Pemprov Sulteng ingatkan peternak perketat penerapan biosekuriti cegah ASF

id Disbunnak,Pemprov Sulteng,ASF,Demam babi Afrika

Pemprov Sulteng ingatkan peternak perketat penerapan biosekuriti cegah ASF

Kepala Bidang Keswan dan Kesmavet Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunnak) Sulteng Dandy Alfita. (ANTARA/Nur Amalia Amir)

Palu (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah mengingatkan para peternak memperketat penerapan biosekuriti dengan menjaga higienitas kandang babi guna mencegah penularan virus African Swine Fever (ASF) atau Demam Babi Afrika di wilayah itu.
 
"Para peternak perlu menjaga dan meningkatkan kebersihan kandang sebagai upaya mencegah penularan ASF," kata Kepala Bidang Keswan dan Kesmavet Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunnak) Sulteng Dandy Alfita di Palu, Jumat.

Ia meminta para peternak untuk segera memisahkan ternak, apabila ada ternak yang sakit untuk menekan penularan karena tingkat kematian ternak babi dapat mencapai 100 persen.
 
Ia mengatakan para peternak harus memiliki kewaspadaan yang tinggi terhadap penularan virus ASF dengan serius memperhatikan kebersihan kandang dengan meningkatnya kasus demam babi Afrika saat ini.
 
Selain itu, secara rutin melakukan penyemprotan disinfektan pada kandang-kandang babi yang ada sehingga kondisi kandang tetap bersih dan tetak tetap dalam kondisi sehat.
 
"Kami masih terus mensosialisasikan kepada peternak untuk melakukan penyemprotan disinfektan rutin dan pemberian vitamin rutin untuk hewan ternak yang masih sehat," katanya.
 
Ia menuturkan untuk membantu mencegah penularan virus ASF, pihaknya mendistribusikan sebanyak 2.000 serum konvalens ASF atau ScoVet ASF yang merupakan bantuan pemerintah pusat dan diharapkan mampu menekan penularan virus.
 
"Kami telah mendistribusikan bantuan serum ASF, tapi itu pun belum bisa memenuhi seluruh permintaan para peternak di Sulawesi Tengah karena jumlahnya terbatas," katanya.
 
Hal tersebut, kata Dandi, dikarenakan serum ASF didistribusikan secara merata ke setiap kabupaten yang terdampak kasus ASF, dan yang berpotensi terjadi penularan, sementara kasus ASF di Sulteng diperkirakan sudah mencapai belasan ribu kasus.
 
Karena keterbatasan itu, Dandi mengatakan para peternak ada yang ingin secara mandiri membeli serum ScoVet ASF, sehingga pihaknya mengarahkan untuk membeli di Pusat Veteriner Farma (Pusvetma).
 
Menurut data sementara Dinas Peternakan Sulteng, sebanyak 432 ternak babi mati di Kabupaten Sigi, 39 ternak mati di Kabupaten Morowali, 1.528 ternak babi mati, 11.462 ternak babi sakit, dan 16.576 dipotong paksa atau di jual di Kabupaten Parigi Moutong, sementara itu 2.971 ternak babi mati di Kabupaten Poso.
 
Sappang, salah satu peternak di Desa Jono Oge, Kabupaten Sigi mengatakan dirinya mengalami kerugian akibat virus yang menyerang ternaknya itu.
 
"Sampai hari ini, sudah tiga ternak saya yang mati. Dari pemerintah sudah ada yang memberikan serum tapi waktu itu saya tidak ada di tempat, jadi tidak kebagian," katanya.
 
Ia mengaku dengan 30 ekor ternak babi miliknya sekarang ini, berharap tidak lagi ada ternaknya yang mati karena virus ASF itu dan dapat segera ditangani oleh pemerintah untuk obatnya.*