Meteor Rusia Mirip di Bone Sulsel

Rabu, 20 Februari 2013 9:50 WIB

Jakarta (antarasulteng.com) - Jatuhnya meteor di Chelyabinsk, Rusia Tengah, pada Jumat 15 Februari 2013 mirip dengan jatuhnya meteor di perairan Bone, Indonesia, 8 Oktober 2009, yang ditandai dengan bola api dan jejak kabut tebal di langit disertai suara ledakan dan kaca-kaca rumah bergetar.

"Namun analisis data ultrasound menyimpulkan yang jatuh di Rusia berukuran sekitar 17 meter, sedangkan di Bone berukuran sekitar 10 meter. Jadi dampaknya tidak sebesar di Rusia. Selain itu asteroid Bone jatuhnya jauh di perairan Bone," kata Deputi Sains, Pengkajian, dan Informasi Kedirgantaraan Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (Lapan) Prof Dr Thomas Djamaluddin di Jakarta, Senin.

Jatuhnya asteroid di Chelyabinsk, Rusia diakuinya, mencederai lebih dari 1.000 orang, namun bukan disebabkan kejatuhan puing-puing meteor, tetapi oleh gelombang kejut yang merusakkan bangunan di kota itu.

Asteroid di Rusia seukuran rumah itu masuk ke atmosfer bumi dengan kecepatan sekitar 20 km/detik atau sekitar 70.000 km/jam dan tampak sebagai bola api ketika masuk ke atmosfer padat di ketinggian 120 km yang kemudian disertai dengan jejak kabut tebal, ujarnya.

Ketika ketinggian sekitar 30-20 km, dengan kecepatan yang berkurang namun masih lebih cepat dari kecepatan suara (kecepatan supersonik), meteor (asteroid yang masuk ke atmosfer bumi) itu menimbulkan efek gelombang kejut dan suara ledakan (sonic boom), ujarnya.

Asteroid juga mengalami pemanasan dan pengereman oleh atmosfer berdampak pada pecahnya asteroid, namun tidak menghujani warga, dan hanya beberapa keping yang melesat mencapai permukaan bumi, antara lain yang jatuh di danau beku dan membuat lubang besar di lapisan es.

"Gelombang kejutlah yang merusakkan banyak bangunan dan memecahkan kaca-kacanya dan mencederai lebih dari 1.000 orang, termasuk suara ledakan keras akibat gelombang itu. Jadi bukan disebabkan oleh tumbukan ke bumi atau pecahnya asteroid," katanya.

Dikatakannya, asteroid kecil seperti di Bone atau Rusia sangat sulit terdeteksi karena hanya tampak seperti bintang yang sangat redup, walau pun diamati oleh teleskop canggih dalam program patroli antariksa pencarian objek-objek dekat bumi.

"Karena redupnya, kalau pun terdeteksi biasanya jaraknya sudah sangat dekat dengan bumi, sehingga tidak mungkin lagi dilakukan antisipasi. Lagi pula belum ada teknologi untuk menghadang asteroid yang kecepatannya sekitar 70.000 km/jam," katanya.

Satu-satunya meteor yang terekam teleskop pemantau asteroid hanya asteroid 2008 TC3 yang jatuh di Sudan 19 jam sejak ditemukan dan ditaksir berukuran kecil, sekitar 6 meter. (Ant)

Pewarta :
Editor : Riski Maruto
Copyright © ANTARA 2024

Terkait

Putin sebut keamanan nasional prioritas utama di masa jabatan barunya

08 May 2024 9:48 Wib

Upacara pelantikan Presiden Rusia Putin dimulai di Kremlin

08 May 2024 9:23 Wib

Belarus desak Ukraina lakukan pembicaraan damai dengan Rusia

26 April 2024 10:01 Wib

China sebut AS munafik karena kritik hubungannya dengan Rusia

24 April 2024 9:07 Wib

Menko sebut RI berpengalaman atasi inflasi saat konflik Rusia-Ukraina

19 April 2024 6:46 Wib
Terpopuler

Kasatgas Humas Damai Cartenz imbau personel bijak mengunakan medsos

Polhukam - 17 May 2024 14:45 Wib

Lapas Palu terima kunjungan Dinas Koperasi UMKM dan Tenaga Kerja

Polhukam - 14 May 2024 13:13 Wib

Dinas Pertanian Kudus intensifkan pantauan hewan ternak jelang kurban

Ekonomi Dan Keuangan - 17 May 2024 14:46 Wib

Jaga kualitas makanan, Kalapas Palu tinjau dapur Lapas

Humaniora - 14 May 2024 13:17 Wib

Pakar: Kemurnian suara pemilih dan hak caleg harus dijaga

Polhukam - 17 May 2024 14:47 Wib