Banggai Laut bakal jadi pusat pengumpulan dan distribusi pangan laut

id dkp, balut

Banggai Laut bakal jadi pusat pengumpulan dan distribusi pangan laut

Bupati Banggai Laut Wenny Bukamo dan Kadis KP Sulteng Hasanuddin Atjo bersama staf masing-masing membahas gagasan mejadikan Balut sebagai pusat pengumpulan dan distribusi pangan laut di Banggai, Senin (27/11) (Antarasulteng.com/Rolex Malaha)

Wenny Bukamo: kami sangat gembira dan mendukung penuh program yang digagas bapak Hasanuddin Atjo ini.
Palu (Antaranews.com) - Idee brilian muncul lagi dibenak Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tengah, Dr Ir H Hasanuddin Atjo, MP yang kini menggagas pembangunan Kabupaten Banggai Laut sebagai pusat pengumpulan dan distribusi pangan laut yang diharapkan bisa terealisasi dalam lima tahun ke depan.

"Kita akan mulai dengan membangun sebuah kawasan industri pangan laut yang diimplementasikan dengan konsep Sistim Logistik Ikan Nasional (SLIN) yang dikembangkan Kementerian Kelautan dan Perikanan," kata Kepala Dinas KP Sulteng Hasanuddin Atjo yang dihubungi di Palu, Senin, usai berkunjung ke Banggai Laut.

Dalam kunjungan tersebut, Hasanuddin Atjo dan timnya melihat dari dekat kawasan Mato, Desa Gonggong, Kecamatan Banggai Tengah, Kabupaten Banggai Laut yang akan menjadi lokasi pembangunan PPI (pelabuhan pendaratan ikan) yang lahannya disiapkan pemkab setempat dan selanjutnya dikembangkan menjadi kawasan industri pangan laut.

Di lokasi ini, Kementerian KP telah membangun sebuah tempat pembekuan ikan (ABF-air blast freezer)  dan gudang pendingin (cold storage) berkapasitas 50 ton sejak dua tahun lalu dan tahun 2017 ini diperluas lagi dengan kapasitas 100 ton.

Namun sayangnya, lokasi ini belum memiliki tempat pendaratan ikan, sehingga nelayan yang mensuplai ikan rata-rata delapan ton tiap hari ke cold storage ini harus menurunkan ikannya di pantai yang berpasir dengan tingkat kesulitan yang cukup tinggi saat ombak datang.

Lokasi Mato ini, kata penemu teknologi budidaya udang supra intensif Indonesia itu, akan menjadi embrio dari program menjadikan Kabupaten Banggai Laut sebaga pusat pengumpulan dan distribusi pangan laut, yang tidak saja terbatas pada ikan tetapi juga jenis-jenis pangan dari hasil laut lainnya bahkan hasil perikanan darat.

Daerah ini dipilih antara lain karena kawasan yang masuk dalam Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republi Indonesia (WPP-NRI) 714 dan 715 ini merupakan kawasan dengan potensi perikanan yang masih sangat memadai untuk kegiatan penangkapan dibanding WPP-NRI lainnya di Indonesia.

Tim KKP dan DKP Sulteng saat meninjau kawasan Mato, Senin (27/11)

Kawasan ini juga akan segera memiliki pelabuhan perikanan dan kawasan industri di Mato, pelabuhan kontainer, bandar udara, telah memiliki listrik PLN dan air bersih yang memadai serta masyarakatnya memiliki budaya maritim yang kuat.

Gagasan ini, kata Atjo, telah dikomunikasikan dengan Bupati Banggai Laut dalam sebuah pertemuan khusus yang dihadiri pejabat dari Direktorat Logistik KKP Prayudi Budi Utomo dan seluruh Kepala Bidang di lingkungan Dinas KP Sulteng.

Dalam paparannya, Hasanuddin Atjo mengatakan bahwa obsesi menjadikan Balut sebagai pusat pengumpul dan pangan laut berdasarkan kalkulasi ilmiah karena daerah ini merupakan kabupaten yang istimewa sebab satu-satunya kabupaten di Indonesia yang memiliki dua WPP-NRI, dan di Sulteng sendiri terdapat 4 WPP-NRI.

Dengan potensi tersebut, maka dengan berbagai sentuhan, Banggai Laut bisa segera melesat menjadi pusat pengumpulan dan distribusi pangan laut.

Konsep ini berorientasi kepada pangan laut, bukan penangkapan ikan di laut saja karena ke depan, ada dua isu yang bakal menjadi perhatian penting dunia yakni masalah pemenuhan kebutuhan energi dan pangan yang kian meningkat seiring bertambahnya populasi dunia.

Fakta menunjukkan bahwa impor pangan Indonesia meningkat. Pada 2013 tercatat impor pangan mencapai Rp436 triliun dan 2023 diproyeksi naik hingga Rp4.360 triliun.

"Fakta ini, menjadi tantangan dan peluang bagi kita, agar kita menjadi pemain dan berperan dalam menyediakan sumber pangan. Balut memiliki potensi itu untuk menjadi pemasok dan pengumpul pangan laut. Bukan hanya sektor tangkap, tetapi juga budidaya. Kondisi wilayah kepulauan seperti ini, merupakan lokasi yang sangat ideal dalam pengembangan kegiatan budidaya," ujrnya.

Untuk mendukung gagasan ini, dibutuhkan dukungan pembangunan infrastruktur seperti listrik dan air bersih, jalan raya ke lokasi kawasan industri, peningkatan sarana dan fasilitas di pelabuhan kontainer dan percepatan pembangunan PPI serta bandar udara.

Pembangunan PPI sendiri sudah akan dimulai pada 2018 dengan pematangan lahan dan pembangunan rumah jaga, yang akan dilanjutkan secara bertahap dengan membangun dermaga serta berbagai fasilitas untuk mendukung implementasi SLIN.

Sedangkan khusus bandara, Bupati Banggai Laut Wenny Bukamo yang dihubungi terpisah mengatakan bahwa tahun 2017 ini pihaknya sudah membebaskan lahan 200 hektare untuk bandara dan berharap 2019, bandara ini sudah operasional. 

Dari kapal, nelayan Balut langsung menaikkan ikan ke atas mobil yang parkir
di pinggir pantai karena belum memiliki dermaga pendaratan ikan.