Palu (ANTARA) - Satuan Koordinasi Cabang Banser Kabupaten Banggai menggelar Diklat Terpadu Dasar (DTD) Banser Angkatan II di Pondok Pesantren Darus Salam Kecamatan Toili Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah.
DTD yang ditutup Rabu dini hari itu dilaksanakan selama tiga hari dan menghasilkan 87 kader Banser, tiga diantaranya perempuan sebagai kader Detasemen Wanita Banser (Denwatser).
Kegiatan dibuka Ketua PP GP Ansor/Korwil XI Sulteng Faisal Attamimi, dan dihadiri Ketua PW GP Ansor Sulawesi Tengah Alamsyah Palenga, instruktur nasional Banser, serta jajaran pengurus cabang GP Ansor Banggai.
Hadir sebagai instruktur kepala, Ahmad Syafii selaku Instruktur Nasional Satkornas Banser.
"Untuk menjamin kesatuan arah, konsep serta kualitas diklat, kami menghadirkan instruktur nasional sehingga para peserta dapat langsung dibimbing oleh Satkornas," kata Ketua GP Ansor Banggai, Gazali Akbar dalam siaran persnya, Rabu.
Baca juga: Ansor Palu luncurkan budi daya perikanan berbasis komunitas
Pembukaan dan jalannya Diklat semakin semarak karena antusiasme warga sekitar pondok pesantren melihat langsung para calon kader Ansor digembleng.
Diklat terpadu ini memadukan kurikulum calon kader Ansor sekaligus kader Banser dalam kesatuan kurikulum terpadu termasuk di dalam materi kelas, materi nonkelas, baik dalam maupun luar ruangan.
"Ini adalah Diklat Ansor-Banser ke-32 dilaksanakan dalam hampir dua tahun terakhir, dan kami masih mempunyai enam kali Diklat sampai akhir Januari 2020 di Kota Palu, Sigi, Banggai Kepulauan, Morowali Utara, Morowali dan Parigi Moutong," kata Ketua PW GP Ansor Sulawesi Tengah Alamsyah Palenga.
Dia mengatakan GP Ansor akan terus melaksanakan diklat sampai seluruh pemuda muslim di Sulawesi Tengah menjadi kader Ansor. Ini merupakan bentuk komitmen dan cinta kader Ansor kepada tanah air.
Baca juga: Ansor Kota Palu luncurkan sekolah bisnis
Sementara itu Faisal Attamimi mengajak seluruh masyarakat khususnya kader untuk menjaga dan merawat NU, karena NU adalah benteng pertama dan terakhir aswaja dan Indonesia.
"Jaga dan rawatlah NU sebagai benteng pertama dan terakhir aswaja di Indonesia. Diklat Ansor semacam ini adalah bentuk nyata menjaga dan merawat NU. Ansor akan terus eksis karena Ansor dan NU terus memberikan manfaat bagi masyarakat," kata Faisal.
Dia mengatakan NU lahir dalam semangat kebangsaan dan keislaman Indonesia sehingga citra Indonesia yang Islami dan keislaman yang indonesiawi itulah yang diajarkan NU, terlebih tradisi budaya masyarakat Sulawesi Tengah sejak dulu bercirikan Islam Aswaja An-Nahdhiyah.***