Kemendag: Pertemuan IPC produsen lada guna bahas stabilisasi harga dunia
Pertemuan tahun ini nanti di bulan November, dan Vietnam sebagai produsen utama menjadi tuan rumahnya. Topik yang menjadi fokus utama dari pertemuan negara anggota IPC adalah untuk stabilisasi harga
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perdagangan menyatakan Indonesia bersama negara-negara produsen lada lainnya yang tergabung dalam International Pepper Community (IPC) akan segera mengadakan pertemuan guna membahas stabilisasi harga lada dunia.
Kepala Subdirektorat Organisasi Komoditas, Direktorat Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional, Kementerian Perdagangan, Flora Susan, menjelaskan kelima negara anggota IPC, yakni India, Indonesia, Malaysia, Sri Lanka dan Vietnam akan mengadakan pertemuan tersebut pada bulan November mendatang, untuk membahas harga lada dunia yang sedang jatuh.
"Pertemuan tahun ini nanti di bulan November, dan Vietnam sebagai produsen utama menjadi tuan rumahnya. Topik yang menjadi fokus utama dari pertemuan negara anggota IPC adalah untuk stabilisasi harga," kata Flora pada forum diskusi Hari Lada di Jakarta, Selasa.
Flora menjelaskan bahwa Indonesia sebagai produsen kedua pemasok kebutuhan lada dunia, akan meminta adanya manajemen suplai. Selama ini, belum ada skema khusus yang mengatur soal pengaturan suplai di antara negara anggota IPC.
Padahal, kata dia, harga lada di dunia disebabkan oleh berlebihnya pasokan dari negara-negara IPC dan tidak sesuai dengan konsumsi atau kebutuhan. Dalam pertemuan IPC mendatang, para negara anggota juga akan membahas agar konsumsi lada bisa ditingkatkan.
"Negara-negara produsen anggota IPC meliputi 73 persen dari produksi lada di dunia. Kalau negara tersebut bisa meningkatkan konsumsinya, harapannya bisa menstabilisasi harga lada dunia," kata Flora.
Staf Ahli Bidang Hubungan Internasional Kementerian Perdagangan Arlinda menjelaskan bahwa konsumsi lada di dunia hanya meningkat sekitar 2 persen per tahun, tidak sejalan dengan produksinya yang tumbuh sekitar 7-8 persen per tahun.
Akibatnya, harga lada di Indonesia semakin terpuruk. Kementerian Perdagangan mencatat harga lada putih pada 2016 sempat mencapai Rp157.000 per kilogram, namun kini menjadi Rp37.000 per kg. Sementara itu lada hitam harganya sempat mencapai Rp121.000 per kg pada 2017, kini hanya Rp22.000 per kg.
"Ini harus disiasati bersama, bagaimana kelima negara IPC ini bisa mengendalikan harga. Mereka harus bertindak sebagai 'pricemaker'. Kita tingkatkan juga sosialisasi agar konsumsi lada di internasional maupun dalam negeri meningkat," kata Arlinda.
Kepala Subdirektorat Organisasi Komoditas, Direktorat Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional, Kementerian Perdagangan, Flora Susan, menjelaskan kelima negara anggota IPC, yakni India, Indonesia, Malaysia, Sri Lanka dan Vietnam akan mengadakan pertemuan tersebut pada bulan November mendatang, untuk membahas harga lada dunia yang sedang jatuh.
"Pertemuan tahun ini nanti di bulan November, dan Vietnam sebagai produsen utama menjadi tuan rumahnya. Topik yang menjadi fokus utama dari pertemuan negara anggota IPC adalah untuk stabilisasi harga," kata Flora pada forum diskusi Hari Lada di Jakarta, Selasa.
Flora menjelaskan bahwa Indonesia sebagai produsen kedua pemasok kebutuhan lada dunia, akan meminta adanya manajemen suplai. Selama ini, belum ada skema khusus yang mengatur soal pengaturan suplai di antara negara anggota IPC.
Padahal, kata dia, harga lada di dunia disebabkan oleh berlebihnya pasokan dari negara-negara IPC dan tidak sesuai dengan konsumsi atau kebutuhan. Dalam pertemuan IPC mendatang, para negara anggota juga akan membahas agar konsumsi lada bisa ditingkatkan.
"Negara-negara produsen anggota IPC meliputi 73 persen dari produksi lada di dunia. Kalau negara tersebut bisa meningkatkan konsumsinya, harapannya bisa menstabilisasi harga lada dunia," kata Flora.
Staf Ahli Bidang Hubungan Internasional Kementerian Perdagangan Arlinda menjelaskan bahwa konsumsi lada di dunia hanya meningkat sekitar 2 persen per tahun, tidak sejalan dengan produksinya yang tumbuh sekitar 7-8 persen per tahun.
Akibatnya, harga lada di Indonesia semakin terpuruk. Kementerian Perdagangan mencatat harga lada putih pada 2016 sempat mencapai Rp157.000 per kilogram, namun kini menjadi Rp37.000 per kg. Sementara itu lada hitam harganya sempat mencapai Rp121.000 per kg pada 2017, kini hanya Rp22.000 per kg.
"Ini harus disiasati bersama, bagaimana kelima negara IPC ini bisa mengendalikan harga. Mereka harus bertindak sebagai 'pricemaker'. Kita tingkatkan juga sosialisasi agar konsumsi lada di internasional maupun dalam negeri meningkat," kata Arlinda.