Berlari dan berbagi untuk lingkungan di perbukitan Menoreh Jateng

id menoreh, borobudur,trail run

Berlari dan berbagi untuk lingkungan di perbukitan Menoreh Jateng

Sejumlah peraga memamerkan jersey yang akan dikenakan para pelari pada pada peluncuran Pegadaian Borobudur Trail Run 2023. ANTARA/Heru Suyitno

Magelang (ANTARA) - Empat peraga memamerkan jersey warna dominan hijau pada peluncuran Pegadaian Borobudur Trail Run 2023 di sebuah pusat perbelanjaan di Magelang, Jawa Tengah.

Suara mainan tradisional "othok-othok" oleh puluhan komunitas lari dari Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta meramaikan suasana peluncuran lari lintas alam tersebut, Jumat (9/6) malam.

Lomba lari untuk amal bertajuk "Menoreh Trail Marathon" pada tahun-tahun sebelumnya telah sukses membantu meningkatkan kualitas sarana pendidikan di tiga sekolah di Desa Ngargogondo, Kecamatan Borobudur, dan program amal air bersih untuk Menoreh.

Hal tersebut menjadi semangat dan motivasi untuk komunitas pelari amal Longrunrangers dengan dukungan penuh dari PT Pegadaian untuk kembali menggelar acara serupa pada tahun 2023.

Pegadaian Borobudur Trail Run 2023 akan digelar pada 14-15 Oktober 2023, dengan start dan finis di The Gade Village, Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Acara ini melombakan lari lintas alam dengan kategori 42 kilometer, 21 kilometer, 10 kilometer, dan 5 kilometer. Rute akan melewati 46 dusun di sembilan desa di Kecamatan Borobudur dan Kecamatan Salaman.

Peserta akan ditantang berlari lintas alam dengan rute jalan aspal, jalan berbatu, dan pematang sawah, naik turun gunung. Sepanjang lintasan alam itu, peserta akan disuguhi pemandangan eksotis Candi Borobudur dari beberapa puncak perbukitan Menoreh.

Selain itu peserta juga dapat melihat kegagahan gunung-gunung yang mengelilingi Magelang, seperti Merapi, Merbabu, Andong, Telomoyo, Sumbing, Ungaran, dan bahkan bisa melihat pantai selatan.

Kepala Divisi Bina Lingkungan PT Pegadaian Rully Yusuf mengatakan bahwa Pegadaian berkomitmen turut serta dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui program tanggung jawab sosial dan lingkungan (CSR).

Masyarakat pegunungan Menoreh mengalami kesulitan air ketika musim kemarau karena memang mengandalkan air tadah hujan dan dropping air bersih dari pemerintah dan donor.

Karena kegiatan lari amal untuk masyarakat itu juga dalam rangka mengenalkan Balkondes Ngargogodo atau The Gade Village, maka Pegadaian kembali mendukung acara ini sebagai sponsor utama.

PT Pegadaian khususnya dari tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) peduli menjalankan tiga prioritas yang diamanatkan Kementerian BUMN.

Pertama, bidang lingkungan dan ini adalah bagian dari cara TJSL Pegadaian untuk mendukung kegiatan pengadaan air bersih untuk Menoreh. Kemudian berkenaan dengan pembinaan dan pendanaan UMK dan ini juga menjadi prioritas, dan ketiga prioritas di bidang pendidikan.

Kegiatan ini tentu akan baik bagi program TJSL berupa program air bersih untuk Menoreh. Kegiatan ini adalah program olahraga yang sekaligus beramal.

Program ini merupakan bagian dari peduli kepada lingkungan menjadi prioritas tanggung jawab PT Pegadaian. Target donasi dalam kegiatan ini diharapkan terkumpul Rp500 juta.

"Selain sebagai acara lomba lari yang memperebutkan hadiah puluhan juta rupiah, event ini adalah kegiatan lari amal yaitu penggalangan dana Program Air Bersih untuk Menoreh," katanya.

Ketua Panitia peluncuran Pegadaian Borobudur Trail Run 2023 Sulus Arwani menjelaskan seluruh peserta akan melakukan penggalangan dana yang akan disalurkan untuk pembangunan kolam-kolam penampung air hujan, pemasangan bak tandon, memperbaiki saluran distribusi air bersih.

Selain itu juga penanaman pohon untuk menjaga kelestarian sumber air dan air tanah di pegunungan Menoreh.

"Kerja sama yang baik dengan masyarakat lokal seperti tahun-tahun sebelumnya akan kami tingkatkan dengan kembali melibatkan warga untuk menjadi tim ofisial, penyedia homestay, dan juga akan bekerja sama dengan komunitas-komunitas lokal seperti OPRB dan Komunitas Jogo Tuk," katanya.

Kepala Desa Ngargogondo Umar Sahid menyampaikan kesiapannya untuk menyambut 1.000 peserta dengan menyiapkan penginapan lebih dari 500 kamar di sekitar lokasi lomba.


Krisis air

Masyarakat di perbukitan Menoreh selama ini lebih banyak menggunakan air tadah hujan karena memang tidak memiliki sumur. Meski ada sumber mata air, itu jumlahnya sangat terbatas.

Seperti di Butuh Wetan, Desa Candirejo kita mengambil dari tampungan tadah hujan, kemudian dipasang paralon untuk pendistribusian ke rumah warga, kalau di Ngargosari dari mengebor sumur baru diangkat ke penampungan terus disalurkan ke warga.

Umar Sahid menuturkan rata-rata di perbukitan Menoreh air sangat kurang, terutama di musim kemarau. Kebiasaan masyarakat memanfaatkan air tadah hujan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari karena memang kondisi begitu.

Kalaupun masyarakat membuat sumur mungkin belum tentu keluar airnya, seperti di Candirejo. Kemarin warga mengebor hingga kedalaman 124 meter namun ternyata tidak keluar air.

Saat terjadi krisis air di musim kemarau mendapat bantuan air bersih dengan mobil tangki, baik dilakukan oleh pemerintah (BPBD) maupun dari pihak donasi.

Namun, warga tidak mungkin terus-menerus mengandalkan droping air karena volume air yang jauh lebih banyak.

Tujuan kegiatan trail run ini di Desa Ngargogondo ada beberpa. Pertama, penggalangan dana untuk peningkatan sarana pendidikan tiga sekolah, yakni Raudlatul Atfal Muslimat NU Ngargogondo, MI Maarif Ngargogondo, dan SD Negeri Ngargogondo.

Kemudian membuat sarana air, tampungan air di Dusun Ngargosari dan Dusun Butuh Wetan.

Kekeringan biasa terjadi pada bulan Juli-Oktober dan mulai Juni biasanya debit air di penampungan mulai berkurang.

Lomba lari sambil beramal seperti ini bukan sekadar ajang olahraga, lebih dari itu berupaya memberi makna lebih pada lingkungan dan warga di sekitar lintasan lomba.