Pulang Pisau (ANTARA) - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya menegaskan pihaknya melakukan langkah pengkajian metodologi data deforestasi Indonesia yang tercatat oleh Global Forest Watch.

Menurutnya, data deforestasi Global Forest Watch yang diungkit dalam debat terakhir calon wakil presiden adalah salah.
 
"Global Forest Watch yang dipuja-puja itu metodologinya sedang kami telaah bersama-sama. Saya sejak 2017 sudah mengikuti itu," kata Siti saat diwawancarai di sela kunjungan kerja ke Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, Rabu.
 
Menteri Siti mengatakan deforestasi jutaan hektare yang dicatat oleh Global Forest Watch tidak sesuai fakta di lapangan.

Global Forest Watch, imbuhnya, menggunakan metodologi bahwa setiap pohon yang jatuh dianggap deforestasi. Kemudian, interpretasi pengambilan data menggunakan satelit.
 
Apabila memakai satelit yang berbasis mesin, maka warna hijau gelap dan kasar diinterpretasikan sebagai hutan, padahal bukan.
 
Kasus salah interpretasi satelit itu pernah dialami Indonesia. Pada satelit terlihat hijau gelap dan setelah diperiksa ke lapangan ternyata perkebunan pisang.
 
"Saya dulu sekolah, tidak bisa kalau tidak dicek ke lapangan," kata Siti.
 
"Kita mesti lihat dulu sistem penilaiannya seperti apa. Kalau rumah-rumah transmigrasi 3/4 hektare itu pepohonannya punya dia, masa dia mengubah pohonnya menjadi deforestasi?" ucapnya.
 
Berdasarkan pemberitaan sebelumnya, calon wakil presiden nomor urut 3 Mahfud MD mengatakan perbedaan data deforestasi yang disampaikannya dengan data yang disampaikan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya adalah cara membaca data.
 
Menurut Mahfud, data yang disampaikannya dan yang disampaikan Siti Nurbaya sama-sama benar, namun yang disampaikan Siti Nurbaya adalah data deforestasi netto.
 
Global Forest Watch, kata Mahfud, memotret hilangnya atau tutupan hutan dalam waktu tertentu. Sedangkan, deforestasi netto itu merupakan deforestasi bruto dikurangi reforestasi, sehingga sisanya seperti yang dikatakan Menteri Siti Nurbaya.




 
 

Pewarta : Sugiharto Purnama
Editor : Andilala
Copyright © ANTARA 2024