Petani Sigi minta Pemkab bangun sumur dangkal untuk kelancaran bertani

id petani sigi,desa lolu,cabai ,palawija,pemkab sigi,gapoktan beringin jaya

Petani Sigi minta Pemkab bangun sumur dangkal untuk kelancaran bertani

Ketua Gapoktan Beringin Jaya Desa Lolu, Usman (ANTARA/Muhammad Hajiji)

Sigi, Sulawesi Tengah (ANTARA) - Petani di wilayah Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah minta kepada pemerintah daerah setempat agar membangun sumur dangkal untuk memenuhi kebutuhan air demi menunjang kelancaran bertani atau mengolah lahan.

"Saat ini kendala utama yang dialami oleh petani adalah kesulitan air," ucap Ketua Gabungan Kelompok Tani Beringin Jaya Desa Lolu, Kecamatan Sigi Biromaru Usman, di Desa Lolu, Selasa.

Usman menguraikan di Gapoktan Beringin Jaya terdapat tujuh kelompok tani yang masing-masing anggotanya 25 - 30 orang petani, dengan total luas lahan garapan kurang lebih 175 hektare sebelum bencana gempa dan likuefaksi.

Masing-masing petani, sebut dia, memiliki lahan seluas kurang lebih 0,5 hektare yang ditanami tanaman palawija, cabai, jagung, tomat, bawang dan sebagainya.

"Sebagian petani ada yang lahannya satu hektare, namun kita ambil rata-rata 0,5 hektare," sebut Usman.

Ia menerangkan, awalnya sebelum gempa dan likuefaksi lahan pertanian mereka merupakan lahan padi, namun karena kesulitan air akibat rusaknya irigasi karena terdampak gempa, maka petani beralih ke tanaman palawija.

"Tanaman ini untuk meniminalisir kebutuhan air, karena kalau menanam padi maka tentu butuh air yang banyak sementara air tidak ada," ujarnya.

Usman menyebut, setelah gempa Wahana Visi Indonesia (WVI) membangun sumur dangkal sebanyak 50 titik di Desa Lolu untuk mengembalikan semangat petani mengolah lahan pertanian.

Akan tetapi 50 titik tersebut tidak dapat memenuhi atau menjangkau semua lahan pertanian petani yang tergaung dalam Gapktan Beringin Jaya.

"Karena satu titik sumur dangkal hanya bisa mengairi satu lahan pertanian petani, paling besar satu hektare, dan biaya operasionalnya tinggi, karena harus banyak kali membeli bahan bakar untuk mengaktifkan alkon," ujarnya.

Usman menyebut, petani kemudian rembuk dan sepakat melakukan swadaya untuk menambah sumur dangkal, agar lahan pertanian yang lain bisa diairi air.

"Sekarang petani sedang menanam cabai, jagung dan tomat," ungkapnya.

Ia menambahkan, idealnya dengan luas lahan 175 hektare, maka kebutuhan terdapat sumur dangkal sebanyak 175 titik. Karena, satu sumur dangkal hanya dapat mengairi satu hektare lahan.
Salah satu petani yang tergabung dalam Gapoktan Beringin Jaya Desa Lolu sedang memeriksa tanaman cabai, di lahan pertaniannya, di Desa Lolu, Selasa. (ANTARA/Muhammad Hajiji)