Jokowi: Tambak tak dimanfaatkan bisa dikembangkan budidaya ikan nila
Karawang (ANTARA) - Presiden RI Joko Widodo menyampaikan bahwa tambak yang telah lama tidak dimanfaatkan di wilayah Pantai Utara Jawa (pantura) bisa dikembangkan seperti modeling kawasan budidaya ikan nila salin di Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
"Saya akan sampaikan (kepada presiden yang baru nanti) agar melanjutkan dan merealisasikan program ini (budidaya ikan nila) di seluruh wilayah Pulau Jawa," kata Presiden Jokowi saat meresmikan Modeling Budidaya Ikan Nila Salin yang dikelola Kementerian Kelautan dan Perikanan di Desa Pusakajaya Utara, Kecamatan Cilebar, Karawang, Rabu.
Ia mengatakan bahwa tambak ikan nila memiliki permintaan pasar dunia yang sangat besar. Pada 2024 saja 14,4 miliar dolar AS, kurang lebih Rp230 triliun.
Menurut Presiden, pembangunan modeling budidaya ikan nilai salin di Karawang merupakan pilihan yang tepat untuk melihat kesiapan industri dan pemerintah dalam menerima dan mengelola sisa tambak tak beroperasi di seluruh wilayah Pulau Jawa.
"Tambak udang di pantura sudah lama kosong, idle, tidak ada kegiatannya di sana. Ada 78 ribu hektare sepanjang dari Serang sampai Banyuwangi, dari Banten, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. 78 ribu hektare tambak yang idle yang akan kita siapkan," katanya.
Disebutkan mengingat tambak udang itu sudah tidak dimanfaatkan maka yang paling memungkinkan sekarang adalah dimanfaatkan untuk tambak ikan nila yang memiliki permintaan pasar dunia yang sangat besar.
Modeling budidaya ikan nila salin merupakan terobosan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono yang dibangun sejak 2023 dengan lahan seluas 80 hektare.
Lahan tersebut awalnya merupakan tambak udang yang dibangun oleh Presiden Soeharto sejak 1984 dengan nama Proyek Pandu Tambak Inti Rakyat dan berhenti pada 1998.
Sejak program tidak berjalan, lahan tambak udang itu terkontaminasi, sehingga menjadi aset negara tanpa fungsi selama puluhan tahun. Baru pada tahun lalu dimanfaatkan untuk budidaya ikan nila salin.
Budidaya ikan nila salin yang dibangun dengan nilai investasi mencapai Rp76 miliar itu kini dikelola oleh Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budi Daya (BLUPPB).
Presiden Jokowi berharap modeling budidaya ikan nila salin di Karawang dapat menjadi percontohan budidaya dan pemanfaatan tambak tak beroperasi bagi pelaku usaha yang budidaya memanfaatkan perairan umum seperti danau.
Dalam prosesi Modeling Budidaya Ikan Nila Salin di Karawang, Presiden juga melakukan panen ikan nila salin, penekanan sirine, dan penandatanganan prasasti bersama Menteri KP Sakti Wahyu Trenggono dan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan.
Hadir pula dalam kegiatan itu Bupati Karawang Aep Syaepuloh, Penjabat Bupati Subang Imran, dan Penjabat Gubernur Jabar Bey Machmudin.
"Saya akan sampaikan (kepada presiden yang baru nanti) agar melanjutkan dan merealisasikan program ini (budidaya ikan nila) di seluruh wilayah Pulau Jawa," kata Presiden Jokowi saat meresmikan Modeling Budidaya Ikan Nila Salin yang dikelola Kementerian Kelautan dan Perikanan di Desa Pusakajaya Utara, Kecamatan Cilebar, Karawang, Rabu.
Ia mengatakan bahwa tambak ikan nila memiliki permintaan pasar dunia yang sangat besar. Pada 2024 saja 14,4 miliar dolar AS, kurang lebih Rp230 triliun.
Menurut Presiden, pembangunan modeling budidaya ikan nilai salin di Karawang merupakan pilihan yang tepat untuk melihat kesiapan industri dan pemerintah dalam menerima dan mengelola sisa tambak tak beroperasi di seluruh wilayah Pulau Jawa.
"Tambak udang di pantura sudah lama kosong, idle, tidak ada kegiatannya di sana. Ada 78 ribu hektare sepanjang dari Serang sampai Banyuwangi, dari Banten, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. 78 ribu hektare tambak yang idle yang akan kita siapkan," katanya.
Disebutkan mengingat tambak udang itu sudah tidak dimanfaatkan maka yang paling memungkinkan sekarang adalah dimanfaatkan untuk tambak ikan nila yang memiliki permintaan pasar dunia yang sangat besar.
Modeling budidaya ikan nila salin merupakan terobosan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono yang dibangun sejak 2023 dengan lahan seluas 80 hektare.
Lahan tersebut awalnya merupakan tambak udang yang dibangun oleh Presiden Soeharto sejak 1984 dengan nama Proyek Pandu Tambak Inti Rakyat dan berhenti pada 1998.
Sejak program tidak berjalan, lahan tambak udang itu terkontaminasi, sehingga menjadi aset negara tanpa fungsi selama puluhan tahun. Baru pada tahun lalu dimanfaatkan untuk budidaya ikan nila salin.
Budidaya ikan nila salin yang dibangun dengan nilai investasi mencapai Rp76 miliar itu kini dikelola oleh Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budi Daya (BLUPPB).
Presiden Jokowi berharap modeling budidaya ikan nila salin di Karawang dapat menjadi percontohan budidaya dan pemanfaatan tambak tak beroperasi bagi pelaku usaha yang budidaya memanfaatkan perairan umum seperti danau.
Dalam prosesi Modeling Budidaya Ikan Nila Salin di Karawang, Presiden juga melakukan panen ikan nila salin, penekanan sirine, dan penandatanganan prasasti bersama Menteri KP Sakti Wahyu Trenggono dan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan.
Hadir pula dalam kegiatan itu Bupati Karawang Aep Syaepuloh, Penjabat Bupati Subang Imran, dan Penjabat Gubernur Jabar Bey Machmudin.