Jenderal Iran Qassem Soleimani dibunuh, sentimen anti-AS semakin mendunia
Dendam terhadap AS telah dimulai di Asia Barat
Dubai (ANTARA) - Pembunuhan komandan senior militer Iran Qassem Soleimani telah membuat sentimen anti-Amerika Serikat semakin mendunia, ujar Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif.
"Pembunuhan tersebut juga menciptakan dendam di seluruh dunia," ujar Mohammad Javad Zarif melalui akun twitternya pada Senin (6/1).
Javad Zarif mengatakan apa yang dilakukan Amerika Serikat memicu kemarahan global dan dendam di seluruh dunia dalam skala besar.
"Dendam terhadap AS telah dimulai di Asia Barat," ujar dia.
Soleimani, perancang operasi klandestin dan militer Teheran di luar negeri sebagai kepala Pasukan Quds Pengawal Revolusi, tewas pada Jumat (3/1) dalam serangan pesawat tak berawak milik AS pada konvoinya di bandara Baghdad.
Sementara banyak warga Iran berdemonstrasi dalam beberapa hari terakhir untuk menunjukkan kesedihan atas kematian Soleimani, yang lain khawatir kematiannya akan mendorong negara itu untuk berperang dengan negara adidaya. Soleimani dianggap sebagai tokoh terkuat kedua di negara itu setelah Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.
Presiden AS Donald Trump pada Sabtu (4/1) mengancam akan menghantam keras 52 situs Iran jika negara itu menyerang aset atau warga negara Amerika Serikat.
Baca juga: Batasan pengayaan uranium bakal terobos Iran
Baca juga: Keputusan pengayaan uranium Iran jadi langkah akhiri kesepakatan nuklir 2015
Baca juga: Timur Tengah memanas, Indonesia siap evakuasi WNI
Baca juga: Kedubes Iran di Jakarta kutuk AS atas pembunuhan Jendral Soleimani
Sumber: Reuters
"Pembunuhan tersebut juga menciptakan dendam di seluruh dunia," ujar Mohammad Javad Zarif melalui akun twitternya pada Senin (6/1).
Javad Zarif mengatakan apa yang dilakukan Amerika Serikat memicu kemarahan global dan dendam di seluruh dunia dalam skala besar.
"Dendam terhadap AS telah dimulai di Asia Barat," ujar dia.
Soleimani, perancang operasi klandestin dan militer Teheran di luar negeri sebagai kepala Pasukan Quds Pengawal Revolusi, tewas pada Jumat (3/1) dalam serangan pesawat tak berawak milik AS pada konvoinya di bandara Baghdad.
Sementara banyak warga Iran berdemonstrasi dalam beberapa hari terakhir untuk menunjukkan kesedihan atas kematian Soleimani, yang lain khawatir kematiannya akan mendorong negara itu untuk berperang dengan negara adidaya. Soleimani dianggap sebagai tokoh terkuat kedua di negara itu setelah Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.
Presiden AS Donald Trump pada Sabtu (4/1) mengancam akan menghantam keras 52 situs Iran jika negara itu menyerang aset atau warga negara Amerika Serikat.
Baca juga: Batasan pengayaan uranium bakal terobos Iran
Baca juga: Keputusan pengayaan uranium Iran jadi langkah akhiri kesepakatan nuklir 2015
Baca juga: Timur Tengah memanas, Indonesia siap evakuasi WNI
Baca juga: Kedubes Iran di Jakarta kutuk AS atas pembunuhan Jendral Soleimani
Sumber: Reuters