Jakarta (ANTARA) - Kementerian Riset dan Teknologi (Kemristek)/ Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendukung pencapaian bauran energi nasional 2025, salah satunya dengan mendorong ekonomi sirkular melalui dukungan riset dan inovasi.
"Kegiatan ekonomi sirkular dapat menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan energi berbahan dasar limbah (waste to energy)," kata Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala BRIN Bambang PS Brodjonegoro dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA, Jakarta, Jumat.
Menristek/Kepala BRIN menuturkan bahwa pemerintah mendorong hilirisasi riset dan inovasi yang peduli akan kelestarian lingkungan. Oleh karena itu, pengembangan ekonomi sirkular yang fokus pada penggunaan optimal dari sumber daya dalam aspek produksi hingga konsumsi, dapat menjadi solusi atas permasalahan sampah atau limbah.
Bentuk dukungan lain yakni Kemristek/BRIN juga mendorong pemanfaatan nuklir sebagai sumber energi.
"Kita tidak bisa menghilangkan kemungkinan penggunaan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) sebagai sumber energi baru, jika kita ingin mengurangi ketergantungan pada energi berbasis fosil," kata Menristek Bambang.
Dalam kurun waktu 2020-2024, terdapat 33 kegiatan dan 17 program terkait pengembangan PLTN yang tertuang di dalam Matrik Rencana Umum Energi Nasional Kemristek/BRIN tentang PLTN.
Pembangunan PLTN tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan lokasi yang bebas risiko bencana alam, serta kemudahan transmisi listrik ke wilayah-wilayah yang memerlukan energi listrik dalam skala besar baik melalui kabel darat atau kabel bawah laut.
Terkait dengan pengembangan energi baru dan terbarukan di Tanah Air, Menristek/Kepala BRIN Bambang mengatakan pentingnya pencapaian tingkat komponen dalam negeri (TKDN) di sektor pembangkit energi baru dan terbarukan (EBT), yaitu surya 40 persen, bio-energi 40 persen, dan panas bumi 35 persen.
"Dengan demikian, diharapkan Indonesia tidak saja menjadi pengguna EBT, namun juga sebagai produsen di sektor pembangkit EBT," kata Menristek Bambang.*
"Kegiatan ekonomi sirkular dapat menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan energi berbahan dasar limbah (waste to energy)," kata Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala BRIN Bambang PS Brodjonegoro dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA, Jakarta, Jumat.
Menristek/Kepala BRIN menuturkan bahwa pemerintah mendorong hilirisasi riset dan inovasi yang peduli akan kelestarian lingkungan. Oleh karena itu, pengembangan ekonomi sirkular yang fokus pada penggunaan optimal dari sumber daya dalam aspek produksi hingga konsumsi, dapat menjadi solusi atas permasalahan sampah atau limbah.
Bentuk dukungan lain yakni Kemristek/BRIN juga mendorong pemanfaatan nuklir sebagai sumber energi.
"Kita tidak bisa menghilangkan kemungkinan penggunaan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) sebagai sumber energi baru, jika kita ingin mengurangi ketergantungan pada energi berbasis fosil," kata Menristek Bambang.
Dalam kurun waktu 2020-2024, terdapat 33 kegiatan dan 17 program terkait pengembangan PLTN yang tertuang di dalam Matrik Rencana Umum Energi Nasional Kemristek/BRIN tentang PLTN.
Pembangunan PLTN tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan lokasi yang bebas risiko bencana alam, serta kemudahan transmisi listrik ke wilayah-wilayah yang memerlukan energi listrik dalam skala besar baik melalui kabel darat atau kabel bawah laut.
Terkait dengan pengembangan energi baru dan terbarukan di Tanah Air, Menristek/Kepala BRIN Bambang mengatakan pentingnya pencapaian tingkat komponen dalam negeri (TKDN) di sektor pembangkit energi baru dan terbarukan (EBT), yaitu surya 40 persen, bio-energi 40 persen, dan panas bumi 35 persen.
"Dengan demikian, diharapkan Indonesia tidak saja menjadi pengguna EBT, namun juga sebagai produsen di sektor pembangkit EBT," kata Menristek Bambang.*