Jakarta (ANTARA) - Anggota kelompok ekstrem bersenjata Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora yang masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) terus menyusut dan tersisa 12 orang setelah seorang tertembak mati dan seorang tertangkap.
Asops Kapolri Irjen Pol. Rudy Sufahriadi dalam konferensi pers di Gedung Mabes Polri, Jakarta, Senin, menuturkan selain berkurangnya dua anggota, satu senjata M16 yang dibawa anggota tertembak mati diamankan sebagai barang bukti.
Dengan begitu, senjata yang dimiliki kelompok yang dipimpin Ali Kalora itu kini diperkirakan tersisa dua senjata M16 dan dua senjata pendek revolver.
"Senjatanya tidak pernah tambah, peluru tidak pernah tambah. Jadi kemungkinan tidak (dapat lasokan senjata)," tutur Rudy Sufahriadi.
Saat dipimpin Santoso pada tahun 2012, anggota MIT berjumlah 40-an orang. Setelah Santoso tewas tertembak dalam kontak senjata pada tanggal 18 Juli 2016, Ali Kalora menggantikannya.
Meski jumlah anggota dan senjata berkurang, Rudy mengatakan bahwa Satgas Operasi Tinombala menemui hambatan medan gunung, sementara anggota MIT yang sebagian warga lokal lebih mengenal medan.
"Dari dahulu klasik, medan yang susah, mereka berpindah-pindah, mereka lebih menguasai medan. Satgas gantian 6 bulan sekali. Ketika menguasai medan, langsung dipindah," tutur Rudy.
Anggota kelompok teroris MIT bernama Basir alias Romzi tertembak mati dalam baku tembak dengan Satgas Operasi Tinombala di Desa Padopi, Poso, Sulawesi Tengah, Minggu (3/3).
Pada Minggu pukul 17.15 WITA, terjadi kontak tembak antara Satgas Tinombala dan lima orang anggota MIT. Seorang lagi bernama Aditya juga tertangkap usai baku tembak itu.
Anggota MIT menyusut tersisa 12 orang
Dari dahulu klasik, medan yang susah, mereka berpindah-pindah, mereka lebih menguasai medan. Satgas gantian 6 bulan sekali. Ketika menguasai medan, langsung dipindah