KNKT: Indonesia mampu lakukan pembacaan data FDR/CVR

id knkt

KNKT: Indonesia mampu lakukan pembacaan data FDR/CVR

Wakil Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Haryo Satmiko (tengah) bersama Senior Investigator KNKT Ony Soerjo Wibowo (kanan) dan Kepala Sekretariat KNKT Bambang Sudaryono (kiri) memberikan keterangan pers pascakecelakaan pesawat Lion Air JT 610 di Kantor KNKT, Jakarta, Selasa (30/10/2018). KNKT banyak mendapat penawaran bantuan dari sejumlah negara asing, termasuk Amerika Serikat, guna membantu proses pencarian pesawat Lion Air bernomor penerbangan JT 610 yang jatuh di perairan Kerawang, Jawa Barat. (ANTARA FOTO/Reno Esnir/kye.)

Jakarta, (Antaranews Sulteng) - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyatakan seluruh pembacaan data dan informasi dalam bagian kotak hitam yakni "Flight Data Recorder" (FDR) maupun Cockpit Voice Recorder (CVR) mampu dilakukan Tim KNKT sendiri.

Investigator Kecelakaan Penerbangan KNKT Ony Soerjo Wibowo dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat, mengatakan bagian kotak hitam, yakni FDR yang berisi informasi penerbangan seperti kecepatan, ketinggian, maupun pembacaan perangkat avionik pesawat, dalam hal ini terkait kecelakaan pesawat Lion Air JT 610, mampu dianalisis oleh Tim KNKT.

"Kita punya laboratorium sejak tahun 2009. Proses pembongkaran sampai membaca data FDR selama ini dilakukan di negara sendiri, di Indonesia. Kita punya fasilitasnya," kata Ony.

Meskipun KNKT mendapatkan penawaran bantuan dari National Transportation Safety Board (NTSB) Amerika Serikat, selaku negara asal perusahaan manufaktur pesawat Boeing, Ony menegaskan bahwa Indonesia, yakni KNKT, memiliki fasilitas pembacaan FDR maupun CVR yang mumpuni.

Hal itu dibuktikan dengan KNKT yang sudah berhasil mengunduh ratusan data "recorder", termasuk membantu negara tetangga, seperti Myanmar, Malaysia termasuk untuk kepentingan militer.

Tim SAR gabungan mengamankan kotak penyimpan berisi bagian dari kotak hitam (black box) pesawat Lion Air bernomor registrasi PK-LQP dengan nomor penerbangan JT 610 di atas KR Baruna Jaya I, di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat, Kamis (1/11/2018). Bagian dari kotak hitam tersebut diserahkan ke pihak KNKT untuk dilakukan investigasi lebih lanjut. (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/wsj.)


Kecelakaan pada pesawat Sukhoi Superjet 100 pada 2012 dan AirAsia penerbangan QZ 8501 pada 2014 juga tak luput menjadi keberhasilan KNKT dalam mengungkap penyebab jatuhnya pesawat tersebut.

Menurut dia, KNKT mampu menginterpretasikan dan menerjemahkan seluruh paramater yang ada dalam FDR. Namun, jika ada parameter yang memerlukan penjelasan lebih rinci, di sini lah peran bantuan negara-negara asing.

"Contoh pesawat Lion ini buatan Amerika Serikat, mereka yang tahu parameternya. Apabila ada yang kita tidak tahu, butuh penjelasan, kedatangan mereka bisa kita manfaatkan semaksimal mungkin," ungkapnya.

Ada pun Tim Recorder KNKT telah menganalisa dan memastikan bahwa "Crash Surviveable Memory Unit" (CSMU) yang ditemukan pada Kamis (1/11) adalah bagian dari FDR pesawat Lion Air bernomor registrasi PK-LQP atau penerbangan JT 610.

Tim Recorder KNKT yang disaksikan oleh perwakilan Amerika Serikat dari National Transportation Safety Board (NTSB) dan Singapura Transport Savety Investigation Bureau (TSIB) melakukan proses pembersihan dan recovery CSMU tersebut di laboratorium recorder KNKT, Jakarta. Hingga saat ini, proses pembersihan dan recovery masih berlangsung.