Palu (ANTARA) - Anggota Badan Pembentukan Peraturan Daerah (Bapemperda) DPRD Kota Palu, Alfian Chaniago, mendorong pengembangan motif-motif modern pada kain tenun khas daerah, khususnya yang merepresentasikan identitas Kota Palu, agar lebih diminati masyarakat luas.
“Usulan motif kelor itu bagus, hanya saja perlu pengembangan dan kalau dilihat secara keseluruhan, wilayah Sulawesi Tengah memiliki banyak potensi motif khas lain, misalnya pohon eboni atau gambar delman,” ujar Alfian di Palu, Jumat.
Menurut Alfian, pengembangan desain dan motif tenun tidak hanya bernilai budaya, tetapi juga berkaitan erat dengan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk meningkatkan kapasitas produksi baik secara tradisional maupun modern.
“Ada dua pendekatan yang bisa dijalankan, yakni produksi secara tradisional sebagai bentuk pelestarian budaya, dan produksi menggunakan alat modern untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam jumlah besar,” jelasnya.
Dia menegaskan, DPRD Kota Palu memiliki komitmen untuk melindungi dan memberdayakan para pengrajin tenun melalui payung hukum daerah.
“Kami di DPRD prihatin terhadap kondisi para pengrajin tenun di Kota Palu. Karena itu, kami sedang menyiapkan regulasi dalam bentuk peraturan daerah (perda) agar mereka lebih terjaga dari segi kualitas, pemasaran, produksi, dan harga,” kata Alfian.
Dia berharap, dengan adanya regulasi tersebut, pengrajin tenun di Kota Palu tidak hanya mampu mempertahankan warisan budaya lokal, tetapi juga bersaing di pasar nasional bahkan internasional melalui produk-produk bernilai seni tinggi dengan ciri khas daerah.
"Motif bisa bermacam-macam agar tidak membosankan dan banyak diminati," tutup Alfian.
