Hasil riset tingkat popularitas dan elektabilitas Whisnu tertinggi
Sebagai bagian dari pasangan yang sedang menjabat (petahana) Wakil Wali Kota Surabaya Wisnu Sakti Buana meraih pengenalan tertinggi hingga 39,21persen
Surabaya (ANTARA) - Hasil riset yang dilakukan Pusat Riset Pilkada JTV bekerja sama dengan Tim Survei Pilkada ITS menyebut tingkat popularitas dan elektabilitas bakal calon Wakil Wali Kota Surabaya dari PDIP Whisnu Sakti Buana tertinggi di antara calon lainnya.
"Sebagai bagian dari pasangan yang sedang menjabat (petahana) Wakil Wali Kota Surabaya Wisnu Sakti Buana meraih pengenalan tertinggi hingga 39,21persen," kata Kepala Pusat Studi Potensi Daerah Dan Perberdayaan Masyarakat LPPM Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Sutikno saat merilis hasil survei di JTV Surabaya, Kamis.
Dari sisi popularitas, kata Sutikno, nama-nama yang sudah banyak dikenal publik mencapai tingkat pengenalan (popularitas) yang merata.
Selain itu, dua figur muda, yakni anggota DPR RI dari Partai Golkar Adies Kadir dan Presiden Klub Persebaya Azrul Ananda mendekati Wisnu di posisi kedua dan ketiga dengan tingkat pengenalan 30,90 persen dan 29,66 persen.
Nama-nama lain yang punya potensi besar siap mendongkrak popularitas dengan berbagai aktivitas adalah politikus kawakan Fandi Utomo 25,73 persen, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya Eri Cahyadi 17,84 persen, dan mantan Kapolda Jatim Machfud Arifin 11,93 persen.
Pengacara dan bakal calon lewat jalur independen M. Sholeh meraih popularitas hampir setara dengan tokoh asal Jombang Zahrul Azhar Asumta yang akrab dipanggil Gus Hans dengan perolehan popularitas masing-masing 6,70 persen dan 5,60 persen.
Figur lain yang juga muncul dalam survei tingkat keterkenalan adalah Ketua Pansus Perubahan Nama Jalan Fathul Muid 5,00 persen, Ketua Partai Berkarya Surabaya Usman Hakim 3,84 persen, Ketua Partai Perindo Surabaya Samuel Teguh 3,32 persen, dan Dirut PDAM Surabaya Mujiaman Sukirno 2,94 persen.
Berbeda dengan popularitas, saat ditanyakan apakah akan memilih figur yang dikenal tersebut jika mencalonkan diri sebagai wali kota (elektabilitas)? Terjadi perubahan pilihan di kalangan pemilih.
"Itu terjadi karena responden yang kenal belum tentu memilih, sebaliknya yang memilih pasti sudah kenal baik," ujar Sutikno.
Wawali Surabaya Wisnu Sakti Buana memang kembali mencatat persentase tertinggi 5,47 persen. Namun, angka itu sudah terkoreksi banyak dibandingkan tingkat pengenalannya yang mencapai 39,21 persen.
Sementara itu, Kepala Bappeko Eri Cahyadi mencatat elektabilitas tertinggi kedua 5,04 persen dan Presiden klub Persebaya Azrul Ananda tak bergeser posisinya di urutan ketiga dengan elektabilitas 4,76 persen.
"Ketiga figur itu meninggalkan nama-nama lain, seperti Adies Kadir 2,62 persen, Fandi Utomo 2,39 persen, Gus Hans 1,74 persen, dan Machfud Arifin 1,35 persen," kata Sutikno.
Berikutnya, nama-nama lain mencatat elektabilitas tidak sampai 1 persen, yakni M Sholeh 0,83 persen, Usman Hakim 0,81 persen, dan Fathul Muid 0,33 persen.
"Karena masih awal, persentase popularitas dan elektabilitas ini masih terlalu dini jika dijadikan acuan siapa wali kota dan wakil wali kota berikutnya. Masih ada waktu 7 bulan, semua bisa berubah. Tergantung pada strategi pendekatan ke publik dan media serta aktivitas masing-masing bakal calon," ujar Sutikno.
Berbeda dengan figur-figur bakal calon wali kota yang persentase popularitas dan elektabilitas hampir merata, sedangkan untuk popularitas dan elektabilitas bakal calon wakil wali kota terjadi dominasi dua figur, yakni Ketua DPRD Kota Surabaya Armuji dan Presiden Klub Persebaya Azrul Ananda.
