"Moderasi beragama merupakan cara pandang, sikap dan perilaku beragama yang dianut dan dipraktikkan oleh sebagian besar penduduk di Indonesia dari dulu hingga sekarang," kata Pelaksana Harian Kepala Kanwil Kemenag Sulteng Makmur Muhammad Arief saat kegiatan orientasi pelopor penguatan moderasi beragama di Kota Palu, Minggu.
Kemenag Sulteng perkuat moderasi beragama bersama tokoh agama dan pemuda
Palu (ANTARA) - Kanwil Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) memperkuat moderasi beragama bersama dengan tokoh agama dan tokoh pemuda lintas agama se-Sulawesi Tengah.
"Moderasi beragama merupakan cara pandang, sikap dan perilaku beragama yang dianut dan dipraktikkan oleh sebagian besar penduduk di Indonesia dari dulu hingga sekarang," kata Pelaksana Harian Kepala Kanwil Kemenag Sulteng Makmur Muhammad Arief saat kegiatan orientasi pelopor penguatan moderasi beragama di Kota Palu, Minggu.
"Moderasi beragama merupakan cara pandang, sikap dan perilaku beragama yang dianut dan dipraktikkan oleh sebagian besar penduduk di Indonesia dari dulu hingga sekarang," kata Pelaksana Harian Kepala Kanwil Kemenag Sulteng Makmur Muhammad Arief saat kegiatan orientasi pelopor penguatan moderasi beragama di Kota Palu, Minggu.
Karena itu, kata dia, pemerintah menjadikan moderasi beragama sebagai salah satu program nasional dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
Ia mengatakan hal tersebut sebagai salah satu upaya pemerintah dalam mewujudkan generasi emas ke depannya. Menurut dia, ada sejumlah tahapan-tahapan yang harus dilalui sehingga moderasi beragama dapat menjamin untuk mewujudkan generasi emas.
"Jadi bukan agamanya yang di moderasi karena keyakinan itu sudah final per orang dan enam agama sudah dijamin pemerintah. Kita hanya memoderasi cara beragama kita mulai dari cara pandang, sikap dan praktik keagamaan untuk menjadi jalan tengah," katanya.
Ia juga menyebut, ada empat indikator yang penting dalam menguatkan moderasi beragama, yakni komitmen kebangsaan, anti kekerasan, toleransi dan penerimaan terhadap tradisi.
Orientasi ini, kata Arief, juga salah satu upaya untuk meningkatkan pendekatan akulturasi sehingga mampu membentuk hubungan antar umat beragama yang toleran dan rukun.
Adapun kegiatan itu diikuti sebanyak 45 peserta dari tokoh agama dan tokoh pemuda lintas agama se-Sulawesi Tengah.
"Saya mengapresiasi kepada tokoh atau lembaga keagamaan yang selama ini telah berupaya dalam memberikan rasa aman, nyaman serta kerukunan yang dinamis tanpa adanya perseteruan yang dapat mengganggu kenyamanan orang lain," ujarnya lagi.
Dia menambahkan untuk mewujudkan Sulawesi Tengah yang aman, damai dan agamis perlu dukungan berbagai pihak, baik dari tokoh atau lembaga keagamaan.