Pemkot Palu libatkan 247 TPK percepat turunkan stunting

id Pemkot Palu ,Stunting ,Tim pendamping keluarga ,Kota Palu ,Elsimil,Sulteng

Pemkot Palu libatkan 247 TPK percepat turunkan stunting

Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (P2KB) Kota Palu dr. Royke Abraham saat menyerahkan bingkisan makanan tambahan di Kota Palu, Jumat (5/5/2023). (ANTARA/Nur Amalia Amir)

Palu (ANTARA) - Pemerintah Kota Palu, Sulawesi Tengah melibatkan 287 tim pendamping keluarga (TPK) yang tersebar di 46 kelurahan sebagai upaya untuk mempercepat penurunan angka prevalensi stunting di daerah itu.

"Kami memiliki TPKyang terdiri atas bidan, kader Keluarga Berencana (KB) dan kader Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) yang bertugas menjadi pendamping masyarakat," kata Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (P2KB) Kota Palu Royke Abraham di Palu, Sabtu.


Ia mengatakan sebanyak 287 TPK itu tersebar di 46 kelurahan dari delapan kecamatan yang ada di Kota Palu, yang bertugas mendampingi setiap keluarga yang berpotensi memiliki atau telah memiliki anak stunting sebagai upaya pencegahan dan percepatan penurunan angka kekerdilan.
Selain mendampingi keluarga berisiko stunting, TPK bertugas untuk mendata kondisi kesehatan calon pengantin melalui aplikasi elektronik siap nikah siap hamil (Elsimil) yang harus diisi calon pengantin, di antaranya untuk mengetahui kondisi fisik mereka terkait berat badan, panjang badan, anemia atau tidak.
"Melalui Elsimil kita bisa mendeteksi sejak awal akan adanya potensi kelahiran prematur ataupun stunting. Sehingga pemerintah bisa melakukan intervensi terhadap kondisi si ibu,” katanya.
Menurut dia, TPK dapat memberikan penyuluhan dan pendampingan mulai dari tiga bulan sebelum nikah sampai pasca melahirkan.
Selain itu, TPK juga bisa mendampingi para remaja dalam mempersiapkan para remaja itu memasuki masa pernikahan menjadi pengantin, hamil, usai melahirkan dan seterusnya.
Para kader TPK itu, lanjutnya, dalam pendampingan akan mengawasi dan memberi saran dan masukan kepada para calon pengantin dalam mematangkan persiapan memasuki kehidupan rumah tangga, kesehatan calon ibu dan anak, bahkan sejak anak itu masih janin.
Kemudian, tentang pemenuhan asupan gizi anak sejak 1.000 hari pertama kehidupan atau hingga usia anak dua tahun.
"Begitu juga terhadap pendampingan kepada para remaja, seperti tentang kesehatan reproduksi dan lain sebagainya, dimana kesemuanya itu merupakan upaya mencegah terjadinya kasus stunting," katanya.
Menurut Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), angka kasus stunting di Kota Palu naik dari 23,9 persen dari dua tahun sebelumnya menjadi 24,7 persen pada tahun 2022, atau mengalami peningkatan 0,8 persen.
"Kami optimistis dengan mengefektifkan upaya-upaya tersebut, angka prevalensi stunting di Kota Palu di tahun 2023 dapat turun hingga mencapai 17 persen dari target 14 persen nasional," katanya.