Polisi: Pasien klinik aborsi ilegal bludak karena alasan privasi
Kenapa mereka memilih klinik aborsi Paseban? Karena di situ bisa menyimpan rahasia pribadi dan mereka enggak perlu mencantumkan alamat mereka, yang ada hanya nama dan umur
Jakarta (ANTARA) - Salah satu alasan banyaknya pasien yang menggugurkan kandungan di klinik aborsi ilegal di Paseban, Senen, Jakarta Pusat, adalah karena alasan privasi.
"Kenapa mereka memilih klinik aborsi Paseban? Karena di situ bisa menyimpan rahasia pribadi dan mereka enggak perlu mencantumkan alamat mereka, yang ada hanya nama dan umur," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Yusri Yunus di Polda Metro Jaya, Rabu.
Yusri menjelaskan, para pasien klinik itu adalah orang-orang yang memang ingin melakukan aborsi secara ilegal dengan bermacam alasan.
"Siapa saja yang ilegal ini? Rata-rata memang hamil di luar nikah, kemudian juga dia mau kerja persyaratannya harus tidak boleh hamil, tapi saat itu dia hamil. Ada juga yang memang dia sudah minum pil KB, tapi dia kecolongan," katanya.
Yusri juga menambahkan, pasien yang melakukan aborsi di klinik ilegal ini juga terancam jerat pidana karena ada Undang-Undang Kesehatan yang dilanggar oleh para pasien yang melakukan aborsi di klinik ilegal itu.
Penyidik sempat terkendala untuk mencari siapa saja yang pernah melakukan aborsi di klinik tersebut karena minimnya data pasien.
"Kita susuri pasien 903 orang sedikit terkendala, karena hampir semua enggak ada data lengkap, hanya kartu saja dengan identitas nama dan umur," ujarnya.
Meski demikian polisi tidak kehabisan akal dan akan menelusuri data keuangan klinik tersebut, salah satunya adalah daftar mutasi rekening untuk melacak siapa saja pasien klinik itu.
"Nah ini jadi kendala kita cari siapa pasien lain karena data tidak lengkap. Kami susuri terus karena kami ambil dari rekening-rekening yang masuk ke manajemen klinik mereka sehingga dengan cara itu kita bisa ketahui," katanya.
Adapun pasal yang dilanggar oleh pasien klinik aborsi ilegal itu adalah Pasal 194 UU Kesehatan yang berbunyi "Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp1 miliar".
Polda Metro Jaya diketahui menggerebek sebuah klinik aborsi ilegal yang beralamat di di Jalan Paseban Raya Nomor 61, Paseban, Senen, Jakarta Pusat, pada 10 Februari 2020.
Dalam penggerebekan itu, petugas mengamankan tiga orang yang kemudian ditetapkan sebagai tersangka, yakni MM alias A yang berperan sebagai dokter yang melakukan aborsi. RM sebagai bidan dan S sebagai staf administrasi klinik.
Akibat perbuatannya, ketiga tersangka itu saat ini ditahan di Mapolda Metro Jaya untuk menjalani pemeriksaan lebih intensif degan terancam hukuman penjara di atas 10 tahun.
Baca juga: Polisi: 50 oknum bidan dan 100 calo terlibat klinik aborsi di Paseban Raya
Baca juga: Klinik aborsi ilegal di Paseban Raya diduga buang janin ke septik tank
Baca juga: Polisi gerebek klinik aborsi ilegal di Paseban Raya, Jakarta Pusat
"Kenapa mereka memilih klinik aborsi Paseban? Karena di situ bisa menyimpan rahasia pribadi dan mereka enggak perlu mencantumkan alamat mereka, yang ada hanya nama dan umur," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Yusri Yunus di Polda Metro Jaya, Rabu.
Yusri menjelaskan, para pasien klinik itu adalah orang-orang yang memang ingin melakukan aborsi secara ilegal dengan bermacam alasan.
"Siapa saja yang ilegal ini? Rata-rata memang hamil di luar nikah, kemudian juga dia mau kerja persyaratannya harus tidak boleh hamil, tapi saat itu dia hamil. Ada juga yang memang dia sudah minum pil KB, tapi dia kecolongan," katanya.
Yusri juga menambahkan, pasien yang melakukan aborsi di klinik ilegal ini juga terancam jerat pidana karena ada Undang-Undang Kesehatan yang dilanggar oleh para pasien yang melakukan aborsi di klinik ilegal itu.
Penyidik sempat terkendala untuk mencari siapa saja yang pernah melakukan aborsi di klinik tersebut karena minimnya data pasien.
"Kita susuri pasien 903 orang sedikit terkendala, karena hampir semua enggak ada data lengkap, hanya kartu saja dengan identitas nama dan umur," ujarnya.
Meski demikian polisi tidak kehabisan akal dan akan menelusuri data keuangan klinik tersebut, salah satunya adalah daftar mutasi rekening untuk melacak siapa saja pasien klinik itu.
"Nah ini jadi kendala kita cari siapa pasien lain karena data tidak lengkap. Kami susuri terus karena kami ambil dari rekening-rekening yang masuk ke manajemen klinik mereka sehingga dengan cara itu kita bisa ketahui," katanya.
Adapun pasal yang dilanggar oleh pasien klinik aborsi ilegal itu adalah Pasal 194 UU Kesehatan yang berbunyi "Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp1 miliar".
Polda Metro Jaya diketahui menggerebek sebuah klinik aborsi ilegal yang beralamat di di Jalan Paseban Raya Nomor 61, Paseban, Senen, Jakarta Pusat, pada 10 Februari 2020.
Dalam penggerebekan itu, petugas mengamankan tiga orang yang kemudian ditetapkan sebagai tersangka, yakni MM alias A yang berperan sebagai dokter yang melakukan aborsi. RM sebagai bidan dan S sebagai staf administrasi klinik.
Akibat perbuatannya, ketiga tersangka itu saat ini ditahan di Mapolda Metro Jaya untuk menjalani pemeriksaan lebih intensif degan terancam hukuman penjara di atas 10 tahun.
Baca juga: Polisi: 50 oknum bidan dan 100 calo terlibat klinik aborsi di Paseban Raya
Baca juga: Klinik aborsi ilegal di Paseban Raya diduga buang janin ke septik tank
Baca juga: Polisi gerebek klinik aborsi ilegal di Paseban Raya, Jakarta Pusat