Jakarta (ANTARA) - Layar monitor ukuran raksasa di booth Medco Energi pada ajang Indonesian Petroleum Association (IPA) Convex ke 49 tahun 2025 menampakkan kegiatan peduli lingkungan di SMPN 3 Putik, Kepulauan Anambas, Riau pada, Rabu (21/5).
Di samping layar, nampak Siti Kamila tersenyum simpul melihat pemaparan pihak MedcoEnergi terkait kolaborasi perusahaan migas ini, dalam menjaga lingkungan sekolah di Kepulauan Anambas tersebut.
Siti merupakan guru penggerak yang mengantarkan SMPN 3 Putik meraih penghargaan Adiwiyata. Yaitu penghargaan atas sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan hidup sehat. Dari kebiasaan buang sampah sembarang, kini SMPN 3 Putik jadi poros pergerakan peduli lingkungan. Mengubah sampah jadi organik dan perilaku hidup sehat penghuninya.
Siti menceritakan awalnya, nyaris setiap sudut sekolah terdapat tumpukan sampah. Pembersihannya, kebanyakan dikumpul, lalu dibakar. Itu ternyata tidak baik karena polusi dan menambah panas pulau kecil berpenduduk sekira 50.703 jiwa ini. Ia kemudian menggagas untuk mengolah sampah jadi pupuk organik dengan melibatkan siswa dan guru.
"Awalnya berat. Jangankan siswa, kegiatan di tahun 2013 itu para guru pun tidak mendukung karena belum terbiasa. Tapi lama-kelamaan semua sadar dan bergerak bersama," kata Siti.
Ia mengungkapkan kunci keberhasilan SMPN 3 Putik meraih penghargaan Adiwiyata adalah kebersamaan dalam pergerakan peduli lingkungan. Meski begitu, Siti mengaku mendapat dukungan penuh dari Kepala Sekolah yang mengeluarkan peraturan tegas bagi siswa dan guru.
"Dukungan kepala sekolah dengan peraturan tegas ini memaksa para guru dan siswa harus menjaga lingkungan sekolah, hingga kami bertemu MedcoEnergi di tahun 2015. Dukungan perusahaan kemudian menambah pengetahuan dan ruang gerak kami fokus pada kegiatan lingkungan," paparnya.
Siti mengaku, kehadiran MedcoEnergi mengubah kesadaran para siswa dan guru untuk kepedulian lingkungan. Dari yang awalnya dipaksa, terpaksa akhirnya sadar diri dan bergerak bersama. Pendampingan intens dari perusahaan membawa sekolah ini mampu membuat berbagai terobosan menarik yang mendukung program peduli lingkungan. Salah satunya, pengolahan sampah jadi pupuk organik.
Siapa sangka, sekolah dengan 103 siswa yang berjarak 20 jam perjalanan laut dari Kepulauan Riau itu, jadi salah satu Sekolah Adiwiyata di Indonesia.
"Pendampingan yang berkelanjutan dari MedcoEnergi membawa kami meraih penghargaan dan berhasil mengubah perilaku siswa dan guru untuk hidup sehat. Ya, Medco berhasil pada program ini," kata Siti Kamila, menjawab pertanyaan seorang Jurnalis asal Sulawesi Tengah yang didatangkan PT Donggi-Senoro LNG.
Sejak mengimplementasi program, menurut Siti Kamilah, sekolahnya mengalami perubahan signifikan. Volume sampah berkurang hingga 40 persen, penghematan listrik dan air mencapai 25 persen, dan ekosistem pesisir mulai dipulihkan dengan penanaman 200 bibit mangrove. Selain itu, siswa dan guru menunjukkan peningkatan partisipasi dalam aksi-aksi lingkungan berskala lokal hingga nasional.
Cerita Siti ini bisa diduplikasi sekolah lain di Indonesia, termasuk di Sulawesi Tengah. Namun, dibutuhkan keseriusan dan dukungan regulasi yang tepat untuk mencapai keberhasilan.