"Kawasan desa wisata di Rammang-Rammang di Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros adalah salah satu dari 31 destinasi wisata geopark itu," kata dia di Maros, Kamis (17/6).
Menurut dia, pengelolaan geopark ini sebagai ekowisata akan berbeda dengan pengelolaan kawasan wisata, seperti Taman Wisata Alam Bantimurung yang memang untuk wisata massal.
Artinya, katanya, untuk ekowisata lebih mengedepankan pengembangan potensi, bukan mengejar banyaknya jumlah pengunjung.
Oleh karena itu, katanya, harus dikelola dengan tetap menjaga kelestarian alam dan biodiversitinya.
Menurut Dedy, hal inilah yang akan menjadi daya tarik tersendiri untuk dikunjungi oleh wisatawan lokal, nusantara, dan mancanegara.
Potensi Geopark Maros Pangkep inilah, katanya, yang kemudian menjadi alasan Pemprov Sulsel pada 2020 mengajukan ke pemerintah pusat sebagai salah satu kandidat UNESCO Global Geopark (Geopark dunia).
Geopark Maros Pangkep salah satu kawasan strategis pengembangan pariwisata di Sulsel, khususnya wisata Alam dan Petualangan yang berjarak tempuh hanya 35 menit dari Bandara Internasional Sultan Hasanuddin yang didasari oleh kekayaan alam geodiversity (geologi), biodiversity (flora fauna), dan cultural diversity (budaya) yang bertaraf Internasional.
Menurut Dedy, secara profil kawasan ini diatapi oleh puncak Gunung Bulusaraung (1.300 mdpl) sebagai jalur pendakian petualangan dengan pemandangan Matahari terbit terbaik, kemudian Perbukitan dengan tipe Tower Karst terluas kedua di dunia yang di dalamnya terdapat banyak tempat wisata air terjun dan landskap yang indah di antaranya TWA Bantimurung, air terjun lengang, Kawasan Pattunuang, air terjun Lacolla serta 400 lebih gua dengan ornamen yang memesona dengan proses pembentukan jutaan tahun.
Suasana