Menariknya, Armuji mewakili figur parpol karena selama ini dikenal sebagai politikus PDIP, sedangkan Azrul Ananda dikenal sebagai tokoh media dan penguasaha muda sukses dan tidak pernah berkekecimpung di bidang politik.
Untuk popularitas, keduanya dikenal oleh 35,88 persen dan 22,78 persen pemilih yang jadi responden survei. Keduanya meninggalkan figur-figur lain, seperti mantan aktivis 1998 dan pegiat budaya Taufik Hidayat 6,47 persen, mantan anggota DPRD Surabaya Visensius Awey 6,25 persen, pengurus Muslimat NU Dwi Astuti 4,64 persen, politikus PKS Reni Astuti 4,05 persen, dan Sekretaris Kota Surabaya Hendro 3,13 persen.
Dominasi makin terlihat pada survei elektabilitas bakal calon wawali.
"Armuji dan Azrul Ananda cukup menonjol dengan elektabilitas 5,94 persen dan 3,48 persen," kata Sutikno.
Persentase itu di atas nama-nama lain, seperti Dwi Astuti 1,53 persen dan Taufik Hidayat 1,06 persen. Bahkan, nama-nama di luar keempatnya, mencatat persentase di bawah 1 persen.
Kepala Pusat Riset Pilkada JTV Machmud Suhermono menjelaskan bahwa rilis survei popularitas dan elektabilitas ini merupakan yang pertama dilakukan di Surabaya oleh lembaga survei tepercaya dan independen.
Namun, karena baru yang pertama dan masih ada rentang waktu sekitar 7 bulan (213 hari) sebelum coblosan, dari sisi persentase popularitas dan elektabilitas figur-figur masih merata dan di angka di bawah 10 persen.
"Hasil survei ini semacam tolok ukur, modal awal popularitas dan elektabilitas figur-figur yang selama ini sudah mengenalkan diri ke publik melalui media," ujarnya.
Survei yang dilaksanakan pada tanggal 12 hingga 19 Februari 2020 untuk mengukur tingkat pengenalan (popularitas) dan keterpilihan (elektabilitas) figur-figur yang siap berkompetisi dalam Pemilihan Wali Kota/Wakil Wali Kota Surabaya 2020.
Nama-nama itu disaring dari sumber pemberitaan di media massa arus utama di Surabaya, khususnya program berita Jatim Awan, Pojok Pitu, dan Pojok Kampung JTV.
Riset ini menggunakan multistage random sampling dengan melibatkan 450 responden berusia 17 tahun ke atas (memiliki hak pilih). Sampel diambil di seluruh wilayah di Surabaya dengan jumlah sampel tiap wilayah proporsional terhadap jumlah penduduk Surabaya. Rentan margin of error sebesar 2,5 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
"Sebagai bagian dari pasangan yang sedang menjabat (petahana) Wakil Wali Kota Surabaya Wisnu Sakti Buana meraih pengenalan tertinggi hingga 39,21persen," kata Kepala Pusat Studi Potensi Daerah Dan Perberdayaan Masyarakat LPPM Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Sutikno saat merilis hasil survei di JTV Surabaya, Kamis.
Dari sisi popularitas, kata Sutikno, nama-nama yang sudah banyak dikenal publik mencapai tingkat pengenalan (popularitas) yang merata.
Selain itu, dua figur muda, yakni anggota DPR RI dari Partai Golkar Adies Kadir dan Presiden Klub Persebaya Azrul Ananda mendekati Wisnu di posisi kedua dan ketiga dengan tingkat pengenalan 30,90 persen dan 29,66 persen.
Nama-nama lain yang punya potensi besar siap mendongkrak popularitas dengan berbagai aktivitas adalah politikus kawakan Fandi Utomo 25,73 persen, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya Eri Cahyadi 17,84 persen, dan mantan Kapolda Jatim Machfud Arifin 11,93 persen.
Pengacara dan bakal calon lewat jalur independen M. Sholeh meraih popularitas hampir setara dengan tokoh asal Jombang Zahrul Azhar Asumta yang akrab dipanggil Gus Hans dengan perolehan popularitas masing-masing 6,70 persen dan 5,60 persen.
Figur lain yang juga muncul dalam survei tingkat keterkenalan adalah Ketua Pansus Perubahan Nama Jalan Fathul Muid 5,00 persen, Ketua Partai Berkarya Surabaya Usman Hakim 3,84 persen, Ketua Partai Perindo Surabaya Samuel Teguh 3,32 persen, dan Dirut PDAM Surabaya Mujiaman Sukirno 2,94 persen.
Berbeda dengan popularitas, saat ditanyakan apakah akan memilih figur yang dikenal tersebut jika mencalonkan diri sebagai wali kota (elektabilitas)? Terjadi perubahan pilihan di kalangan pemilih.
