LSM Karsa: Karantina desa jangan batasi petani olah lahan

id KARSA,PETANI,PERTANIAN,SIGI,COVID,CORONA

LSM Karsa: Karantina desa jangan batasi petani olah lahan

Direktur Operasional Karsa Institute (ANTARA/HO/Karsa)

Palu (ANTARA) - Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Karsa Institut Sulawesi Tengah di Palu, Kamis (2/4) mengingatkan karantina wilayah di desa-desa, tidak sampai membatasi gerak petani mengolah lahan pertanian untuk menafkahi diri dan keluarga.

"Pemberlakuan karantina wilayah atau lainnya untuk mencegah meluasnya penyebaran pandemi COVID-19 di wilayah pedesaan hendaknya dilakukan dengan tetap memberi ruang bagi petani untuk bekerja dan berusaha menafkahi diri dan keluarganya sekaligus menjamin ketersediaan dan keamanan pangan bagi masyarakat," ucap Direktur Operasional Karsa Institute Syaiful Taslim

LSM Karsa mengaku mendapat informasi bahwa telah ada beberapa desa di Kabupaten Sigi yang telah mulai memberlakukan karantina wilayah dalam rangka mencegah penyebaran virus COVID-19.

Karantina wilayah itu dengan membentuk Gugus Tugas/Relawan Desa COVID-19 yang merupakan tindaklanjut Surat Edaran Bupati Sigi Nomor 443/2875/DPMD tanggal 30 Maret 2020 yang merujuk pada Surat Edaran Kemendes Nomor 8 Tahun 2020 tentang Desa Tanggap Covid-19 dan Penegasan Padat Karya Tunai Desa.

"Hal itu bagaimana agar warga desa tidak terpapar virus Corona, tapi juga tidak terancam kelaparan karena krisis pangan akibat para petani tidak bisa turun ke sawah," kata Syaiful.

Untuk itu menurut Syaiful, karantina wilayah untuk membatasi keluar masuknya warga dari dan ke desa hendaknya dilakukan, dengan tetap memberi ruang bagi para petani untuk tetap bekerja menafkahi diri dan keluarganya sekaligus menjamin ketersediaan pangan bagi masyarakat.

Menurut Syaiful, pemberian kesempatan berusaha itu perlu dibarengi dengan kebijakan untuk memberikan insentif dan subsidi kepada petani, agar mereka tetap dapat bekerja dan berproduksi untuk menjamin ketersediaan dan keamanan pangan dan pengendalian harga barang kebutuhan pokok di daerah.

Syaiful menjelaskan, paling tidak ada dua alasan mengapa para petani perlu diberi insentif dalam berproduksi. Pertama, adalah memenuhi rasa keadilan bahwa para petanilah yang bekerja untuk menyediakan bahan makanan (pangan) bagi masyarakat.

Kedua, kelompok petanilah yang relatif paling rentan dan kurang berdaya dalam menghadapi ancaman merebaknya virus Corona.

Lebih lanjut, Syaiful mengatakan subsidi yang diberikan kepada petani itu selain berbentuk penyediaan sarana prasarana pertanian seperti bibit, pupuk, insektisida juga berupa jaminan pemasaran dan pendistribusian hasil-hasil pertanian yang mereka hasilkan.

“Kan subsidi bagi petani bisa diberikan Pemerintah Desa melalui realokasianggaran di kabupaten yang sudah disetujui Pemerintah untuk direalokasikan untuk memerangi Covid-19 sekaligus untuk menjamin ketersediaan pangan bagi rakyat," ujar Syaiful.