Klopp lelah dengan gorengan media atas reaksi Sadio Mane
Jakarta (ANTARA) - Juergen Klopp mengaku lelah dengan sikap media-media Inggris yang terus menggoreng reaksi Sadio Mane selepas Liverpool mengalahkan Manchester United 4-2 di Old Trafford, pada Kamis (13/5) kemarin.
Mane tertangkap kamera menolak jabatan tangan Klopp selepas peluit akhir, yang belakangan dijelaskan oleh juru taktik asal Jerman itu sebagai reaksi yang wajar karena ia luput menyampaikan keputusan menurunkan Diogo Jota dalam starting eleven menggantikan Mane.
Namun, media-media Inggris seolah mengabaikan fakta bahwa Klopp akhirnya memetik kemenangan perdana di Old Trafford dan memilih fokus mengulas habis cerita tentang reaksi Mane tersebut.
Pandit-pandit di stasiun televisi Sky Sports misalnya, menyempatkan membahas tersebut, termasuk mantan pemain dan pelatih Liverpool sendiri Graeme Souness yang menyebut reaksi Mane sebagai sikap perangai buruk dan tidak terpuji terhadap Klopp.
Sedangkan mantan kapten MU, Roy Keane, dalam panel yang sama memilih komentar lebih realistis, yang menyebut reaksi Mane sebagai sesuatu yang wajar.
Pertanyaan atas reaksi Mane rupanya kembali menjadi muncul saat Klopp menunaikan tugasnya menjalani jumpa pers virtual pada Jumat malam tadi menjelang lawatan ke The Hawthorns melawan West Bromwich Albion dua hari berselang.
"Saya tidak bisa membuat kisah ini lebih besar dari yang sebetulnya terjadi," kata Klopp dilansir laman resmi Liverpool.
"Sepak bola adalah pertandingan emosional dan semua orang agaknya mengharapkan kami selalu bisa mengendalikannya, walaupun nyatanya hal itu tidak selalu berjalan lancar. Itu faktanya.
"Hal serupa juga terjadi saat saya jadi pemain, juga dialami pemain lain ketika saya melatih mereka," ujarnya menambahkan.
Klopp menegaskan bahwa Mane adalah pemain yang menghormatinya, tetapi ia juga menyadari apapun yang dikatakannya belum tentu selalu disampaikan media secara gamblang jika tidak sejalan dengan agenda setting masing-masing.
"Jadi, bila seseorang memperlihatkan rasa hormatnya lima juta kali dan sekali tidak, mana yang lebih penting? Dunia saat ini ada di fase ketika hal yang sekali itu berujung dibesar-besarkan, padahal nyatanya tidak demikian," katanya.
"Saat saya mengatakan ini sekalipun, saya sudah bisa menebak tajuk apa yang kalian ingin tulis. Tapi itu tak jadi masalah.
"Jika kalian pernah berkesempatan melihat saya sebagai pemain, dan apa yang saya lakukan atas dasar emosi, itu gila, dan saya adalah bagian dari golongan orang normal.
"Jadi tidak ada masalah. Kami akan membicarakannya dan menyelesaikannya. Itu saja," tutup Klopp.
Mane belakangan memang menjadi sorotan karena kontribusinya yang turun berbarengan dengan penurunan performa Liverpool terutama sejak memasuki tahun 2021.
Setelah musim lalu mengemas 18 gol untuk Liverpool dalam 35 penampilan di Liga Inggris, kontribusi Mane anjlok jadi sembilan gol saja dalam 32 penampilan sejauh ini.
Mane tertangkap kamera menolak jabatan tangan Klopp selepas peluit akhir, yang belakangan dijelaskan oleh juru taktik asal Jerman itu sebagai reaksi yang wajar karena ia luput menyampaikan keputusan menurunkan Diogo Jota dalam starting eleven menggantikan Mane.
Namun, media-media Inggris seolah mengabaikan fakta bahwa Klopp akhirnya memetik kemenangan perdana di Old Trafford dan memilih fokus mengulas habis cerita tentang reaksi Mane tersebut.
Pandit-pandit di stasiun televisi Sky Sports misalnya, menyempatkan membahas tersebut, termasuk mantan pemain dan pelatih Liverpool sendiri Graeme Souness yang menyebut reaksi Mane sebagai sikap perangai buruk dan tidak terpuji terhadap Klopp.
Sedangkan mantan kapten MU, Roy Keane, dalam panel yang sama memilih komentar lebih realistis, yang menyebut reaksi Mane sebagai sesuatu yang wajar.
Pertanyaan atas reaksi Mane rupanya kembali menjadi muncul saat Klopp menunaikan tugasnya menjalani jumpa pers virtual pada Jumat malam tadi menjelang lawatan ke The Hawthorns melawan West Bromwich Albion dua hari berselang.
"Saya tidak bisa membuat kisah ini lebih besar dari yang sebetulnya terjadi," kata Klopp dilansir laman resmi Liverpool.
"Sepak bola adalah pertandingan emosional dan semua orang agaknya mengharapkan kami selalu bisa mengendalikannya, walaupun nyatanya hal itu tidak selalu berjalan lancar. Itu faktanya.
"Hal serupa juga terjadi saat saya jadi pemain, juga dialami pemain lain ketika saya melatih mereka," ujarnya menambahkan.
Klopp menegaskan bahwa Mane adalah pemain yang menghormatinya, tetapi ia juga menyadari apapun yang dikatakannya belum tentu selalu disampaikan media secara gamblang jika tidak sejalan dengan agenda setting masing-masing.
"Jadi, bila seseorang memperlihatkan rasa hormatnya lima juta kali dan sekali tidak, mana yang lebih penting? Dunia saat ini ada di fase ketika hal yang sekali itu berujung dibesar-besarkan, padahal nyatanya tidak demikian," katanya.
"Saat saya mengatakan ini sekalipun, saya sudah bisa menebak tajuk apa yang kalian ingin tulis. Tapi itu tak jadi masalah.
"Jika kalian pernah berkesempatan melihat saya sebagai pemain, dan apa yang saya lakukan atas dasar emosi, itu gila, dan saya adalah bagian dari golongan orang normal.
"Jadi tidak ada masalah. Kami akan membicarakannya dan menyelesaikannya. Itu saja," tutup Klopp.
Mane belakangan memang menjadi sorotan karena kontribusinya yang turun berbarengan dengan penurunan performa Liverpool terutama sejak memasuki tahun 2021.
Setelah musim lalu mengemas 18 gol untuk Liverpool dalam 35 penampilan di Liga Inggris, kontribusi Mane anjlok jadi sembilan gol saja dalam 32 penampilan sejauh ini.