Generasi Muda Harus Melihat Keris Sebagai Pusaka Budaya

id keris, pusaka, budaya

Generasi Muda Harus Melihat Keris Sebagai Pusaka Budaya

UNESCO mengakui keris sebagai warisan budaya dunia tahun 2006 dan sebagai konsekuensi Indonesia harus melakukan langkah nyata untuk menjaga kelestariannya (ANTARA/Noveradika)

Sama halnya keris dengan pamor `Kol Buntet` untuk kekebalan atau perlindungan. Namun, pemiliknya ke mana-mana mencari gara-gara, membuat ulah, dan sebagainya. Ya, tetap saja tetap akan celaka," katanya.
Semarang (antarasulteng.com) - Paguyuban Adopsi Keris Indonesia (Paksi) mengajak generasi muda untuk melihat keris sebagai pusaka warisan budaya leluhur tak sebatas dari unsur klenik yang dimilikinya.

"Keris itu mengandung nilai filosofi tinggi yang menggambarkan kehidupan manusia," kata Ketua Umum Paksi Andry Wijaya di sela "Pameran Tosan Aji" yang digelar di Hotel Ciputra Semarang, Sabtu malam.

Menurut dia, pembuatan keris sebenarnya mengandung arti sesuatu yang sebelumnya tidak berarti apa-apa tetapi setelah melewati tempaan dan proses yang panjang menjadi hasil seni yang indah dan hebat.

Ia menjelaskan pasir besi yang menjadi bahan baku logam untuk membuat keris sebelumnya tak berarti apa-apa, sama seperti pasir-pasir lainnya, tetapi empu (pembuat keris) membuatnya jadi benda indah.

"Sama saja dengan kehidupan manusia. Manusia yang semula tidak memiliki apa-apa dan tidak bisa apa-apa, tetapi jika ditempa dengan baik akan menjadi sumber daya manusia (SDM) yang hebat," katanya.

Meski kini telah memiliki sekitar 1.000 pusaka berbagai jenis, Andry mengaku termasuk kalangan pemula dalam dunia perkerisan, sebab baru sekitar 2-2,5 tahun terakhir menggeluti dunia kepusakaan.

Berkaitan dengan makna keris, ia menjelaskan setiap empu memiliki tujuan tersendiri dalam membuat keris yang semuanya berkaitan dengan kebaikan, misalnya untuk kelancaran rezeki dan perlindungan.

"Keris dibuat dengan satu tekad dari akal pikir, daya cipta, dan kehendak dengan suatu tujuan. Namun, itu semua bergantung pada upaya manusia sebagai pemiliknya, bukan bergantung kerisnya," katanya.

Andry mencontohkan keris dengan pamor "Udan Emas" yang diyakini memperlancar rezeki, tetapi pemilik keris itu tidak bekerja dan tidak berusaha apa-apa tetap saja tidak akan lancar dalam rezekinya.

"Sama halnya keris dengan pamor `Kol Buntet` untuk kekebalan atau perlindungan. Namun, pemiliknya ke mana-mana mencari gara-gara, membuat ulah, dan sebagainya. Ya, tetap saja tetap akan celaka," katanya.