Jakarta (ANTARA) - Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) menyambut baik inisiatif komunitas dalam membantu program digitalisasi aksara nusantara melalui pendaftaran aksara-aksara daerah di Indonesia ke Unicode Consortium, lembaga nirlaba yang membangun standar internasional perangkat lunak dan data.
“Kami sangat menghargai upaya komunitas yang mendukung kegiatan digitalisasi aksara yang digagas oleh PANDI, sebagai salah satu bentuk komitmennya adalah sejak Oktober 2020, PANDI sudah terdaftar sebagai salah satu member Unicode, agar bisa lebih mudah memfasilitasi komunitas pegiat aksara di Indonesia yang ingin menjalin komunikasi dengan Unicode nantinya,” kata Chika Hayuningtias, project manager PANDI untuk Program Merajut Nusantara.
Kepada ANTARA di Jakarta, Senin, Chika mengatakan bahwa sekarang ini sudah ada beberapa aksara daerah yang sudah terdaftar di Unicode, di antaranya aksara Jawa, Bali, Sunda, Rejang, Batak, Makassar, dan Bugis. Agar aksara-aksara tersebut bisa diakses sebagai domain di internet, maka perlu didaftarkan ke ICANN (Internet Corporation for Assigned Names and Numbers).
“Saat ini baru aksara Jawa yang kami daftarkan ke ICANN. Kami sudah menyerahkan dan melengkapi dokumen-dokumen persyaratan yang diminta. Status terakhir saat ini sedang dalam tahap evaluasi dokumen oleh ICANN, dan diperkirakan maksimal akan selesai dan diumumkan di bulan November (2020),” kata Chika menjelaskan.
Untuk aksara-aksara daerah lainnya, kata Chika, menyusul akan didaftarkan ke ICANN sembari menunggu aksara Jawa selesai didaftarkan dan disahkan oleh ICANN. Tahun depan rencananya PANDI akan mendaftarkan aksara Bugis dan Sunda.
PANDI juga menyambut baik pendaftaran aksara Kawi ke Unicode baru-baru ini. Pada 29 September lalu, proposal pengajuan aksara Kawi yang diajukan oleh pegiat aksara daerah, Aditya Bayu Perdana dan Ilham Nurwansah, diterima secara resmi oleh Unicode.
Ilham Nurwansyah, mewakili tim penyusun proposal Kawi, mengatakan bahwa pengajuan proposal aksara Kawi saat ini dilakukan sebagai salah satu upaya mendigitisasikan aksara daerah di Indonesia. “Masih banyak aksara daerah Indonesia yang belum terdaftar di Unicode, maka kami akan terus berupaya mendorong aksara-aksara daerah itu agar bisa terdaftar di Unicode.”
Lebih lanjut, pria yang juga sebagai Staf Digital Repository of Endangered and Affected Manuscript in Southeast Asia (DREAMSEA) PPIM UIN Jakarta tersebut menuturkan bahwa dalam pengajuan aksara ke Unicode diperlukan pemahaman dalam hal spesifikasi teknis aksara.
Sementara Aditya Bayu mengungkapkan bahwa setelah dokumen lengkap proposal Kawi diterima oleh Unicode, maka tinggal menunggu disahkan. Jika tidak ada halangan, maka tidak lama lagi code point aksara Kawi akan bisa digunakan pada platform digital di seluruh dunia.
“Semoga Unicode mengetuk palu untuk mengesahkan aksara Kawi. Kita tunggu saja rilis Unicode terbaru berikutnya,” harap Aditya optimistis.
Program Merajut Nusantara yang digagas PANDI merupakan program mendigitalisasikan aksara-aksara daerah di Indonesia. PANDI ingin memberikan kontribusi bagi bangsa sebagai wujud nasionalisme yang dituangkan dalam bentuk upaya digitalisasi aksara aksara nusantara warisan leluhur agar generasi muda Indonesia bisa mengenal dan memahami aksara-aksara asli daerah terdahulu yang kini kian terkikis jaman.
Baca juga: PANDI-PPI berkolaborasi dalam Program Merajut Nusantara
Baca juga: PANDI telah luncurkan "marketplace" nama domain