BRIN: ZeroCov dapat hancurkan asam nukleat COVID-19

id BRIN,ZeroCov,COVID-19,Pandemi COVID-19

BRIN: ZeroCov dapat hancurkan asam nukleat COVID-19

Tangkapan layar Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Lingkungan dan Teknologi Bersih BRIN Desak Gede Sri Andayani dalam Menghadapi Lonjakan COVID-19 yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu (27/2/2022). (ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti)

Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah mengembangkan sebuah alat bernama ZeroCov sebagai inovasi menghadapi lonjakan kasus COVID-19 yang dapat menghancurkan asam nukleat bakteri atau virus seperti COVID-19 sehingga tak bisa melakukan fungsi vitalnya.

“Gabungan sinar UVC (disinfeksi secara fisik) dan senyawa fenol (disinfeksi secara kimia) dalam ZeroCov, bisa menonaktifkan mikroorganisme secara optimal sehingga bakteri atau virus termasuk SARS-CoV-2 tidak dapat melakukan fungsi vitalnya,” kata Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Lingkungan dan Teknologi Bersih BRIN Desak Gede Sri Andayani dalam seminar Menghadapi Lonjakan COVID-19 yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu.

Desak menuturkan asam nukleat dapat dimatikan karena ZeroCov yang diciptakan menjadi alat sterilisasi udara dalam ruangan itu, menggunakan sinar Ultraviolet tipe C (UVC) dan senyawa fenol sebagai bahan aktif untuk melakukan sterilisasi udara.

Hasil dari pengukuran menunjukkan, efektivitas ZeroCov dapat menghambat pertumbuhan 99,7 hingga 100 persen mikroba patogen yang ada di udara.

ZeroCov bekerja dengan cara menyaring udara dari luar menggunakan penyaringan debu pasif (sistem evaporasi). Dari penyaringan itu, udara akan memasuki tahap pembilasan saringan dengan larutan disinfektan (reservoir larutan disinfektan).

Kemudian memasuki tahap penguapan larutan disinfektan ke dalam bentuk uap (honey comb), sehingga terjadi inaktivasi mikroorganise dalam UVC box dan akhirnya udara yang dikeluarkan alat tersebut berupa udara bersih dan uap disinfektan.

“Kebermanfaatan alat ZeroCov itu mampu membunuh patogen udara, bakteri, jamur dan virus sebesar 99,7 sampai 100 persen pada waktu tertentu. Aplikasi di berbagai sektor dapat menghemat pengeluaran negara akibat pandemi COVID-19,” kata Desak.

Desak melanjutkan ZeroCov memiliki desain yang dapat merefleksikan sinar UV secara sempurna ke seluruh ruangan dengan aman. Sebab, bisa mencegah sinar UVC terpantul keluar dengan perangkatnya yang benar-benar aman.

Menyadari bahwa masyarakat kini dipaksa untuk hidup berdampingan dengan berbagai varian COVID-19, alat itu pun dibuat bersifat protable sehingga mudah dibawa atau diletakkan di ruang-ruang publik baik perkantoran, sekolah hingga tempat ibadah.

Dalam kesempatan itu, Desak menekankan bahwa berbagai teknologi yang kini sedang dikembangkan oleh BRIN seperti alat tersebut, memiliki potensi masa depan untuk menjadi komoditas dan memberikan manfaat secara lebih luas.

Desak berharap alat-alat yang dikembangkan sebagai upaya mengantisipasi terjadinya lonjakan kasus COVID-19, dapat berguna dan memenuhi kebutuhan masyarakat untuk hidup dengan aman dan nyaman dari penularan virus.

“Alat ini sangat feksibel dan sangat aplikatif untuk diterapkan di tempat umum. Bisa menyasar ke banyak tempat yang merupakan tempat komunitas semua orang dan semua kondisi. Dengan dilakukannya sterilisasi ruangan, sterilisasi tempat sebelum dilakukan aktivitas, maka semuanya akan aman,” ujar Desak.


