Kuliah umum Antropologi Untad hadirkan guru besar Australia
Palu (Antaranews Sulteng) - Kuliah umum yang digelar oleh Program Studi Antropologi Universitas Tadulako Palu menghadirkan guru besar asal The University of Western Australia Prof Gregory Lawrence Acciaioli, Senin.
Ketua Program Studi Antropologi M Junaidi di Palu, mengatakan kuliah umum itu merupakan salah satu kegiatan yang diselenggarakan program studi yang dipimpinnya guna meningkatkan kualitas dan mutu disiplin ilmu tersebut.
"Kami memotivasi mahasiswa untuk berkarya bidang penelitian ilmiah, " kata Junaidi.
Prof Gregory Lawrence Acciaioli merupakan salah seorang tenaga pengajar di University of Western Australia sekaligus peneliti mengenai kajian-kajian ilmiah pada disiplin ilmu antropologi.
Kuliah unum digelar sehari di bawah tenda darurat itu melibatkan seluruh sivitas program studi antropologi Untad itu membahas, menilai parameter marginalitas dalam konteks terestrial dan kelautan di Asia Tenggara.
Gregory mengenalkan berbagai teori dan penelitian oleh beberapa ilmuwan seperti James C. Scott, Joachim von Braun dan Franz W. Gatzweiler dan lainnya, serta berusaha menanggapi teori tersebut.
Menurut Gregory, penelitian mengenai marginalitas seperti teori zomia atau teori tentang orang-orang pelarian yang bebas dengan orang pinggiran dalam konteks maritim yang dikemukakan Scott pun tidak berlaku lagi saat ini.
"Sepertinya teori Zomia oleh Scott ini terlihat banyak kekurangan terutama pada konteks maritim, " katanya.
Selain itu, salah satu buku berjudul Art of Not Being Governed atau seni tidak diatur karya James C Scott juga diulas.
Ia mencoba menjelaskan alasan sehingga orang-orang di zaman kerajaan memilih menjadi orang terpinggir dan menolak menerima sebuah peradaban dengan kepatuhan terhadap Undang-Undang atau otoritas tertentu, serta bagaimana hal tersebut terjadi dalam lingkup Aasia Tenggara mencakup Indonesia secara khusus.
Disamping itu, terdapat juga beberapa ulasan buku yang menjadi acuan seperti The Banana Tree at the Gate dan juga The Zulu Zone 1768-1898 yang lebih mendefinisikan maksud dari marginalitas pada masyarakat tertentu, meliputi cara mereka hidup, pengaruh dari bangsa-bangsa lain, misalnya Cina dan juga daerah teritorial, serta sangkut paut dengan masyarakat marginal pesisir pada masa sekarang.
"Fenomena yang perlu dicermati mengenai hal tersebut, misalnya beberapa dari orang-orang pinggiran pesisir harus dipaksa untuk merapat ke daratan dan menerima peradaban serta bergabung dengan sebuah negara," Paparnya.
Junaidi menambahkan, kerjasama dibangun dengan The University of Western Australia siharapkan dapat meningkatkan publikasi dan relasi perguruan tinggi Untad bersama universitas lain diskala internasional.
Ketua Program Studi Antropologi M Junaidi di Palu, mengatakan kuliah umum itu merupakan salah satu kegiatan yang diselenggarakan program studi yang dipimpinnya guna meningkatkan kualitas dan mutu disiplin ilmu tersebut.
"Kami memotivasi mahasiswa untuk berkarya bidang penelitian ilmiah, " kata Junaidi.
Prof Gregory Lawrence Acciaioli merupakan salah seorang tenaga pengajar di University of Western Australia sekaligus peneliti mengenai kajian-kajian ilmiah pada disiplin ilmu antropologi.
Kuliah unum digelar sehari di bawah tenda darurat itu melibatkan seluruh sivitas program studi antropologi Untad itu membahas, menilai parameter marginalitas dalam konteks terestrial dan kelautan di Asia Tenggara.
Gregory mengenalkan berbagai teori dan penelitian oleh beberapa ilmuwan seperti James C. Scott, Joachim von Braun dan Franz W. Gatzweiler dan lainnya, serta berusaha menanggapi teori tersebut.
Menurut Gregory, penelitian mengenai marginalitas seperti teori zomia atau teori tentang orang-orang pelarian yang bebas dengan orang pinggiran dalam konteks maritim yang dikemukakan Scott pun tidak berlaku lagi saat ini.
"Sepertinya teori Zomia oleh Scott ini terlihat banyak kekurangan terutama pada konteks maritim, " katanya.
Selain itu, salah satu buku berjudul Art of Not Being Governed atau seni tidak diatur karya James C Scott juga diulas.
Ia mencoba menjelaskan alasan sehingga orang-orang di zaman kerajaan memilih menjadi orang terpinggir dan menolak menerima sebuah peradaban dengan kepatuhan terhadap Undang-Undang atau otoritas tertentu, serta bagaimana hal tersebut terjadi dalam lingkup Aasia Tenggara mencakup Indonesia secara khusus.
Disamping itu, terdapat juga beberapa ulasan buku yang menjadi acuan seperti The Banana Tree at the Gate dan juga The Zulu Zone 1768-1898 yang lebih mendefinisikan maksud dari marginalitas pada masyarakat tertentu, meliputi cara mereka hidup, pengaruh dari bangsa-bangsa lain, misalnya Cina dan juga daerah teritorial, serta sangkut paut dengan masyarakat marginal pesisir pada masa sekarang.
"Fenomena yang perlu dicermati mengenai hal tersebut, misalnya beberapa dari orang-orang pinggiran pesisir harus dipaksa untuk merapat ke daratan dan menerima peradaban serta bergabung dengan sebuah negara," Paparnya.
Junaidi menambahkan, kerjasama dibangun dengan The University of Western Australia siharapkan dapat meningkatkan publikasi dan relasi perguruan tinggi Untad bersama universitas lain diskala internasional.