Badung, Bali (ANTARA) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Sulawesi Tengah mengatakan publik harus cerdas memanfaatkan layanan keuangan digital karena ancaman keamanan siber kapan saja bisa terjadi.
"Masyarakat wajib menjaga kerahasiaan data pribadi, karena kejahatan siber yang memanfaatkan layanan keuangan digital bisa menimpa siapa saja," kata petugas Unit Implementasi Kebijakan Sistem Pembayaran KPwBI Sulteng Harry Dharmadi Putra dalam kegiatan pengembangan kapasitas Protokol, Humas dan Media Sulteng di Badung, Bali, Kamis.
Perkembangan teknologi keuangan digital sangat membantu pengguna dalam melakukan transaksi, namun tidak sedikit tindak kejahatan siber memanfaatkan sistem tersebut.
Maka setiap pengguna perlu memahami sistem digital, supaya tidak mudah tertipu mengakibatkan kerugian finansial.
Hasil survei tahun 2024 diperkirakan kerugian dari aksi kejahatan siber mencapai 200 miliar dolar AS atau setara sekitar Rp3,26 triliun per tahun, dan 50 persen penduduk mengalami serangan fraud atau penipuan setiap minggu.
"Pentingnya menerapkan langkah pengaman sederhana. Masyarakat pengguna layanan keuangan digital tidak disarankan memakai tanggal lahir, atau tanggal pernikahan maupun angka momen terbaik sebagai kode akun transaksi, karena potensinya mudah di retas," ujar dia.
Beragam modus digunakan oleh oknum-oknum tertentu untuk menipu pengguna layanan keuangan digital, diantaranya undangan palsu yang memuat link atau lampiran berbahaya melalui pesan WhatsApp, OTP yang dikirim ke pihak lain, paket kurir palsu, dan tagihan listrik palsu, maka setiap orang harus memahami risiko digital dan cara melindungi diri, katanya, menjelaskan.
Kebanyakan perangkat keuangan digital telah terkoneksi dengan gadget pengguna layanan tersebut melalui alamat email dan mode sambungan lainnya.
"Kami juga menggencarkan edukasi kepada masyarakat tentang penggunaan sistem keuangan digital, supaya masyarakat memiliki pemahaman yang cukup untuk menghindari risiko penipuan," kata Harry.
