Kukmi Tidak Khawatir Dengan Situasi Keamanan Poso

id Usaha Kecil, Kukmi, Sulteng, Amin Badawi

Kukmi Tidak Khawatir Dengan Situasi Keamanan Poso

Ketua DPD Kerukunan Usaha Kecil dan Menengah Indonesia (Kukmi) Sulawesi Tengah Amin Badawi, Selasa, saat memberikan keterangan terkait rencana Rakernas Kukmi di Palu, November 2012. (Foto : Adha Nadjemuddin)

"Jangankan di sektor usaha, rumah tangga saja bisa berpengaruh akibat konflik. Apalagi kita punya pedagang, mereka tidak bisa berdagang," kata Amin Badawi.

Palu - Ketua DPD Kerukunan Usaha Kecil dan Menengah Indonesia (Kukmi) Sulawesi Tengah Amin Badawi mengatakan, pihaknya tidak khawatir dengan gangguan keamanan di Poso menjelang pelaksanaan Rapat Kerja Nasional Kukmi di Palu, November 2012.

"Kita tidak pusing dengan itu Poso. Itu urusan polisi. Biarlah polisi yang selesaikan," kata Amin Badawi di Palu, Selasa.

Pemilik Bank Akarumi itu mengatakan, Kukmi rencananya akan menggelar Rakernas yang dihadiri 33 perwakilan pengurus Kukmi di Indonesia yang akan dipusatkan di Palu 22-24 November 2012.

"Kita berharap kegiatan ini bisa dibuka oleh Menteri Koperasi," katanya.

Amin Badawi mengatakan, panitia nasional Rakernas sudah dibentuk dan rencananya Ketua Umum DPP Kukmi Azwir Dainy Tara akan berkunjung ke Palu 1 November untuk bertemu Gubernur dan Wali Kota Palu terkait rencana pelaksanaan Rakernas tersebut.

Amin Badawi mengatakan, meskipun belakangan ini Poso kembali menjadi sorotan media massa karena terjadinya peledakan bom dan penembakan misterius serta pembunuhan dua polisi, tetapi tidak menurunkan niat Kukmi Sulawesi Tengah untuk menjadi tuan rumah Rakernas.

"Kami sudah lama sekali ingin agar kegiatan nasional usaha kecil menengah dilaksanakan di sini. Makanya, ketika DPP Kukmi menawarkan Sulteng jadi tuan rumah saya tidak pikir panjang lagi," kata Amin Badawi.

Terkait dengan gangguan keamanan di Poso dan sejumlah konflik antarkampung yang terjadi di Sigi selama ini, Amin Badawi mengatakan bisa berpengaruh terhadap investasi di daerah baik bagi pelaku usaha kecil maupun usaha makro.

"Jangankan di sektor usaha, rumah tangga saja bisa berpengaruh akibat konflik. Apalagi kita punya pedagang, mereka tidak bisa berdagang," kata Amin Badawi.

Dia mengatakan, dirinya adalah salah seorang korban akibat terjadinya konflik di daerah ini.

"Tiga tahun lalu, investasi Rp50 miliar sudah mau dikucurkan ke saya, karena gara-gara itu (konflik) batal. Saya yang merasakan langsung," katanya.

Mantan Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Sulawesi Tengah periode 1994/1997 itu mengatakan, dirinya optimistis Poso tidak akan bergejolak lagi seperti dulu karena masyarakat Poso itu memiliki karakter yang baik.

"Mereka (warga Poso) orang baik-baik. Kita jangan mau diombang-ambingkan oleh pihak lain. Kita harus tambah dengan doa supaya aman," katanya.

Dia mengatakan, konflik sama sekali tidak menguntungkan khususnya di dunia usaha. Pedagang tidak bisa menjual dagangannya, petani takut ke sawah, orang tua pun takut mengantar anak-anaknya ke sekolah.(A055)