"Itu terjadi karena responden yang kenal belum tentu memilih, sebaliknya yang memilih pasti sudah kenal baik," ujar Sutikno.
Wawali Surabaya Wisnu Sakti Buana memang kembali mencatat persentase tertinggi 5,47 persen. Namun, angka itu sudah terkoreksi banyak dibandingkan tingkat pengenalannya yang mencapai 39,21 persen.
Sementara itu, Kepala Bappeko Eri Cahyadi mencatat elektabilitas tertinggi kedua 5,04 persen dan Presiden klub Persebaya Azrul Ananda tak bergeser posisinya di urutan ketiga dengan elektabilitas 4,76 persen.
"Ketiga figur itu meninggalkan nama-nama lain, seperti Adies Kadir 2,62 persen, Fandi Utomo 2,39 persen, Gus Hans 1,74 persen, dan Machfud Arifin 1,35 persen," kata Sutikno.
Berikutnya, nama-nama lain mencatat elektabilitas tidak sampai 1 persen, yakni M Sholeh 0,83 persen, Usman Hakim 0,81 persen, dan Fathul Muid 0,33 persen.
"Karena masih awal, persentase popularitas dan elektabilitas ini masih terlalu dini jika dijadikan acuan siapa wali kota dan wakil wali kota berikutnya. Masih ada waktu 7 bulan, semua bisa berubah. Tergantung pada strategi pendekatan ke publik dan media serta aktivitas masing-masing bakal calon," ujar Sutikno.
Berbeda dengan figur-figur bakal calon wali kota yang persentase popularitas dan elektabilitas hampir merata, sedangkan untuk popularitas dan elektabilitas bakal calon wakil wali kota terjadi dominasi dua figur, yakni Ketua DPRD Kota Surabaya Armuji dan Presiden Klub Persebaya Azrul Ananda.
Menariknya, Armuji mewakili figur parpol karena selama ini dikenal sebagai politikus PDIP, sedangkan Azrul Ananda dikenal sebagai tokoh media dan penguasaha muda sukses dan tidak pernah berkekecimpung di bidang politik.
Untuk popularitas, keduanya dikenal oleh 35,88 persen dan 22,78 persen pemilih yang jadi responden survei. Keduanya meninggalkan figur-figur lain, seperti mantan aktivis 1998 dan pegiat budaya Taufik Hidayat 6,47 persen, mantan anggota DPRD Surabaya Visensius Awey 6,25 persen, pengurus Muslimat NU Dwi Astuti 4,64 persen, politikus PKS Reni Astuti 4,05 persen, dan Sekretaris Kota Surabaya Hendro 3,13 persen.
Dominasi makin terlihat pada survei elektabilitas bakal calon wawali.
"Armuji dan Azrul Ananda cukup menonjol dengan elektabilitas 5,94 persen dan 3,48 persen," kata Sutikno.
Persentase itu di atas nama-nama lain, seperti Dwi Astuti 1,53 persen dan Taufik Hidayat 1,06 persen. Bahkan, nama-nama di luar keempatnya, mencatat persentase di bawah 1 persen.
Kepala Pusat Riset Pilkada JTV Machmud Suhermono menjelaskan bahwa rilis survei popularitas dan elektabilitas ini merupakan yang pertama dilakukan di Surabaya oleh lembaga survei tepercaya dan independen.
Namun, karena baru yang pertama dan masih ada rentang waktu sekitar 7 bulan (213 hari) sebelum coblosan, dari sisi persentase popularitas dan elektabilitas figur-figur masih merata dan di angka di bawah 10 persen.
"Hasil survei ini semacam tolok ukur, modal awal popularitas dan elektabilitas figur-figur yang selama ini sudah mengenalkan diri ke publik melalui media," ujarnya.
Survei yang dilaksanakan pada tanggal 12 hingga 19 Februari 2020 untuk mengukur tingkat pengenalan (popularitas) dan keterpilihan (elektabilitas) figur-figur yang siap berkompetisi dalam Pemilihan Wali Kota/Wakil Wali Kota Surabaya 2020.
Nama-nama itu disaring dari sumber pemberitaan di media massa arus utama di Surabaya, khususnya program berita Jatim Awan, Pojok Pitu, dan Pojok Kampung JTV.
Riset ini menggunakan multistage random sampling dengan melibatkan 450 responden berusia 17 tahun ke atas (memiliki hak pilih). Sampel diambil di seluruh wilayah di Surabaya dengan jumlah sampel tiap wilayah proporsional terhadap jumlah penduduk Surabaya. Rentan margin of error sebesar 2,5 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.