Jakarta (ANTARA) - Lifter putri Indonesia Windy Cantika Aisah mengaku tak menyangka bisa meraih medali dalam debutnya di ajang Olimpiade di Tokyo, Sabtu.
Pada usianya yang relatif muda, yakni 19 tahun, Windy mampu menyumbangkan medali perunggu di kelas 49kg putri. Sebagai atlet debutan, lifter asal Jawa Barat itu pun mengaku tak berharap banyak saat berlaga di Tokyo. PB PABSI juga sejak awal tidak mematok target muluk-muluk kepada Windy.
“Alhamdulillah, senang sekali karena pada umur 19 tahun sudah bisa ikut Olimpiade dan menyumbangkan medali,” ujar Windy dalam jumpa pers virtual di Jakarta, Sabtu.
“Ini menjadi kejutan apalagi ini Olimpade pertama saya. Saya tidak menyangka bisa dapat medali. Dari awal merintis karier sebagai lifter sudah diberi tahu soal ke depannya. Jadi saya mengalir saja,” sambung dia.
Windy Cantika sebetulnya sudah diprediksi bisa meraih medali di Olimpiade Tokyo oleh pelatih berdasarkan hasil yang ditorehkan dalam dua turnamen kualifikasi, April dan Mei lalu.
Namun ketika turun ke arena pertandingan Olimpiade, Windy justru harus memulai laga kurang optimal karena dia dua kali gagal melakukan angkatan snatch. Diakui Windy, kegagalan itu akibat kurangnya waktu pemanasan.
“Untuk tadi di angkatan snatch itu waktunya pemanasannya sedikit, saya kira pemanasannya lama ternyata sebentar. Jadi saya agak ngos-ngosan,” tuturnya.
Beruntung, kegagalan itu langsung dibayar tunai saat Windy berhasil melewati tiga percobaan angkatan clean and jerk.
Menurut pelatih kepala angkat besi Indonesia, Dirdja Wihardja, keberhasilan anak asuhnya saat berhasil melakukan angkatan clean and jerk cukup mengejutkan.
“Kekurangan Windy berdasarkan evaluasi pelatih adalah dia masih lemah di clean and jerk. Tapi ternyata kemampuan dia sudah meningkat berkat kedisiplinan dia selama latihan,” kata Dirdja.