Musisi harus kreatif dan adaptif dengan teknologi digital

id musik,spotify,tiktok

Musisi harus kreatif dan adaptif dengan teknologi digital

Ilustrasi (Pixabay)

Jadi bukan sekadar karya yang adi luhung tapi bagaimana ini bisa menyejahterakan. Tidak ada tujuan lain dari ekonomi kreatif itu selain untuk menyejahterakan
Jakarta (ANTARA) - Menjadi musisi di masa sekarang ini tidak hanya dituntut kreatif dalam berkarya, melainkan harus adaptif dengan perkembangan teknologi digital yang menunjang promosi dan keberlangsungan industri hiburan di masa depan.

Direktur Industri Musik, Seni Pertunjukan, dan Penerbitan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (Kemenparekraf), Amin Abdullah mengatakan, para musisi dan segenap stakeholder yang bermain dalam industri musik harus melihat bahwa ekonomi digital merupakan peluang baru untuk memonetisasi hasil karyanya.

"Jadi bukan sekadar karya yang adi luhung tapi bagaimana ini bisa menyejahterakan. Tidak ada tujuan lain dari ekonomi kreatif itu selain untuk menyejahterakan," kata Amin Abdullah kepada ANTARA di Jakarta, Kamis.

Sejalan dengan hal itu, pengamat musik Adib Hidayat mengatakan bahwa kreativitas dan inovasi para musisi Tanah Air harus dibarengi dengan kelenturan pola pikir dalam menyongsong teknologi terbaru guna mempromosikan musiknya melalui berbagai platform digital.

"Ini momentum musisi untuk berkreasi dan promosi karya lewat cara yang fun dan tepat sasaran," kata Adib di Jakarta, Kamis.

Adib memberi contoh lagu "Lathi" oleh Weird Genius yang digandrungi berkat sebarannya di platform digital, juga lagu "Bagaikan Langit" milik band Potret yang kembali mencuat kendati sudah dirilis 21 tahun lalu.

"Interaksi yang muncul antara lagu tersebut dengan publik, walaupun secara online, dapat menumbuhkan rasa keterikatan dengan lagu tersebut, yang akhirnya membuat musik tersebut mudah diingat dan terkenal," kata dia.

Adib mengatakan bahwa musisi juga harus mengenal dan membaur dengan karakteristik pengguna platform digital.

Dengan mengerti karakteristik audiens, musisi bisa memutuskan mau membuat konten seperti apa yang bisa menggapai penonton sekaligus memasarkan karyanya.

"Misalnya saja Marion Jola yang aktif menyapa fans...lalu Indra Aziz yang membuat konten edukasi musik, hingga Inul Daratista...yang akhirnya bisa sampai lintas platform ke media sosial lain," kata Adib.

"Ini adalah salah satu jembatan untuk memperkenalkan karya juga, mengingat tidak ada batasan waktu lagu dari zaman mana pun untuk populer lagi," ujarnya melanjutkan.

Adib pun menambahkan, "Harapannya musisi yang sudah tidak muda lagi bisa aktif menyapa fans dan menjaring fans baru karena tiap platform punya karakteristik fans lain."

Hal terakhir yang tak kalah penting bagi musisi adalah konsisten untuk dekat dengan para penggemarnya melalui konten dan karyanya.

Ia pun berharap, dengan konsistensi itu, karya musisi bisa viral hingga ke media sosial lain, dan akhirnya akan berpengaruh ke streaming atau penjualan album.

"Musisi harus konsisten. Kalau tidak continue menghasilkan konten uniknya, tentu alogaritmanya juga tidak konsisten menampilkan kontennya ke pengguna," kata Adib.