Warga Palu ini tagih janji pengobatan gratis dari Wali Kota

id Wali kota Palu, hadianto rasyid, warga kota palu

Warga Palu ini tagih janji pengobatan gratis dari Wali Kota

Wali Kota Palu, Hadianto Rasyid saat mengunjungi keluarga Erika di Rumah sakit. Foto : ANTARA/HO/ (Dokumentasi Keluarga Erika)

Kota Palu (ANTARA) - Belum lama ini, sebuah unggahan di media sosial dari seorang warga Palu bernama Erika menjadi viral. Dalam unggahan tersebut, ia menagih janji Wali Kota Palu, Hadianto Rasyid, yang hingga kini belum direalisasikan.

Bahkan, ia menyebut janji itu hanya sekadar "mitos" belaka.

"Iya, saya berani unggah di media sosial bukan untuk mempermalukan beliau (Wali Kota Palu), tapi karena saya benar-benar hanya meminta hak kami. Sejak awal, kami tidak pernah meminta bantuan itu, tapi justru ditawari sendiri," ujar Erika saat dikonfirmasi, Sabtu.

Menurutnya, janji tersebut disampaikan oleh Wali Kota Palu pada September 2023, saat menjenguk sang ayah di Rumah Sakit Anutapura Palu. Saat itu, ayah Erika menjadi korban dari insiden pengeroyokan yang terjadi di salah satu pasar di Kota Palu, Sulawesi Tengah.

"Kejadian pengeroyokan tahun 2023 itu, papaku jadi korbannya. Kami kemudian membuat laporan terkait kasus ini. Sehari setelah kejadian, Pak Wali datang ke rumah sakit dan mengatakan akan membiayai operasi serta perawatan papaku sampai benar-benar sembuh, baik di Palu maupun di Makassar," terangnya.

"Bahkan, kami sempat dibujuk bahwa jika laporan dicabut, maka biaya operasi di dua rumah sakit akan ditanggung, biaya sekolah saya dan adik-adik saya akan dibiayai, modal usaha akan diberikan, serta fasilitas kesehatan untuk papaku akan disediakan," tambahnya.

Namun, menurut Erika, dari semua janji tersebut, yang terealisasi hanya biaya operasi awal yang dibayarkan ke rumah sakit.

"Memang betul ada biaya rumah sakit yang dibayarkan saat operasi di dua rumah sakit itu, tetapi dengan syarat laporan harus dicabut. Nah, janji-janji setelah pencabutan laporan itu yang sampai sekarang belum terealisasi," jelasnya.

Ia mengaku telah beberapa kali mencoba menanyakan hal itu kepada Wali Kota Palu, tetapi tidak pernah berhasil.

"Kami sering ke rumahnya, tapi beliau selalu di luar kota. Kami juga sering menghubungi orang-orang perantara, tapi responnya kurang. Pernah ada respon terkait beasiswa dan modal usaha, tapi sampai sekarang belum ada juga yang diberikan," tuturnya.

Hingga saat ini, ayah Erika, Alimuddin, sudah menjalani tiga kali operasi pada bola matanya.

"Untuk biaya operasi masih ditanggung BPJS, tapi obat-obatan di luar tanggungan bisa mencapai Rp250 ribu per hari. Ini sudah berjalan sekitar dua tahun. Sekarang rencana operasi pemasangan bola mata palsu membutuhkan biaya Rp750 ribu yang harus dibayar," papar Erika.

"Saya tidak akan sampai seperti ini kalau bukan karena papaku kehilangan bola matanya. Siapa yang tidak sakit hati melihat kepala keluarga sendiri harus cacat seumur hidup?" tambahnya dengan penuh emosi.