gaza”

Israel melancarkan serangan mematikan di Jalur Gaza menyusul serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober, menewaskan sedikitnya 25.295 warga Palestina dan melukai 63.000 orang. Sementara, hampir 1.200 warga Israel diyakini tewas dalam serangan Hamas.

Serangan Israel menyebabkan 85 persen penduduk Gaza menjadi pengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di wilayah kantong tersebut telah rusak atau hancur.

Sumber: Anadolu