Palu (ANTARA) - Badan Nasional Narkotika Provinsi (BNNP) Sulawesi Tengah gencar membentuk Desa Bersih dari Narkotika (Bersinar), dalam rangka melindungi warga dari bahaya penyalahgunaan narkoba.
"Kami bekerja sama dengan para perangkat desa yang ada di desa tersebut," ucap Kepala BNNP Sulteng Brigjen Polisi Monang Situmorang di Palu, Senin.
Kata Brigjen Monang dengan kerja sama itu, perangkat desa dapat membuat kegiatan-kegiatan yang positif dan bermanfaat bagi warga desa, menggunakan anggaran desa.
"Mereka yang bekerja melaksanakan kegiatan itu, kami BNNP sebagai pendamping, motivator dan fasilitator," sebut jenderal bintang satu itu.
Ia menguraikan saat ini telah terbentuk 14 desa bersinar di beberapa kabupaten dan kota di wilayah Sulteng, yang diharapkan dapat berperan optimal dalam pencegahan peredaran narkoba.
"Setiap BNN di tingkat kabupaten dan kota, diwajibkan memiliki dua desa bersinar, dan di tingkat provinsi juga dua," ungkap dia.
Pembentukan desa bersinar itu, ujar dia, diawali dengan kerja sama antara BNNP Sulteng dengan pemerintah kabupaten dan kota di wilayah Sulteng. Dari kerjasama itu, bupati dan wali kota menerbitkan keputusan tentang desa bersinar.
Ia menjelaskan lewat pembentukan Desa Bersinar, pencegahan narkoba yang dilakukan melibatkan unsur-unsur dan kearifan lokal yang ada di setiap desa. Misalnya unsur organisasi yang terdiri dari Karang Taruna, PKK, Remaja Islam Masjid dan organisasi kepemudaan di desa.
Selain itu, juga melibatkan para tokoh agama dari semua agama yang ada di desa, untuk turut berperan bersama seluruh aparatur desa dalam menangkal peredaran narkoba.
"Jadi mereka inilah yang akan dilatih, dibina terlebih dahulu,. Kemudian mereka akan menjadi penyuluh untuk memberikan penyuluh kepada masyarakat yang ada di dusun-dusun di desa," sebutnya.
"Sehingga masyarakat di desa hingga di tingkat dusun memahami bahaya narkoba," sebutnya.
Ia mengatakan hal itu sangat penting dilakukan, karena saat ini para pengedar dan bandar narkoba menjadikan desa atau wilayah terpencil sebagai sasaran.
"Mereka lari ke desa, karena masyarakat di desa belum mengetahui tentang dampak dan bahaya narkoba," ujarnya.
Olehnya, sebut dia, perlu ada gerakan dan kesepahaman bersama untuk mencegah peredaran narkoba, dimulai dari tingkat desa.
"Kalau masyarakat desa sudah mengetahui dampa buruk dari narkoba, maka masyarakat di desa tidak akan mudah terpancing untuk memakai narkoba," sebutnya.
"Kami bekerja sama dengan para perangkat desa yang ada di desa tersebut," ucap Kepala BNNP Sulteng Brigjen Polisi Monang Situmorang di Palu, Senin.
Kata Brigjen Monang dengan kerja sama itu, perangkat desa dapat membuat kegiatan-kegiatan yang positif dan bermanfaat bagi warga desa, menggunakan anggaran desa.
"Mereka yang bekerja melaksanakan kegiatan itu, kami BNNP sebagai pendamping, motivator dan fasilitator," sebut jenderal bintang satu itu.
Ia menguraikan saat ini telah terbentuk 14 desa bersinar di beberapa kabupaten dan kota di wilayah Sulteng, yang diharapkan dapat berperan optimal dalam pencegahan peredaran narkoba.
"Setiap BNN di tingkat kabupaten dan kota, diwajibkan memiliki dua desa bersinar, dan di tingkat provinsi juga dua," ungkap dia.
Pembentukan desa bersinar itu, ujar dia, diawali dengan kerja sama antara BNNP Sulteng dengan pemerintah kabupaten dan kota di wilayah Sulteng. Dari kerjasama itu, bupati dan wali kota menerbitkan keputusan tentang desa bersinar.
Ia menjelaskan lewat pembentukan Desa Bersinar, pencegahan narkoba yang dilakukan melibatkan unsur-unsur dan kearifan lokal yang ada di setiap desa. Misalnya unsur organisasi yang terdiri dari Karang Taruna, PKK, Remaja Islam Masjid dan organisasi kepemudaan di desa.
Selain itu, juga melibatkan para tokoh agama dari semua agama yang ada di desa, untuk turut berperan bersama seluruh aparatur desa dalam menangkal peredaran narkoba.
"Jadi mereka inilah yang akan dilatih, dibina terlebih dahulu,. Kemudian mereka akan menjadi penyuluh untuk memberikan penyuluh kepada masyarakat yang ada di dusun-dusun di desa," sebutnya.
"Sehingga masyarakat di desa hingga di tingkat dusun memahami bahaya narkoba," sebutnya.
Ia mengatakan hal itu sangat penting dilakukan, karena saat ini para pengedar dan bandar narkoba menjadikan desa atau wilayah terpencil sebagai sasaran.
"Mereka lari ke desa, karena masyarakat di desa belum mengetahui tentang dampak dan bahaya narkoba," ujarnya.
Olehnya, sebut dia, perlu ada gerakan dan kesepahaman bersama untuk mencegah peredaran narkoba, dimulai dari tingkat desa.
"Kalau masyarakat desa sudah mengetahui dampa buruk dari narkoba, maka masyarakat di desa tidak akan mudah terpancing untuk memakai narkoba," sebutnya.