Banggai, Sulawesi Tengah (ANTARA) - Pemerintah Daerah Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah mengintensifkan Gerakan Jumantik (juru pemantau jentik) hingga ke lingkungan sekolah, dalam upaya mencegah penyebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD).

"Masalah DBD tidak hanya berdampak pada masalah klinis individu, tetapi juga pada kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat," kata Sekretaris Daerah Kabupaten Banggai Ramli Tongko di Banggai, Senin.
 
Karena itu, katanya, penanganannya tidak bisa mengandalkan pada organisasi kesehatan semata, tetapi juga membutuhkan peran aktif masyarakat lintas sektor.
 
Ia menjelaskan, salah satu penanganannya, yakni dengan keterlibatan para siswa dalam pencegahan DBD melalui inovasi “Si Batik Maleo" atau Siswa Berantas Jentik dan Memantau Lingkungan Sekolah.
 
Inovasi ini, katanya, diharapkan dapat memperkuat peran siswa menjadi agen pencegah berkembangnya nyamuk Aedes Aegypti penyebab DBD.
 
“Melalui program ini, para siswa diharapkan tidak hanya memperoleh pengetahuan tentang pentingnya kebersihan lingkungan, tetapi juga menjadi pelopor dalam praktik hidup sehat di lingkungan sekitar mereka,” ujarnya.
 
Ia menjelaskan pula, berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Banggai, dalam tiga tahun terakhir terjadi fluktuasi jumlah kasus DBD.
 
Dinkes Banggai mencatat terdapat enam kasus DBD pada 2021, kemudian meningkat  pada 2022 sebanyak 73 kasus dengan satu kasus kematian.
 
Selanjutnya, turun menjadi 65 kasus pada 2023 dengan satu kasus kematian. Sampai pada Juli 2024, terdapat 45 kasus DBD dan belum ada kasus kematian.
 
Ramli menambahkan bahwa berbagai upaya pencegahan telah dilakukan pemerintah daerah dengan mengampanyekan gerakan pemberantasan dengue.
 
"Pemberantasan sarang nyamuk 3 M Plus -menguras, menutup, dan mendaur ulang-, termasuk gerakan satu rumah satu jumantik secara rutin, baik di lingkungan tempat tinggal atau kantor maupun melalui inovasi Si Batik Maleo,” katanya.

Pewarta : Nur Amalia Amir
Editor : Andilala
Copyright © ANTARA 2024