BPDASHL Palu-Poso tingkatkan ekonomi warga lewat Forest Programme III

id BPDASHL Palu Poso,Forest Programme III Sulawesi ,Agroforestri ,Rehabilitasi hutan dan lahan,Sulawesi Tengah

BPDASHL Palu-Poso tingkatkan ekonomi warga lewat Forest Programme III

Kepala BPDASHL Palu-Poso Encum menyampaikan sambutan pada kegiatan talkshow 'Agroforestri dan Rehabilitasi Lahan dan Hutan (RLH) di Palu, Senin (26/8/2024). (ANTARA/Nur Amalia Amir)

Palu (ANTARA) - Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDASHL) Palu-Poso, Sulawesi Tengah, berupaya meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Poso dan Sigi melalui Forest Programme III Sulawesi.
 
"Forest Programme III Sulawesi merupakan proyek yang berada di bawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dengan dana dari Pemerintah Jerman melalui Kementerian Federal Kerja sama Ekonomi dan Pembangunan (BMZ)," kata Kepala BPDASHL Palu-Poso Encum pada kegiatan gelar wicara Agroforestri dan Rehabilitasi Lahan dan Hutan (RLH)' di Palu, Sulteng,nSenin.
 
Ia menjelaskan program ini telah dilaksanakan selama tujuh tahun di Provinsi Sulteng, mulai dari tahun 2017 hingga 2024.

Sementara Unit Pelaksana Proyek (PIU) program ini, yakni Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu (BBTNLL), BPDASRH Palu-Poso dan Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (BPSKL) Sulawesi.
 
Ia menjelaskan pada pelaksanaan program ini, BPDASRH Palu-Poso berfokus pada kegiatan agroforestri serta rehabilitasi hutan dan lahan di Kabupaten Poso dan Sigi.
 
"Agroforestri sendiri sudah merupakan bagian dari RHL. Agroforestri adalah bentuk pengelolaan sumber daya yang menggabungkan budidaya tanaman kehutanan atau jenis kayu-kayuan dengan penanaman tanaman pertanian," ujarnya.
 
Ia mengatakan melalui kegiatan agroforestri dan RHL, sebagai salah satu upaya dalam mendukung dan meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat setempat.

Menurut dia, pengelolaan hutan secara baik dapat berdampak baik juga bagi kondisi ekonomi masyarakat sekitar hutan.
 
Nilai target dari pengembangan agroforestri dalam proyek ini adalah seluas 750 hektare dengan 40 desa dan minimal empat jenis tanaman asli.
 
Sampai Juni 2023, kegiatan agroforestri ini telah dikembangkan di 38 desa dengan melibatkan 58 kelompok tani, dan lebih dari 20 jenis tanaman (kayu, MPTS, dan herba), dengan total luas agroforestri seluas 1.115 hektare.

"Pada kegiatan ini, kami menghadirkan kelompok - kelompok tani yang telah memperlihatkan hasil dari program ini. Karena itu, melalui gelar wicara ini, kami mengajak seluruh kalangan mendukung keberlanjutan dan kesinambungan program ini. Contohnya seperti bagaimana durian yang dihasilkan dapat lebih bernilai ekonomis," ujarnya.
 
Untuk itu, kata dia, gelar wicara ini bertujuan untuk mengajak seluruh pemangku kepentingan terkait untuk mendukung kegiatan program tersebut agar dapat terus berkelanjutan dan berkesinambungan serta semakin mendorong perekonomian masyarakat.
 
Ia melanjutkan tidak hanya dari segi ekonomi, Forest Programme III Sulawesi ini juga menerapkan pengelolaan hutan yang berkelanjutan secara sosial dan ekologi di kawasan hutan dengan memperbaiki ekosistem dan melibatkan masyarakat setempat.