Palu (ANTARA) - Asosiasi Pengelolaan Rajungan Indonesia (APRI) melepaskan ribuan benih rajungan atau crablet di beberapa titik perairan laut Indonesia sebagai upaya meningkatkan stok rajungan Portunus pelagicus.
 
Board of Director (BOD) APRI Wita Setioko, Selasa, mengatakan kegiatan restocking tersebut penting dilakukan guna mengetahui apakah rajungan yang kita tetaskan dari telur ini dapat bertahan hidup di alam liar atau tidak.
 
Ia mengemukakan ukuran crablet rajungan yang dilepasliarkan berkisar antara 2-6 cm, di mana fase crab/crablet merupakan fase yang sempurna saat rajungan telah memiliki capit dan kaki renang.
 
"Sebanyak 4.900 ekor crablet rajungan dilakukan penandaan (tagging) dan dilepasliarkan di perairan, dilanjutkan dengan monitoring," ucapnya.
 
Monitoring itu, kata dia, mempermudah membedakan crablet hasil dari pelepasliaran dan dari alam.
 
"Ini akan memberikan informasi ketahanan hidup crablet rajungan tersebut, dan bagaimana kegiatan restocking mampu meningkatkan stok di alam sehingga harapannya nanti adalah crablet tersebut dapat berkembang biak dan memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar dan masyarakat Indonesia secara umum," ujarnya.
 
Menurutnya upaya yang dilakukan tidak pernah lepas dari bagaimana pihak terkait dapat menjaga dan meningkatkan perikanan ini untuk dapat terus tersedia sumber dayanya guna menopang kehidupan masyarakat Indonesia.
 
Untuk mendukung upaya keberlanjutan rajungan di Indonesia, dalam jangka panjang, tambahnya, peranan stok menjadi hal yang penting.
 
"APRI telah melakukan pendataan di berbagai lokasi di Indonesia untuk dapat melihat kondisi stok rajungan di alam secara kontinyu, sebagai dasar dalam melakukan pengelolaan," sebutnya.
 
Upaya lain meningkatkan stok rajungan di alam dengan terus dilakukan melalui berbagai langkah, salah satunya adalah dengan melakukan kegiatan restocking.
 
Kata dia, kegiatan restocking telah dilakukan oleh APRI sebagai bentuk rangkaian upaya peningkatan stok atau stock enhancement rajungan di perairan Indonesia.
 
Restocking telah dilakukan di beberapa daerah seperti Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan, Lamongan, Pamekasan, hingga Situbondo di Provisi Jawa Timur.
 
"Upaya agar program restocking atau pelepasliaran rajungan dapat dilakukan dengan baik, tentunya diperlukan langkah-langkah yang tepat untuk memastikan bahwa crablet yang dilepasliarkan mampu untuk dapat meningkatkan stok rajungan di alam" ujarnya.
 
Ia menambahkan pihaknya bersama Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar, Institute of Marine and Environmental Technology (IMET), dan Smithsonian Environmental Research Center (SERC) berupaya melakukan restocking dan kajian untuk dapat meningkatkan program restocking dan peningkatan stok ke depan.
 
"Crablet dilepasliarkan di lokasi yang memiliki area lamun dengan harapan dapat menyediakan "shelter" alami untuk memberikan perlindungan terhadap crablet serta tersedianya nutrisi alami dari ekosistem lamun, sehingga mampu meningkatkan daya tahan hidup mereka," tuturnya.
 
Kegiatan restocking dilakukan di Pare-Pare, Sulsel dan di Situbondo, Jatim.
 
Kegiatan di Situbondo dilakukan dengan pelepasliaran crablet yang dilaksanakan pada tanggal 29-31 Agustus 2024, di mana sebelum dilepasliarkan, dilakukan penandaan (tagging) terhadap crablet menggunakan alat khusus. 

Pewarta : Moh Salam
Editor : Andilala
Copyright © ANTARA 2024