Perempuan penyintas gempa di Sulteng berperan penting lawan COVID

id SIKOLA MOMBINE,perempuan,perempuan penyintas gempa,semangat kartini

Perempuan penyintas gempa di Sulteng berperan penting lawan COVID

Perempuan di Dampal, Sulawesi Tengah, menjahit kain untuk membuat masker. (ANTARA/HO/Sikola Mombine)

Upaya memerangi COVID-19 jika ditelusuri lebih jauh, perempuan memegang peranan penting dalam situasi ini
Palu (ANTARA) - Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Yayasan Sikola Mombine Sulawesi Tengah (Sulteng), di Palu, Selasa (21/4) menyatakan perempuan penyintas gempa, tsunami dan likuefaksi di Kota Palu, Kabupaten Donggala, Sigi dan Parigi Moutong berperan penting dalam melawan COVID-19.

"Upaya memerangi COVID-19 jika ditelusuri lebih jauh, perempuan memegang peranan penting dalam situasi ini," ucap Direktur Pelaksana Yayasan Sikola Mombine Sulteng Risnawati.

Risnawati mengemukakan perempuan paling rentan terpapar COVID-19, apalagi di shelter pengungsian di wilayah Kota Palu, Donggala, Sigi dan Parigi Moutong. "sosial distancing' harusnya menjadi suatu keharusan dalam upaya mencegah atau memutus rantai penyebaran COVID-19.

"Namun, melihat kondisi Sulawesi Tengah setahun lebih pascabencana, masih banyak yang tinggal di shelter atau huntara, yang sulit melakukan social distancing atau physial distancing, kondsi huntara yang hanya 4 X 6 meter dan berbatasan dinding. Tentunya sangat sulit dan memposisikan para penyintas khususnya perempuan lebih rentan terpapar.," kata dia.

Dibalik itu, sebut dia, perempuan justru menjadi ujung tombak melawan penyebaran COVID-19, karena perempuan harus melakukan peran sosial untuk keluarga dan masyarakat, baik dalam hal menjaga ketahanan pangan keluarga, pola konsumsi seperti pemenuhan nutrisi untuk menjaga sistem imun tetap baik.

"Selain itu, perempuan harus mendampingi anak-anak mereka dalam menyelesaikan tugas sekolah yang dikerjakan di rumah, karena paradigma urusan rumah tangga selalu menjadi urusan perempuan," sebutnya.

Perempuan penyintas bencana gempa, tsunami dan likuefaksi, kata dia, juga memaksimalkan perannya dalam memberikan solusi memerangi COVID-19, dimana sebagian perempuan (penyintas) ikut turun ke lapangan menjadi tim relawan, melakukan assessment keluarga, berpartisipasi dalam menjaga perbatasan, distribusi makanan dan minuman bergizi bagi petugas medis dan relawan.

"Bahkan, ada yang berinisiatif melakuan langkah preventif mendidik komunitas, menggunakan uang tabungan kelompok untuk membeli keran dan mengajak masyarakat untuk membuat tempat cuci tangan di depan rumah, hal ini dilakukan oleh perempuan komunitas di Dampal yang tergabung dalam "mombine" lawan COVID," sebutnya.

Tidak hanya itu, lanjut dia, perempuan berupaya memastikan ekonomi keluarga tetap dapat dipenuhi, dengan keahlian dan alat yang terbatas mereka memproduksi masker dan menciptakan lapangan kerja baru.

"Ini menunjukkan perempuan selalu menjadi pejuang, baik untuk keluarga maupun masyarakat," ujarnya.

Perempuan-perempuan binaan dampingan Sikola Mombine berharap kebijakan pemerintah dalam penangan COVID-19 juga melihat kebutuhan secara holistic dan memprioritaskan tingkat kerentanan yang paling tinggi.

Risnawati mewakili seluruh pengurus dan anggota serta masyarakat dampingan Sikola Mombine mengucapkan selamat hari Kartini. "Habis gelap, terbitlah terang".
Perempuan di Dampal, Sulawesi Tengah, membuat sarana penunjang cuci tangan untuk mencegah penyebaran COVID-19. (ANTARA/HO/Sikola Mombine)


Baca juga: LSM di Sulteng bantu tampung hasil hutan bukan kayu
Baca juga: LSM Karsa: Karantina desa jangan batasi petani olah lahan
Baca juga: Lembaga Palu Bersatu Bangkit ajak lawan Corona dengan G-10
Baca juga: LSM KOMIU ajak masyarakat Sulteng jaga satwa endemik