Palu (ANTARA) -
Siti (53), seorang ibu rumah tangga, membagikan kisahnya dalam merawat anaknya yang menderita asma sejak kecil.
Anaknya mulai menunjukkan gejala asma ketika berusia dua tahun, yang ditandai dengan sesak napas dan batuk-batuk yang berkepanjangan. Gejala tersebut sering kali memburuk di malam hari, membuat anaknya sulit tidur dan mengganggu aktivitas sehari-harinya.
“Anak saya sering sesak napas, terutama kalau malam hari. Udara dingin biasanya memicu asmanya, dan kadang terdengar suara seperti siulan saat ia bernapas,” ungkap Siti saat ditemui pada Kamis (19/9).
Anaknya, yang terdaftar sebagai peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dari segmen Penerima Bantuan Iuran (PBI), telah mendapatkan perawatan rutin di Puskesmas Birobuli. Menurut Siti, selain faktor cuaca, riwayat keluarga juga menjadi pemicu, karena suaminya juga merupakan pengidap asma.
“Suami saya juga penderita asma, jadi kemungkinan besar anak kami mewarisinya. Tapi yang paling sering memicu serangan asma adalah perubahan cuaca, terutama saat cuaca dingin atau ketika anak saya terlalu aktif bergerak,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa infeksi saluran pernapasan atas yang sering dialami anaknya juga memperburuk kondisi asmanya. Siti mengakui bahwa pelayanan yang diberikan oleh Puskesmas Birobuli sangat membantu mereka dalam mengatasi penyakit kronis yang diderita anaknya.
Mereka tidak perlu khawatir mengenai biaya pengobatan karena semua ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Setiap kali asma anaknya kambuh, Siti dapat langsung membawanya ke puskesmas untuk mendapatkan obat-obatan yang diperlukan.
“Kalau anak saya sesak napas, kami langsung ke puskesmas, dan obatnya selalu ada. Kami sangat bersyukur karena biaya pengobatan sudah ditanggung oleh BPJS Kesehatan, sehingga kami tidak perlu khawatir soal biaya,” kata Siti.
Siti mengungkapkan bahwa anaknya mengikuti Program Rujuk Balik yang disediakan oleh BPJS Kesehatan.
Program ini memungkinkan pasien dengan penyakit kronis, seperti asma, yang sudah stabil untuk mendapatkan obat secara rutin di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) tanpa harus kembali ke rumah sakit rujukan. Menurutnya, program ini sangat memudahkan mereka dalam menjalani pengobatan jangka panjang.
“Kami mendapatkan surat rekomendasi dari dokter rumah sakit, sehingga bisa mengambil obat di puskesmas atau apotek yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Ini sangat membantu kami karena tidak perlu bolak-balik ke rumah sakit lagi,” jelasnya.
Ia merasa sangat terbantu oleh BPJS Kesehatan dalam menangani penyakit asma yang diderita anaknya. Berkat program tersebut, pengobatan bisa dilakukan secara rutin tanpa biaya besar. Pelayanan kesehatan yang diberikan juga dinilai sangat memadai dan profesional. Setiap bulan, anaknya menjalani pemeriksaan di puskesmas, dan ia mendapat banyak informasi tentang bagaimana cara menangani asma di rumah.
“Dokter di puskesmas selalu memberikan penjelasan yang jelas tentang cara menggunakan inhaler dan obat lainnya. Kami juga diajari bagaimana menjaga aktivitas anak saya supaya asmanya tidak kambuh. Ini sangat membantu kami dalam merawat anak saya di rumah,” tambahnya.
Baginya, program JKN dan layanan BPJS Kesehatan telah menjadi penyelamat bagi keluarganya, terutama dalam menangani penyakit kronis yang memerlukan pengobatan terus-menerus. Ia berharap semakin banyak masyarakat yang menyadari pentingnya menjadi peserta JKN, khususnya bagi mereka yang memiliki penyakit kronis seperti asma.
“BPJS Kesehatan sangat membantu kami. Saya harap lebih banyak orang yang mendaftarkan diri sebagai peserta JKN. Program ini benar-benar meringankan beban biaya, terutama bagi keluarga seperti kami yang harus terus menjalani pengobatan jangka panjang,” tutupnya. (tm/aq)