DKP Sulteng Tingkatkan 'bargaining' Usaha Budidaya

id atjo

DKP Sulteng Tingkatkan 'bargaining' Usaha Budidaya

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulteng, Hasanuddin Atjo (AntaraSulteng/Rolex Malaha)

Kita sedang gencar mengembangkan teknologi budidaya seperti mina-padi, udang-padi, nila super, bandeng-super dan budidaya udang supra intensif yang akan meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil budidaya
Palu,  (antarasulteng.com) - Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Tengah gencar melakukan inovasi teknologi untuk meningkatkan posisi tawar (bargaining) nelayan dan pembudidaya ikan agar mereka tidak lagi dipermainkan oleh pembeli dalam menentukan harga jual.

"Kita sedang gencar mengembangkan teknologi budidaya seperti mina-padi, udang-padi, nila super, bandeng-super dan budidaya udang supra intensif yang akan meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil budidaya," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Tengah Hasanuddin Atjo di Kota Palu, Selasa.

Dalam dialog publik membahas dampak inovasi teknologi berkelanjutan terhadap kesejahteraan nelayan dan pembudidaya ikan, Atjo mengatakan sampai saat ini usaha budidaya bagi masyarakat di daerah ini masih sebagatas usaha sampingan.

"Karena masih usaha sampingan, maka produksi yang dihasilkan skalanya kecil-kecil. Karena kecil, maka posisi tawar mereka terhadap pembeli juga rendah, akibatnya harga dipermainkan oleh pembeli," ujarnya.

Tidak heran, katanya, bila nilai tukar petani (NTP) subsektor budidaya di daerah ini baru 89 persen dan cenderung menurun setiap tahun.

Salah satu terobosan yang dilakukan adalah mengembangkan teknologi mina-padi dengan membangun lokas-lokasi percontohan yang diharapkan akan direplikasi para nelayan.

Program mina-padi ini diyakini akan mampu meningkatkan produksi padi dan ikan sehingga memperkuat posisi tawar nelayan dan pembudidaya yang pada gilirannya meningkatkan nilai tambah untuk kesejahteraan mereka.

Data Bidang Perikanan Budidaya DKP Sulteng, pada 2016 ini sedang dibangun percontohan budidaya mina-padi di enam lokasi yakni Sidondo dan Lolu, Kabupaten Sigi, Lantapan (Kabupaten Tolitoli), Negeri Lama (Buol), dan Lape (Poso) masing-masing dua hektare serta Malonas, Kabupaten Donggala enam hektare. DKP juga membangun percontohan udang-padi di Buol, budidaya nila super di Kota Palu.

Menurut Hasanuddin Atjo, sistem budidaya mina-padi ini memberikan banyak keuntungan, antara lain akan menekan biaya produksi dan meningkatkan produktivitas.

"Kalau kita harus membangun tambak untuk budidaya, itu bisa menghabiskan waktu sampai 8 bulan baru bisa menghasilkan, tetapi lewat program mina-pagi hanya butuh waktu 4 bulan. Jadi efisiensinya tercapai," ujarnya.

Dari sisi produktivitas, katanya, juga akan meningkat baik untuk ikan maupun padinya sebab hasil penelitian mencatat bahwa produksi padi akan naik karena kotoran ikan merupakan pupuk yang baik bagi padi. Setiap 1 kg kotoran, setara dengan 375 kg pupuk kimia, ujarnya.

"Program mina padi bisa memberikan nilai tambah sampai Rp30 juta bagi petani," ujarnya dan menambahkan bahwa mulai tahun 2016 ini, pihaknya juga mengembangkan teknologi budidaya udang-padi.

Teknologi mina-padi dan udang-padi ini memanfaatkan lahan persawahan penduduk dimana DKP Sulteng membantu membangunkan tambak selebar dua meter dan dalam dua meter di sekeliling petak sawah petani untuk pembudidayaan ikan nila dan mas atau udang.

Tanah galian tambak tersebut dijadikan pematang yang cukup lebar sehingga memungkinkan petani menanaminya dengan berbagai tanaman palawija dan sayur mayur yang semuanya

Ia sangat optimistis bahwa lewat implementasi teknologi mina padi ini, produksi perikanan budidaya dan padi akan meningkat, posisi `bargaining` nelayan kian tinggi dan nilai tambah akan semakin besar yang semuanya berdampak pada kesejahteraan nelayan dan pembudidaya serta penguatan ketahanan pangan dan meningkatnya konsumsi ikan masyarakat.