Dahlan Iskan: saya tidak pernah mencemarkan pers

id dahlan, iskan

Dahlan Iskan: saya tidak pernah mencemarkan pers

Dahlan Iskan ((ANTARA))

Surabaya (antarasulteng.com) - Tokoh pers nasional Dahlan Iskan menegaskan bahwa dia tidak pernah mencemarkan nama baik pers, meski berulang kali menyandang predikat tersangka yang ditetapkan oleh Kejaksaan untuk berbagai masalah hukum.

"Tidak ada aroma uang dalam sejumlah perkara yang ditersangkakan kepada saya karena sejak awal saya telah berkomitmen untuk tidak mencemarkan dunia pers yang saya geluti sejak awal karir hidup saya," kata Dahlan ketika menerima rombongan pengurus Persatuan Wartawan Indonesia ( PWI) Jawa Timur yang diketuai Drs.Akhmad Munir dalam rangka silaturahim di kediamannya di Surabaya, Sabtu.

CEO Jawa Pos Grup itu menceritakan, ketika memulai karir di pemerintahan sebagai Dirut PT PLN, terlebih dulu bersilaturahim kepada tokoh pers Jacob Oetama sekaligus menyatakan komitmennya untuk tidak melakukan perbuatan yang dapat dikategorikan mencemarkan nama baik dunia pers.

"Karena itu pula pada saat saya pertama kali ditetapkan sebagai tersangka, saya kembali sowan kepada Pak Jacob Oetama dan menyatakan bahwa penetapan saya sebagai tersangka sama sekali tidak ada kaitannya dengan uang," ujar Dahlan.

Menurut dia, tidak ada satu rupiah pun dana mengalir ke dirinya. Sebaliknya, tidak terhitung dana dari dia yang dialirkan ke pihak lain.

Pada kesempatan itu, mantan Menteri BUMN itu menyatakan, terima kasih atas kunjungan pengurus PWI Jatim yang dinilainya memberikan semangat baginya dalam menghadapi berbagai cobaan hidup.

Sementara itu, Akhmad Munir menjelaskan bahwa anjangsana kepada para senior merupakan salah satu agenda dalam rangkaian memperingati Hari Pers Nasional (HPN) tingkat Jatim.

Selain Dahlan Iskan, wartawan senior Jatim lainnya yang dikunjungi adalah Hadiaman Santoso (mantan wartawan Suara Pembaruan dan Surya), Amak Syarifudin (mantan Suara Pembaruan), Prof Dr Sam Abede Pareno (mantan wartawan Suara Indonesia) dan Yudi Effendi (RRI Surabaya).

Di antara para senior tersebut, hanya Amak Syarifudin yang masih aktif menulis sebagai kolumnis meski usianya telah menginjak 86 tahun.

"Kecintaan saya pada profesi wartawan tidak pernah pudar dan saya akan tetap menulis sampai kapan pun," kata Amak yang masih kerap diminta untuk membagikan ilmu dan pengalamannya di berbagai lembaga pendidikan.