BMKG ingatkan 12 daerah di Sulteng waspada bencana hidrometeorologi

id Hidrometeorologi, BMKG, nur Alim, banjir, tanah longsor, hujan, sulteng

BMKG ingatkan 12 daerah di Sulteng waspada bencana hidrometeorologi

Ilustrasi - Satu unit jembatan rusak akibat banjir di Desa Kumbasa Kecamatan Sindue Kabupaten Donggala, Rabu (24/1/2024). ANTARA/HO-BPBD Sulteng.

Palu (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingatkan 12 daerah di Sulawesi Tengah (Sulteng) waspada dampak bencana hidrometeorologi yang dipicu oleh hujan.

"Potensi hujan dengan intensitas ringan, sedang hingga lebat besar kemungkinan terjadi di 12 daerah yang berstatus waspada," kata Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas II Mutiara Sis-Aljufri Palu Nur Alim saat dihubungi dari Palu, Minggu.

Ia menjelaskan, belasan daerah berpotensi terdampak hidrometeorologi, 10 di antaranya berstatus waspada yakni Kabupaten Buol, Tolitoli, Parigi Moutong, Donggala, Sigi, Poso, Toji Una-Una, Morowali, Morowali Utara, dan Banggai.

Sedangkan dua daerah lainnya yakni Kabupaten Banggai Laut dan Banggai Kepulauan berstatus siaga, kondisi ini dipicu dampak siklon tropis di atas langit perairan Arafura.

"Sulawesi Tengah salah satu daerah yang berpotensi terdampak meskipun hanya imbas ujung siklon tropis, karena terjadi pembelokan udara ke arah Pulau Sulawesi," ujarnya.

Ia mengimbau pemerintah daerah (pemda) perlu melakukan langkah-langkah strategis guna mengantisipasi dampak bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan tanah longsor.

BMKG memetakan sejumlah daerah di Sulteng yang memiliki zona rawan tanah longsor tinggi sangat berpotensi longsor bila diguyur hujan berhari-hari, karena daya ikat tanah mulai lemah.

Sehingga yang perlu diwaspadai adalah lereng gunung, terutama jalur darat yang berada di pegunungan Kabupaten Donggala Bagian Utara, Kabupaten Buol, dan Tolitoli.

"Peringatan dini cuaca berlaku tiga hari ke depan, kami mengimbau pengguna jalan terutama melintas di jalur pegunungan selalu berhati-hati, apabila terjadi hujan dengan intensitas tinggi sebaiknya menunda perjalanan guna menghindari risiko kondisi membahayakan keselamatan jiwa," tutur Alim.

Ia menambahkan, selain itu masyarakat yang bermukim di sekitar bantaran sungai juga perlu memperhatikan kondisi cuaca, karena hujan di bagian hulu sungai dapat memicu banjir.

"Mitigasi langkah yang paling efektif menghindari dampak hidrometeorologi, kami berharap peringatan dini cuaca yang kami sampaikan perlu menjadi pertanian serius, guna mengantisipasi kondisi terburuk," katanya.

Pewarta :
Editor : Andriy Karantiti
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.