Kurangi Impor

BRIN memastikan akan terus mengembangkan alat dan teknologi untuk menghadapi lonjakan kasus positif sekaligus mengurangi pemakaian produk impor yang digunakan dalam penanganan COVID-19.

“Ini menjadi perhatian kami sejak awal pandemi di bulan Maret pada tahun 2020 yang lalu, karena berbagai metode dan teknologi sterilisasi juga infeksi, saat itu beredar di masyarakat,” kata Kepala Organisasi Riset Elektronika dan Telekomunikasi BRIN Budi Prawira dalam Webinar Inovasi Teknologi BRIN dalam Menghadapi Lonjakan COVID-19 yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu.

Budi menuturkan pandemi COVID-19 yang sudah terjadi selama dua tahun di penjuru negeri, memberikan dampak besar pada kesehatan manusia dan mengakibatkan beberapa kerugian besar dalam semua aktivitas manusia, utamanya di sektor ekonomi.

Berbagai pembatasan yang dilakukan pemerintah seperti memberlakukan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di sejumlah daerah dan diterapkannya sistem bekerja dari rumah (WFH) diterapkan guna mencegah dan mengurangi penyebaran virus.

Sayangnya, pembatasan tidak didukung oleh teknologi tingkat tinggi yang memadai. Hal itu mendorong periset BRIN terus mengembangkan berbagai inovasi melalui berbagai metode dan teknologi sterilisasi juga disinfeksi, untuk membunuh virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 agar semua aktivitas masyarakat dapat terus berjalan dengan normal di tengah keterbatasan pandemi.

Di antaranya seperti ventilator dan alat deteksi kesehatan agar Indonesia tak melulu bergantung pada produksi luar negeri. Inovasi lain yang juga dikembangkan adalah teknologi yang memanfaatkan sinar Ultraviolet tipe C (UVC).

Budi menjelaskan UVC mempunyai fungsi untuk membunuh patogen berupa virus atau bakteri di udara, tanpa membahayakan manusia. Bisa digunakan di seluruh ruang publik dan memiliki harga terjangkau.

Inovasi itu dilakukan karena pada awal pandemi, banyak teknologi untuk sterilisasi di rumah sakit menggunakan UVC 254 nano meter (nm) untuk sterilisasi alat kesehatan. Namun dalam panjang gelombang itu, sinar UVC justru tidak aman bila dipaparkan langsung pada manusia karena menyebabkan iritasi pada mata atau kulit dalam jangka waktu yang lama.

“Sehingga waktu itu berkembanglah yang dinamakan dengan Far-UVC, dengan panjang gelombang 222 nm. Meski dalam pemanfaatannya ada keterbatasan yakni teknologi baru mungkin harganya relatif lebih tinggi dibanding 254 nm, akan tetapi yang menjadi konsen adalah bagaimana ini bisa digunakan dengan aman kemudian efektif untuk membunuh SARS-CoV-2, ” ujar dia.

Budi turut memastikan semua periset BRIN akan terus bekerja keras memenuhi kebutuhan masyarakat dalam pandemi COVID-19, baik dengan penciptaan inovasi ataupun pengembangan karya hasil kerja sama dengan periset dari organisasi lain, pakar dan ahli di bidangnya masing-masing.

Pengujian juga akan terus dilakukan bertahap di laboratorium, supaya keefektifan alat yang dikembangkan dapat terjamin dan dapat dipatenkan setelah terbukti bisa membunuh mikroorganisme di udara, sesuai dengan hasil kajian periset-periset sebelumnya.

“Dukungan kepada periset tentunya penting juga untuk pengembangan. Selain untuk alat-alat sterilisasi, kemudian juga berbagai alat kesehatan yang kita kembangkan saat ini. Untuk mendukung program pemerintah, untuk pemenuhan kebutuhan produk alat kesehatan dalam negeri terutama alat kesehatan yang menggunakan kandungan teknologi yang tinggi,” ujar Budi.