Yogyakarta (antarasulteng.com) - Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi akan meningkatkan program Visiting World Class Professor atau kunjungan profesor kelas dunia untuk mendongkrak daya saing para dosen di Indonesia.
"Program ini bukan mengundang para profesor asing ke Indonesia,
tetapi profesor yang sudah berkelas dunia," kata Direktur Jenderal
(Dirjen) Sumber Daya Iptek Dikti Kemenristek Dikti Ali Ghufron Mukti
dalam Rakernas Kemenristek Dikti di Grha Sabha Pramana UGM Yogyakarta,
Senin.
Ali Ghufron mengatakan program itu penting untuk meningkatkan
akses, produktivitas, dan daya saing para dosen, khususnya dalam
menciptakan inovasi penelitian, serta meningkatkan kemampuan menulis di
jurnal internasional.
Menurut dia, pada tahap awal 2016 Kemenristek Dikti telah
mengundang sejumlah profesor diaspora atau profesor asal Indonesia yang
saat ini tinggal di luar negeri memberikan berbagai pengalaman serta
kiat untuk meningkatkan SDM dosen di Indonesia.
"Profesor yang kami undang adalah yang memiliki daya ungkit,
inovasi atau temuan serta memiliki kemampuan membangun relasi dengan
dunia industri," tuturnya.
Ia menyebutkan pada 2016 profesor kelas dunia yang didatangkan ke
Indonesia ditargetkan 41 orang, sedangkan pada 2017 jumlahnya
ditingkatkan menjadi 70 orang. Mereka dapat berupa profesor asing dari
perguruan tinggi luar negeri, profesor diaspora, atau profesor di
perguruan tinggi Indonesia yang berkelas dunia.
Bagi perguruan tinggi yang ingin mendatangkan profesor berkelas
dunia, menurut dia, setidaknya diutamakan yang telah memiliki MoU dengan
perguruan tinggi luar negeri. Mereka juga diutamakan yang pernah
memiliki rekam jejak pernah mengirimkan dosen/peneliti ke perguruan
tinggi luar negeri.
Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Rohmat Wahab mengapresiasi program itu. Namun demikian, ia berharap program Visiting World Class Professor dapat dilakukan dalam waktu yang tidak terlalu singkat.
Bagi Rochmat, idealnya program itu dapat diselenggarakan dalam
rentang waktu satu bulan. Dengan demikian, berbagai pengalaman yang
dimiliki profesor berkelas dunia tersebut dapat seluruhnya diserap oleh
para dosen di Indonesia.
"Saya pernah diundang dalam acara yang mendatangkan profesor dari
luar negeri, tetapi tidak membekas karena waktunya hanya sehari, itu pun
tidak full," kata dia.